Liputan6.com, Jakarta Ramadan merupakan bulan yang penuh berkah dan ampunan. Tanpa terasa sudah sebulan penuh kita menjalani ibadah di bulan Ramadan. Kini tiba akhirnya kita berpisah dengan bulan yang penuh barokah, bulan yang penuh rahmat dan ampunan Allah, serta bulan di mana banyak yang dibebaskan dari siksa neraka.
Bulan Ramadan adalah bulan yang dijanjikan dikabulkannya doa dan diampuni dosa. Oleh karena itu, banyak yang bersedih ketika Ramadan akan berlalu.
Advertisement
Ibadah-ibadah seperti salat, doa, dan yang lainnya memang dapat menghapuskan dosa. Namun, amalan-amalan tadi akan menghapuskan dosa dengan syarat apabila seseorang melakukan amalan tersebut karena dua hal. Yakni, (1) iman yaitu membenarkan pahala yang dijanjikan oleh Allah dan (2) mencari pahala di sisi Allah, bukan melakukannya karena alasan riya atau alasan lainnya.
Seorang umat muslim, setelah tahu bahwa ibadah di bulan Ramadan bisa menghapuskan dosa, maka ketika dia kembali berbuka dan tidak berpuasa lagi, maka dia kembali dalam suci seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya. Dia akan bersih dari dosa.
Namun, hal ini dengan syarat, seseorang haruslah bertaubat dari dosa besar yang pernah ia terjerumus di dalamnya. Selain itu, dia bertaubat dengan penuh rasa penyesalan.
Bahkan disebutkan, “Ketika hari raya Idul Fitri, banyak manusia yang akan keluar menuju lapangan tempat pelaksanaan salat Idul Fitri, Allah pun akan menyaksikan mereka. Allah pun akan mengatakan, ‘Wahai hambaku, puasa kalian adalah untuk-Ku, salat-salat kalian di bulan Ramadan adalah untuk-Ku, kembalilah kalian dalam keadaan mendapatkan ampunan-Ku.’”
Ulama salaf lainnya mengatakan kepada sebagian saudaranya ketika melaksanakan salat Ied di tanah lapang, “Hari ini suatu kaum telah kembali dalam keadaan sebagaimana ibu mereka melahirkan mereka.”
Khawatir Ibadah Tertolak
Meski demikian, sebagian ulama merasa khawatir dengan ditolaknya ibadah mereka di bulan Ramadan. Mereka berharap ibadan mereka diterima oleh Allah SWT, sehingga takut tertolak.
Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Mereka para salaf begitu berharap agar amalan-amalan mereka diterima daripada banyak beramal." Sedikitnya amal yang diterima itu lebih baik, daripada banyak beramal tapi tak diterima.
Bukankah engkau mendengar firman Allah Ta’ala, إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Al Ma-idah: 27)”
Mereka meratap dan memohon agar ibadah mereka diterima. Selain itu, mereka juga memohon agar bisa diperjumpakan lagi dengan Ramadan. Mereka teramat khawatir iman mereka di bulan selain Ramadan tak sebaik selama 30 hari yang ditinggalkan.
Karena itulah, meski bergembira menyambut Hari Raya Idul Fitri, mereka juga merasakan kesedihan luar biasa. Sebab Idul Fitri hari yang suci, sementara mereka takut ibadah mereka tak cukup untuk menghapuskan dosa-dosa mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga."
Semoga kita dan umat muslim lainnya termasuk dalam umat yang diterima amal ibadahnya di bulan Ramadan, serta mampu menjaga kualitas ibadah di luar bulan Ramadan.
Advertisement