Legenda Chelsea: Sikap Ozil Memalukan Arsenal

Eidur Gudjohnsen mengecam sikap Mesut Ozil dalam laga final Liga Europa antara Chelsea Vs Arsenal dinihari WIB tadi.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Mei 2019, 04:00 WIB
Gelandang Arsenal, Mesut Ozil, merayakan gol usai membobol gawang Vorskla pada laga Liga Europa di Stadion Emirates, London, Kamis (20/9/2018). Arsenal menang 4-2 atas Vorskla. (AP/Kirsty Wigglesworth)

Liputan6.com, Manchester - Eidur Gudjohnsen mengecam sikap Mesut Ozil dalam laga final Liga Europa antara Chelsea Vs Arsenal dinihari WIB tadi. Ia menyebut Ozil tak punya rasa malu setelah diganti di babak kedua.

Laga itu merupakan kesempatan terakhir Arsenal untuk kembali ke Liga Champions musim depan. Setelah gagal mengamankan empat besar Premier League, menjadi juara Liga Europa merupakan satu-satunya jalan tersisa bagi Arsenal, tetapi mereka gagal memanfaatkannya.

Dipilih bermain sejak menit awal, Ozil sekali lagi gagal memberikan dampak yang signifikan. Dia ditarik keluar ketika laga tersisa 15 menit dan skor sudah 4-1 untuk kemenangan Chelsea.

Mengingat timnya dalam keadaan kalah telak, Ozil seharusnya tahu dia harus keluar lapangan dengan cepat. Alih-alih, dia justru berjalan perlahan, seakan-akan menantikan aplaus dari pendukung mereka.

"Satu hal yang bisa anda katakan pada saya, jika Anda pelatih Arsenal, anda tertinggal 4-1 di final, anda menarik keluar Ozil dan dia berjalan dengan tempo yang paling lambat seperti menunggu aplaus dari fans," tutur Gudjohnsen kepada BT Sport.

"Maaf, jika itu saya, saya akan sangat malu. [Seharusnya] menundukkan kepala dan saya berlari cepat meninggalkan lapangan."

"Dia pemain hebat, kualitas luar biasa, tetapi sebagai pelatih saya tidak bisa melihat sikap seperti itu dalam tim saya," lanjutnya.

 


Dampak Negatif

Gelandang Arsenal, Mesut Ozil, merayakan gol yang dicetaknya ke gawang Leicester pada laga Premier League Inggris di Stadion Emirates, London, Senin (22/10). Arsenal menang 3-1 atas Leicester. (AFP/Glyn Kirk)

Kekalahan ini adalah kekalahan pertama Emery di final Liga Europa. Dia sukses menjuarai tiga edisi Liga Europa secara beruntun saat masih menangani Sevilla. Sayangnya, kini sentuhan ajaibnya luntur.

Tidak hanya itu, kekalahan berarti Arsenal bakal bermain di Liga Europa lagi musim depan, tepatnya dalam tiga musim beruntun. Untuk tim sebesar Arsenal, hanya bermain di Liga Europa dalam tiga musim beruntun jelas merupakan kegagalan.

Sayangnya, Emery mungkin tidak bisa mengembangkan timnya secara instan. Kegagalan ini membuktikan kualitas Arsenal, dan bahwa mereka perlu berkembang. Namun, dia hanya dibekali bujet tipis pada bursa transfer kali ini.

Sumber: Bola.net

Saksikan video pilihan di bawah ini

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya