Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) mencatat pencapaian laba bersih sebesar Rp 11,6 triliun pada 2018, meningkat signifikan dibandingkan 2017 sebesar Rp 4,4 triliun.
Hal ini ditopang dari pertumbuhan penjualan, efisiensi operasi, serta dukungan Pemerintah melalui Domestik Market Obligation (DMO) batu bara baik harga maupun volume.
"Disamping itu, membaiknya kinerja perusahaan juga dikarenakan penguatan kurs mata uang rupiah pada akhir tahun dan penurunan harga ICP dibanding dengan triwulan ketiga 2018," kata Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto, di Jakarta, Rabu (29/5/2019).
Baca Juga
Advertisement
Untuk laba operasi sebesar Rp 10,4 triliun menjadi Rp 35,9 triliun atau meningkat 40,8 persen dibanding 2017.
Sarwono menuturkan, banding tahun sebelumnya, penjualan tenaga listrik selama 2018 meningkat sebesar Rp16,9 triliun menjadi Rp 263,5 triliun.
Kenaikan nilai penjualan ini terutama didukung oleh pertumbuhan penjualan 5,15 persen, sehingga volume penjualan listrik 2018 menjadi sebesar 234 Terra Watt hour (TWh) lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 223 TWh.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kenaikan Konsumsi Listrik
Kenaikan konsumsi listrik selama 2018 tersebut didominasi oleh pertumbuhan konsumsi listrik oleh pelanggan bisnis dan industri.
"Peningkatan penjualan tersebut sejalan dengan keberhasilan PLN selama tahun 2018 menambah kapasitas pembangkit serta menambah jaringan transmisi sepanjang 5323 kilometer sirkuit (kms) menjadi 53.606 kms dan menambah Gardu Induk sebesar 20.645 MVA menjadi 131.164 MVA, " ungkap Sarwono.
Peningkatan konsumsi kWh ini juga didukung oleh kenaikan jumlah pelanggan, hingga akhir 2018 telah mencapai 71,9 juta atau bertambah 3,8 juta pelanggan dari akhir tahun 2017.
Sarwono menambahkan, bertambahnya jumlah pelanggan ini juga mendorong kenaikan rasio elektrifikasi nasional menjadi 98,3 persen, lebih tinggi dari target sebesar 97,5 persen.
"PLN melakukan efisiensi pada komponen biaya operasi yang berada dalam kendali perusahaan, sehingga kondisi keuangan tetap terjaga. Sepanjang 2018, PLN berhasil melakukan efisiensi antara lain melalui pengurangan konsumsi BBM, peningkatan efisiensi operasi pembangkit sehingga konsumsi energi per kWh PLTU Batubara dapat ditekan, serta melakukan zonasi untuk menghemat ongkos transportasi batubara," tandasnya.
Advertisement
PLN Jamin Listrik Tak Padam saat Warga Rayakan Lebaran 2019
Sebelumnya, PT PLN (Persero) menjamin kepada masyarakat bahwa pasokan listrik saat Lebaran akan lebih aman. Pasalnya, konsumsi listrik menurun karena industri meliburkan diri.
"Konsumsi terbesar itu adalah industri dan bisnis, seperti yang kita ketahui industri itu meliburkan karyawannya, sehingga mesinnya tidak beroperasi. Itulah yang mengakibatkan konsumsi listrik secara nasional akan turun," jelas ujar Plh. Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN Dwi Aryo Abdullah, Rabu, 29 Mei 2019, di Kantor PLN Pusat, Jakarta.
Pada Ramadan dan Lebaran pemakaian energi listrik bisa turun sampai 15-20 persen, sementara tingkat nasional turun 10-15 persen. Sebagai contoh, beban puncak di Jawa-Bali pada hari biasa, hari kerja, di luar Ramadan dan Lebaran, bisa tembus di angka 27 ribu megawatt.
"Secara nasional, beban di pemakaian masyarakat di saat Hari Raya Idul Fitri itu kalau di Jawa-Bali turun 15-20 persen, kalau nasional 10-15 persen, sehingga cadangannya meningkat, baik katakanlah Sumatra, Kalimatan, Sulawesi, dan di beberapa pulau-pulau kecil," ujar dia.
Sementara, perkiraan untuk lebaran, H-5 sampai H+5 perkiraannya konsumsi turun, terutama di Jawa dapat turun hingga 17 ribu megawatt. Dwi menyebut penurunan signifikan itu meningkatkan reservasi PLN dari 30 persen, jadi 50 persen.
PLN pun akan selektif mengoperasikan pembangkit. Terhitung ada 20 yang tidak dioperasikan karena pasokan listrik Lebaran sudah tercukupi dengan di luar itu.
"Tentunya yang tidak dioperasikan yang berbahan bakar minyak, gas, yang sesuai dengan kapasitasnya, dan itu bukan tidak bisa operasi, itu namanya di standby dingin," ujar Dwi.