Tiket Pesawat Mahal Bikin Diaspora Indonesia di AS Gagal Mudik, Ini Kisahnya

Diaspora Indonesia di AS tidak bisa mudik lebaran karena mahalnya tiket pesawat dan sejumlah pertimbangan lain.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Mei 2019, 13:00 WIB
Bendera Amerika Serikat (AP PHOTO)

Liputan6.com, Washington DC - Telah menjadi tradisi masyarakat Indonesia untuk mudik ke kampung halaman selama libur Idul Fitri. Mereka yang berada di luar negeri sekalipun, sebagian menyempatkan waktu untuk pulang dan berkumpul dengan keluarga. Bukan sekedar untuk saling meminta dan memberi maaf di hari raya, namun momentum itu juga menyuguhkan kesempatan untuk menyambung tali silaturahmi dengan sanak famili.

Namun ternyata, mahalnya tiket pesawat dan berbagai pertimbangan lain telah membuat banyak orang tidak bisa mudik Idul Fitri. Salah satunya dirasakan oleh dua diaspora Indonesia di Amerika Serikat, sebagaimana dilansir dari VOA Indonesia pada Kamis (30/5/2019).

"Sebenarnya kepingin ya mudik. Apalagi sudah 2-3 tahun tidak mudik. Tapi mudik kan tidak murah," kata Maya Tahir Utomo, ibu satu anak yang sudah 25 tahun terakhir menetap di Maryland.

"Dari sini ke sana (Indonesia) harga tiket pesawat mahal, kita musti menabung dulu. Terus di sana juga paling tidak satu bulan, karena kalau hanya satu minggu kan sayang," lanjutnya.

Harga tiket pesawat Amerika Serikat ke Indonesia saat Idul Fitri mencapai antara 1.500-2.000 dolar atau sekitar 21-28 juta rupiah per orang. Hal itu membuat Maya harus berpikir dua kali jika ingin mudik ke Gorontalo, Sulawesi Utara. Terlebih ia harus membeli tiga tiket, untuk dirinya, suami dan putra semata wayang mereka.


Nasib Serupa

Ilustrasi tiket pesawat (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Hal senada juga disampaikan oleh Nana Tegal. Ia mengatakan sudah tidak mudik sejak 2013, di mana saat itu ibunya sakit.

"Tapi setelah itu kami sekeluarga tidak pernah mudik lagi karena di sini saya harus menjaga ibu mertua yang memang benar-benar harus dirawat dan sudah sepuh (tua). Beliau sudah di sini bersama saya sejak 17 tahun terakhir ini," ujarnya.

"Kedua, juga alasan biaya. Jika pulang, kami harus membeli tiket untuk saya, suami dan tiga anak. Belum lagi kalau pulang masa tidak membawa apa-apa. Paling tidak saya kan bawa cokelat, atau baju lebaran, atau oleh-oleh yang lain yang bikin mereka surprise dengan produk dari Amerika. Ini tentu butuh biaya juga," tambah Nana.

Dengan suara lirih, Nana mengungkapnya rasa rindunya pada kakak serta adiknya yang semuanya perempuan.

"Dulu masih ada kedua orangtua dan harus saya datangi, jadi memang kangen. Tapi kini kedua orang tua saya sudah tiada, sementara di sini ada ibu mertua yang sudah jadi ibu saya sendiri dan bagi saya beliau lebih penting untuk saya rawat dan dijaga. Jadi rasa rindu pada kampung halaman terobati."

"Di Indonesia memang banyak saudara karena saya anak ketiga dari tujuh bersaudara, yang semuanya perempuan. Tentu saya kangen sekali sama mereka, tapi saya yakin nanti ada waktunya. Waktu yang akan menentukan," ujar Nana.

Nana Tegal bersyukur saat ini telah ada teknologi canggih yang memungkinkannya berkomunikasi langsung, seperti lewat FaceTime atau layanan live streaming lain, sehingga dapat saling bertegur sapa dan saling memberi informasi kondisi lebaran di daerah masing-masing.


Menunda Mudik Hingga Idul Adha

Ilustrasi masjid (sumber: iStockphoto)

Berbeda dari Nana, Aya Utomo mengatakan lebih memilih menunda mudik hingga Idul Adha atau bahkan pada akhir tahun nanti ketika suasana pasca pemilu sudah lebih menyenangkan.

"Kemarin-kemarin sih sempat sudah semangat nabung karena membayangkan suasana lebaran kalau di Indonesia kan enak. Keluarga banyak, saudara-saudara kumpul, makanan enak. Tapi untuk kali ini saya berfikir lagi deh meskipun sudah menabung, soalnya suasana di Indonesia sedang tidak aman, banyak demo, banyak ini itu.," tutur Aya.

"Pikir-pikir nanti aja setelah lebaran haji atau nanti-nanti setelah keadaan di Indonesia lebih enak. Sekarang ini kan karena pilihan politik, banyak yang suka saling mendiamkan. Kan tidak enak jika mudik malah nanti tidak mengobrol. Belum lagi tidak bisa kemana-mana karena jalanan ditutup akibat demo. Saya lihat di TV, sana sini ribut. Bagaimana nanti kalau kita lagi kena sial, terus kena imbasnya?" ungkapnya.

Meskipun demikian Maya Utomo ingin tetap menyapa sanak keluarganya di Gorontalo, Sulawesi Utara.

"Untuk keluarga di kampung, di Gorontalo, di Ujung Pandang, Selamat Hari Raya Idul Fitri. Maaf tahun ini belum bisa mudik. Insya Allah nanti waktu lebaran haji atau nanti saya bisa pulang. Tunggu keadaan aman, supaya enak bisa jalan-jalan," katanya menitip pesan untuk keluarga melalui VOA.

Pesan yang sama disampaikan Nana Tegal.

"Untuk teman-teman dan saudara di Tegal, saya ingin mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, semoga bisa membawa keberkahan bagi kita semua. Maafkan saya belum bisa mudik tahun ini. Semoga semua tetap ingat saya ya. Jangan lupakan saya. Selamat lebaran semua. Miss you!"

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya