Majelis Taqorub Ilalloh Garut Lebaran Hari ini

Menggunakan rukyat global Majelis taqorub Illalloh Garut berlebaran lebih cepat satu hari dari yang ditetapkan pemerintah.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 04 Jun 2019, 09:24 WIB
Jemaah Majelis Taqorub Ilalloh kabupaten Garut, Jawa Barat melangsungkan lebaran hari ini, satu hari lebih cepat dibanding keputusan pemerintah. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Sekitar 400 orang Jemaah Majelis Taqorub Ilalloh kabupaten Garut, Jawa Barat melangsungkan shalat Idul Fitri hari ini. Mereka merayakan lebaran satu hari lebih cepat dari keputusan pemerintah.

Ridlo Muhammad, (25), tim media Majelis Taqorub Ilalloh Garut mengatakan, penentuan 1 Syawal yang digunakan lembaganya, merujuk pada hasil rukyat global yang terjadi di beberapa negara saat ini.

“Hingga tadi malam kami mendapatkan informasi sudah 35 negara melihat hilal, termasuk di Turki dan Arab Saudi,” ujar dia selepas shalat Idul Fitri di Lapangan Hall Basket, SOR Kerkof, Garut, Selasa (4/6/2019).

Keputusan itu merupakan hasil ijtihad para ulama, yang menyatakan jika satu negara telah melihat adanya hilal, maka negara lain wajib hukumnya untuk mengikuti. “Makanya kami mengikuti keputusan itu,” ujar dia.

Hingga pengamatan tadi malam, sekitar 35 negara di dunia telah menyaksikan kemunculan hilal, yang menunjukan telah berakhirnya pelaksanaan puasa Ramadan tahun ini. “Jadi bagi kami ya sudah sah jika hari ini berlebaran, tidak genap sesuai pemerintah,” ujar dia.

Dalam catatannya hingga pukul 02.00 dini hari tadi, beberapa negara di dunia yang telah menyatakan adanya hilal, antara lain Arab Saudi, Turki, Tunisia, Moskow, Spanyol, Amerika Serikat, Polandia, Inggris, Thailand hingga Malaysia. “Tapi silahkan jika pemerintah lebaran, mungkin menggunakan rukyat lokal,” kata dia.

Ia pun tidak mempersoalkan adanya perbedaan pilihan antara majelis Taqorub ilalloh dengan pemerintah, termasuk ormas islam lainnya, sebab keduanya berdasarkan keputusan ijtima ulama. “Kami juga ahli sunnah, yang bermazhab 4 imam fiqih, Iman Syafii, Hambali, Maliki dan Hanafi,” ujar dia.

Saat disinggung adanya dua bendera mirip bendera HTI di atas mimbar khotib, Ridlo menyatakan jika hal itu merupakan antribut bendera, yang sudah biasa dimiliki masyarakat global. “Tidak ada yang aneh, kan itu sudah biasa,” kata dia tanpa menjelaskan lebih rinci.

 Simak video pilihan berikut:

 


Tidak Menjadi Polemik

Jemaah Majelis Taqorub Ilalloh kabupaten Garut, Jawa Barat melangsungkan lebaran hari ini, satu hari lebih cepat dibanding keputusan pemerintah. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Sementara itu, Dedi Mulyadi, (60), salah satu jamaah Majelis Taqorub Ilalloh asal kecamatan Cilawu mengatakan, perbedaan perayaan lebaran dengan pemerintah tidak usah dibesarkan dan menjadi perdebatan.

“Kenapa dipermasalahkan kemarin ada majelis di Sumatera lebarannya malah kemarin, aman-aman saja,” kata dia.

Menurutnya, pilihan majelis Taqorub Ilalloh merupakan hasil kesepakatan ulama yang menyatakan telah melihat adanya hilal di beberapa belahan dunia. “Intinya kami menggunakan rukyat global, sementara pemerintah menggunakan rukyat lokal, silahkan saja,” ujar dia.

Bahkan berbeda jumlah dengan Ridlo, dalam hitungannya jumlah negara yang telah menyatakan adanya hilal telah mencapai 44 negara. “Dan mungkin hingga pagi ini sudah lebih banyak lagi,” kata dia.

Namun meskipun demikian, ia tetap menghormati pilihan mayoritas masyarakat Indonesia yang baru akan melangsungkan lebaran esok hari. “Biasa saja, kan semuanya juga punya pilihan masing-masing,” kata dia.

Ia berharap dengan adanya lebaran hari ini, memberikan pesan damai bagi seluruh lapisan masyarakat. “Kami juga berharap agar syariat islam ditegakan di Indonesia agar memberikan kepastian bagi masyarakat,” pinta dia.

Ridlo menambahkan, dalam pelaksanaan shalat idul fitri tadi, beberapa kecamatan yang ikut bergabung yakni Garut Kota, Tarogong Kidul, Tarogong Kaler, Samarang, Leles dan Limbangan. “Tapia da juga dari Cilawu, Cibatu dan lainnya,” kata dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya