Nasib Taman Nasional Komodo di Tengah Pertumbuhan Permukiman Warga

Taman Nasional Komodo memerlukan kajian penelitian terus-menerus mulai dari habitat, keadaan dan kesehatan komodo sendiri, ketersediaan pangan juga sumber daya alam dan ekosistem sekitar TNK.

oleh Ola Keda diperbarui 30 Mei 2019, 07:00 WIB
Pulau Komodo, menjadi salah satu tempat dimana Komodo, sang naga terakhir di dunia hidup. (Liputan6.com/ Harun Mahbub)

Liputan6.com, Kupang - Kepala Balai Litbang LHK Kupang, Sumitra Gunawan mengatakan selain Taman Nasional Komodo (TNK), ada kawasan konservasi lain di wilayah TNK yang juga berpotensi untuk menjadi destinasi wisata.

"Kita juga ke depannya akan melihat kawasan lain yang berpotensi dan juga mengadakan penelitian, di antaranya penyediaan ruang mangsa komodo dan dampak dari wisata perairan terhadap ekosistem laut di sekitar TNK," ujar Sumitra kepada Liputan6.com, Selasa, 28 Mei 2019.

Ia mengatakan, pihaknya telah mengumpulkan berbagai hasil penelitian dan jurnal baik nasional maupun internasional yang mengkaji tentang komodo. Hasil kajian itu akan dijadikan sebagai referensi dan alat untuk memfokuskan tujuan penelitian.

Direktur Program Pascasarjana Universitas Nusa Cendana (Undana) yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Peneliti, Mangadas Lumban Gaol mengatakan, Taman Nasional Komodo harus dikaji terus-menerus.

"Taman Nasional Komodo memerlukan kajian penelitian terus-menerus mulai dari habitat, keadaan dan kesehatan komodo sendiri, ketersediaan pangan juga sumber daya alam dan ekosistem sekitar TNK," katanya.

Menurut dia, komodo merupakan kekayaan NTT. Karena itu, populasi komodo harus dipertahankan dengan perlu adanya tata kelola dan konservasi.

"Kita berharap tim peneliti Undana untuk melihat adanya tata kelola dan konservasi yang harus dilakukan dengan menyesuaikan konteks yang ada pada TNK. Harus ada value yang universal. Kita juga akan mendukung untuk kajian penelitian bagi seluruh kawasan di Nusa Tenggara Timur," dia menandaskan.

 


Jaga Habitat Asli Komodo

Komodo berkeliaran di Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo, NTT, Minggu (14/10). Pulau Rinca dapat dijangkau selama dua jam dari Labuan Bajo dengan menggunakan perahu kayu. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Sementara itu, Kepala Bapelitbangda NTT, Luki Koli menjelaskan pentingnya menjaga ekosistem dan rantai makanan dari komodo. Sesuai hasil penelitian, perlu diperhatikan vegetasi dan mengembalikan habitat asli komodo. Nilai komodo yang paling dilihat adalah sebagai binatang liar, pemangsa yang agresif.

Ia menjelaskan, perlu perhatian serius terhadap aspek sosial termasuk warga lokal setempat yang bermukim di wilayah TNK.

"Di TNK sendiri terdapat desa dan di desa itu ada penduduk. Tentunya ke depan penduduk juga akan bertambah dan memungkinkan terjadinya perluasan wilayah permukiman. Hal yang harus kita cermati adalah bagaimana komodo tidak terganggu dengan penduduk sekitar tersebut," katanya.

Ia menambahkan, Undana telah menyiapkan tim peneliti secara internal mendukung kebijakan penutupan TNK. "Kita akan bekerja sesuai koridor, tentunya melalui perencanaan. Karenanya, perlu adanya legatimasi seperti MOU atau surat dari gubernur," dia memungkasi.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya