Liputan6.com, Jepara - Namanya Nur Hasan, masih berusia muda, yakni 35 tahun. Pria asal Jepara mencoba bertahan sebagai petapa yang menjalani laku batin selama 40 hari di puncak Songolikur, Gunung Muria. Namun baru memasuki hari ke 21 ia harus dijemput tim SAR dari pertapaannya.
Nur Hasan bertapa dengan menempati gubuk kecil berukuran 2 x 1 meter. Ia ingin bertapa untuk mendapatkan ketentraman batin.
Keberadaan sang petapa ini sudah diketahui warga sejak awal. Karena banyak yang menjalani laku spiritual, di Puncak Songolikur maka warga merasa biasa saja. Hanya saja setelah beberapa hari warga menemukan bahwa Hasan masih bertahan, maka ia disarankan turun.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jepara, Arwin Noor Isdiyanto, warga memang sempat meminta Nur Hasan turun.
"Sudah lebih dari 3 pekan berada di kawasan Puncak Gunung Muria. Pria ini menyatakan dirinya tengah menjalani laku batin," kata Arwin.
Warga kemudian melapor ke BPBD Jepara. Satu tim diturunkan untuk memeriksa Nur Hasan. Saat diperiksa, ternyata ia tak membawa perbekalan.
"Kami putuskan untuk menurunkan secara paksa dengan ditandu. Itu sudah malam ke 21," kata Arwin.
Nur Hasan mengaku bahwa ia ingin menguji kesaktiannya dengan tidak makan dan minum. Namun kondisi badannya lemas, dan akhirnya ia diikat dengan kain sarung agar memudahkan tim SAR menggendong sang petapa.
"Ia kami turunkan masih lengkap mengenakan peci hitam dan celana panjang yang dikenakan pria asal Desa Srikandang itu," kata Arwin.
Saat diturunkan, badan Nur Hasan kelihatan sangat kurus dan sangat lemah. Ditanya petugas SAR, Nur Hasan tak bisa diajak berkomunikasi dengan baik.
"Namun kalau melihat dari kondisi tempat ditemukannya, ia jelas tidak melengkapi diri dengan perlengkapan dan perbekalan yang cukup karena niatnya memang ingin jadi petapa," kata Arwin.
Simak video pilihan berikut:
Lemah Fisik, Lemah Batin
Hingga kini belum diketahui pasti motivasi Nur Hasan bertapa di gunung Muria itu. Penjelasan awal hanya menyebutkan bahwa ia mengaku punya nazar untuk menyepi di puncak Muria sampai 40 hari.
Proses evakuasi melibatkan 15 petugas SAR gabungan. Ia ditemukan pada Sabtu (01/06/2019) malam jam 20.50 WIB. Begitu ditemukan sang pertapa ini langsung diperiksa kesehatannya.
"Kondisinya mengkhawatirkan," kata Arwin.
Sementara itu, menurut Setyanto salah satu relawan yang ikut mengevakuasi mengatakan bahwa setelah turun sang pertapa langsung dibawa ke Desa Tempur, Keling, Jepara. Secara bergantian, ia dipapah oleh petugas SAR gabungan.
"Kondisinya lemah sekali karena kurang asupan makanan dan cuaca yang dingin di kawasan puncak. Saat ditemukan ia sedang tidur karena lemas. Ia dibangunkan dan diberi makanan sebelum diajak turun ke Tempur," kata Setyanto.
Nur Hasan diperiksa di Puskesmas Keling jam 02.00 WIB dinihari. Disana ia sudah ditunggu Mukaromah, ibunda sang pertapa.
Melihat kondisi fisiknya, ia diminta untuk rawat inap, namun menolak. Kini sang pertapa yang gagal itu sudah berada di rumahnya di Dukuh Krajan Tengah, Desa Srikandang, Bangsri, Jepara ditemani ibu dan saudara-saudaranya.
Advertisement