Liputan6.com, Semarang - Jembut yang satu ini jauh dari kesan porno. Anak-anak kampung Jaten Cilik Pedurungan bahkan menantinya. Namanya adalah kupat jembut, sebuah makanan yang hanya muncul ketika lebaran.
Kupat jembut hadir biasanya untuk memeriahkan syawalan. Diawali dengan pesta petasan sejak selepas salat Subuh, bocah-bocah kampung Jaten Cilik biasanya langsung keluar rumah, dan berebut ketupat berisi sayuran.
Advertisement
Menurut Alim, salah satu bocah, kupat jembut berbeda dengan ketupat lebaran. Rasanya lebih enak karena sudah diberi bumbu saat dimasak.
"Enggak usah pakai kuah, krecek, opor. Ini kan udah ada sayurannya," kata Alim, bocah sembilan tahun ini kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu.
Menurut Munawir, salah satu warga tradisi bagi-bagi kupat jembut itu ternyata menjadi semacam magnet bagi diaspora kampung Jaten Cilik. Warga perantau makin banyak yang menyempatkan diri mudik sekadar mengikuti tradisi ini.
"Kangen. Ingat masa kecil saya," kata Achmad, warga Jaten Cilik yang merantau di Jakarta.
Selain membagikan kupat jembut, disebar pula lembaran rupiah saat acara berlangsung. Bocah-bocah itu ada yang mendapatkan Rp 80 ribu sampai Rp 100 ribu.
"Kami memaknai pembagian kupat jembut sebagai sedekah sekaligus penyempurna ibadah puasa yang sudah dijalani selama 30 hari. Dan juga puasa Syawal selama enam hari," kata Munawir.
Penamaan kupat jembut sendiri sampai saat ini belum jelas asal usulnya. Namun, warga meyakini bahwa penamaan itu disebabkan tampilan ketupat yang diisi sayuran. Salah satunya tauge yang menyerupai rambut kemaluan. (Edhie Prayitno Ighe)
Simak juga video pilihan berikut ini: