Liputan6.com, Madrid - Trofi Liga Champions dipastikan bakal berlabuh di Inggris, tahun ini. Pasalnya, dua tim dari Negeri Pangeran Charles itu: Tottenham Hotspur dan Liverpool yang akan tampil di laga final Liga Champions, Sabtu (1/6/2019) atau Minggu dini hari WIB di Stadion Wanda Metropolitano, Madrid, Spanyol.
Ini kedua kalinya All-English Final atau duel sesama tim Inggris terjadi di partai puncak ajang paling elite antarklub Eropa ini. Sebelumnya, pada musim 2007/08, Manchester United mengalahkan Chelsea lewat adu penalti di ajang dan fase yang sama.
Namun, bukan berarti laga yang nantinya akan dipimpin wasit asal Slovenia, Damir Skomina ini, jadi tidak menarik. Justru, bisa jadi sebaliknya. Laga Final Liga Champions Tottenham vs Liverpool di Wanda Metropolitano sangat berpotensi berlangsung seru, sengit.
Pasalnya, Tottenham dan Liverpool sangat berambisi jadi yang terbaik di final Liga Champions. Maklum, keduanya gagal meraih gelar apapun di kompetisi domestik.
Baca Juga
Advertisement
Di Liga Inggris, Liverpool berada di posisi kedua klasemen akhir di bawah Manchester City dengan 97 poin dari 38 laga. Sementara Tottenham di posisi keempat dengan 71 poin.
Kubu Liverpool sendiri sangat berambisi untuk mengangkat The Big Ears, sebutan untuk trofi Liga Champions. Mereka masih geregetan lantaran musim lalu dikalahkan Real Madrid 1-3 di partai puncak di Kiev, Ukraina.
"Senang bisa bermain di final lagi, saya berharap bisa mengubah aura negatif menjadi positif dibanding musim lalu. Selain itu, saya ingin mencetak gol kemenangan," kata penyerang andalan Liverpool, Mohamed Salah, seperti dilansir The Guardian.
Salah memang merasakan sendiri pahitnya kegagalan di Kiev. Di laga tersebut, dia bahkan harus mengakhiri laga lebih cepat lantaran cedera bahu usai bertabrakan dengan Sergio Ramos. Posisinya lalu digantikan Adam Lallana.
Di final Liga Champions tahun ini, kehadiran penyerang asal Mesir ini awalnya juga sempat diragukan lantaran cedera kepala yang dialaminya. Salah bahkan absen di semifinal kedua, saat Liverpool menghajar Barcelona 4-0.
Namun, dokter tim Liverpool sendiri telah menjamin Salah bakal tampil Wanda Metrpolitano. Begitu juga dengan penyerang Roberto Firmino, yang sempat mengalami cedera pangkal paha.
Liverpool Diunggulkan, Tottenham Underdog
Liverpool sendiri lebih banyak diunggulkan, ketimbang Tottenham. Alasannya, salah satunya adalah pengalaman Liverpool tampil di ajang elite Eropa. The Reds sejauh ini sudah lima kali memenangkan Liga Champions. Total, mereka telah delapan kali tampil di final, termasuk musim lalu.
Bandingkan dengan Tottenham, yang bisa dibilang "masih hijau" di ajang Liga Champions. Paling bagus, prestasi mereka adalah saat menembus semifinal pada musim 1961/62. Ketika itu, mereka akhirnya disingkirkan klub Portugal, Benfica.
Namun begitu, posisi sebagai tim yang tidak diunggulkan alias underdog, justru menguntungkan bagi Tottenham. Hal itu diungkap mantan bintang mereka, Darren Anderton.
Dia bahkan yakin, tim asal London itu yang akan sukses membawa pulang trofi The Big Ears. "Saya pikir Tottenham akan memenangkan final Liga Champions," ujar Anderton, yang kini berusia 47 tahun. "Semua tekanan ada di Liverpool untuk memenangkan pertandingan dan itu bisa menguntungkan Tottenham."
Hal yang sama diungkap legenda Liverpool, Michael Owen. "Semua tekanan ada pada Liverpool karena mereka tahu kalau mereka harus memenangkan trofi setelah musim yang dialami," ujar Owen kepada Press Association Sport. "Sedangkan Spurs berada di bawah tekanan yang jauh lebih sedikit dan mereka telah melampaui ekspektasi dengan mencapai final ini."
Advertisement
Pochettino Bakal Menangis
Bagi pasukan Tottenham sendiri, status sebagai underdog sama sekali tak meresahkan mereka. Mereka tetap optimistis mampu mengalahkan Liverpool di Wanda Metropolitano.
"Kami punya kesempatan fantastis di Liga Champions, yakni menjuarainya. Liga Champions merupakan trofi terbesar yang bisa Anda menangkan," kata kiper sekaligus kapten Tottenham, Hugo Lloris seperti dilansir Evening Standard.
Sementara itu, manajer Tottenham, Mauricio Pochettino menyebut, akan menjadi sebuah prestasi luar biasa jika mereka bisa tampil jadi juara Liga Champions 2018/19.
“Jika nanti Tottenham menjadi juara Liga Champions, mungkin saya akan menangis seminggu penuh tanpa henti," ujar Pochettino, dikutip Metro.“Pencapaian pada musim ini, membuat saya merasa sangat memiliki Tottenham."
Klopp Berharap Pepatah Jerman
Berbeda dengan Pochettino, manajer Liverpool, Jurgen Klopp, justru sudah berpengalaman tampil di final Liga Champions. Final di Wanda Metropolitano adalah final ketiganya.
Masalahnya, di dua final terdahulu, pria asal Jerman ini selalu gagal. Pada musim 2012/13, usai membawa Borussia Dortmund tampil gemilang hingga ke final, mereka ditekuk sesama tim Jerman, di partai puncak.Sementara musim lalu, Liverpool disingkirkan Real Madrid.
Maka itu, musim ini, Klopp berharap tuah pada usaha ketiga saat menjalani final Liga Champions 2018/2019. Dia pun berharap dapat mempersembahkan titel keenam bagi The Reds.
"Di negara kelahiran saya ada pepatah, yang terbaik datang pada perjuangan ketiga. Semoga kami bisa mengalahkan Tottenham Hotspur di final nanti," kata Klopp, dilansir situs resmi UEFA.
Jadi, siapa yang akan membawa puang trofi Liga Champions ke Inggris? Klopp atau Pochettino, Tottenham atau Liverpool?
Advertisement