7 Momen Penting Liverpool di Sepanjang Liga Champions Musim Ini

Trofi ini sekaligus menyudahi penantian Liverpool selama 14 tahun di Liga Champions. Terakhir kali mereka menjadi juara adalah pada musim 2004-2005.

oleh Ario Yosia diperbarui 04 Jun 2019, 19:45 WIB
Para pemain Liverpool menyapa fans saat parade juara Liga Champions 2019 di Liverpool, Minggu (2/6). Ribuan fans tumpah ruah di jalanan untuk merayakan keberhasilan pemain membawa pulang trofi Si Kuping Besar ke kota Liverpool. (AP/Richard Sellers)

Jakarta Liverpool sukses menjadi juara Liga Champions musim ini. Di final mereka mengalahkan Tottenham Hotspur 2-0 di Estadio Wanda Metropolitano, Sabtu 1 Juni 2019 lalu.

Melakoni partai puncak Liga Champions untuk kedua kalinya secara beruntun, The Reds tampil dengan skuat terbaiknya. Akan tetapi, Liverpool yang kerap bermain menyerang dan menguasai laga, kali ini lebih banyak bertahan dan mengandalkan serangan balik.

Berdasarkan statistik di situs resmi UEFA, skuat Si Merah hanya mencatatkan 39 persen penguasaan bola. Di sisi lain, Tottenham Hotspur mampu menorehkan 61 persen ball possession.

Liverpool juga melepaskan 14 tembakan dan hanya tiga yang mengarah ke gawang. Sementara itu, Tottenham memperoleh delapan peluang bagus dari 16 kesempatan.

Meski bermain pragmatis, Liverpool berhasil membungkam The Lilywhites dengan skor 2-0. Sepasang gol kemenangan The Reds tercipta atas nama Mohamed Salah pada menit ke-2 dan Divock Origi menit ke-87.

"Ini adalah musim yang hebat dengan hasil akhir terindah yang pernah saya bayangkan," ujar manajer Liverpool, Jurgen Klopp.

Trofi ini sekaligus menyudahi penantian Liverpoolselama 14 tahun di Liga Champions. Terakhir kali mereka menjadi juara adalah pada musim 2004-2005, setelah meraih kemenangan 3-2 atas AC Milan di Ataturk Olympic Stadium, Istanbul pada 25 Mei 2005.

Ada tujuh momen krusial yang dilakoni Liverpool untuk bisa menjuarai Liga Champions. Apa saja? 

 


Laga Dramatis Melawan PSG

Bek Liverpool, Trent Alexander-Arnold, mengamankan bola dari striker PSG, Edinson Cavani, pada laga Liga Champions di Stadion Anfield, Liverpool, Selasa (18/9/2018). Liverpool menang 3-2 atas PSG. (AFP/Paul Ellis)

Liverpool asuhan Jurgen Klopp ini, bisa dibilang tidak menjalani babak grup dengan baik. Pada laga pertama ketika menghadapi Paris Saint-Germain saja, The Reds harus secara mati-matian bisa mengalahkan Les Parisiens.

Sejatinya, anak asuh Klopp telah dapat unggul 2-0 terlebih dahulu. Akan tetapi, keroposnya lini pertahanan dari Liverpool di laga itu, membuat skuat asuhan Thomas Tuchel secara tak terduga bisa menyamakan kedudukan menjadi 2-2.

Ketika pertandingan diprediksi akan berakhir imbang, Roberto Firmino datang sebagai pahlawan bagi The Reds, usai mencetak gol di menit-menit akhir babak kedua.


Aksi Ciamik Alisson Becker di Laga Kontra Napoli

Wasit Damir Skomina saat memberi kartu kuning pada bek Liverpool, Virgil van Dijk, pada laga Liga Champions melawan Napoli (11/12/2018). (AFP/Paul Ellis)

Sebagaimana diketahui sebelumnya, jika​ Liverpool memang benar-benar tak menjalankan babak grup C dengan baik, membuat skuat asuhan Jurgen Klopp menganggap pertandingan terakhirnya melawan Napoli, seperti layaknya laga hidup dan mati.

Sebab, syarat Liverpool bisa lolos ke babak 16 besar terbilang sangat sulit. Tak hanya harus meraih kemenangan, skuat asuhan  Klopp juga diwajibkan mencatatkan clean sheet lantaran kalah gol tandang dengan Napoli (pertandingan pertama takluk 0-1).

The Reds, memang telah dapat unggul sejak babak pertama melewati gol pemain bintangnya, Mohamed Salah. Walau begitu, detak jantung para supporter berdebar cepat kala melihat Partenopei membuat peluang terakhirnya. 

Ketika itu, Arkadiusz Milik mendapatkan kesempatan terakhir untuk mencetak gol. Akan tetapi, Milik masih gagal menjadi pahlawan Partenopei karena Alisson lebih sigap menghadang sepakannya tersebut.


Kolaborasi Menawan Mane dan Van Dijk saat Liverpool Hempaskan Munchen

Bek Bayern Munchen, David Alaba berebut bola dengan penyerang Liverpool, Mohamed Salah pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions di Allianz Arena, Rabu (13/3). Liverpool menundukkan tuan rumah Bayern Munchen 3-1. (AP/Kerstin Joensson)

Melihat laga Liverpool melawan ​Bayern Munchen, hanya mencatatkan hasil imbang 0-0 di leg pertama yang dimainkan di Anfield Stadium, membuat The Reds sama sekali tak difavoritkan untuk bisa menembus babak perempat final.

Bahkan, skuat asuhan Jurgen Klopp harus mendapatkan nasib buruk lantaran melihat Joel Matip menciptakan gol bunuh diri. Kendati begitu, Liverpool benar-benar menampilkan mental juaranya dengan tampil luar biasa di babak kedua.

Hasilnya, The Reds mampu mencetak dua gol melalui Sadio Mane, dan Virigil van Dijk yang menciptakan golnya dengan sundulan kerasnya.


Keajaiban Semifinal di Anfield

Manajer Liverpool, Jurgen Klopp (bertopi), berselebrasi bersama para pemain setelah mengalahkan Barcelona pada leg kedua semifinal Liga Champions, di Anfield, Rabu (8/5/2019) dini hari WIB. (AFP/Paul Ellis)

Keajaiban memang benar-benar ada. Hal itu terlihat jelas saat Liverpool bisa menembus final ​Champions League 2019, setelah mengalahkan​ Barcelona di babak semifinal. Sebenarnya, tidak pernah ada yang menduga jika Mohamed Salah dan kawan-kawan mampu menembus final untuk kedua kalinya secara beruntun.

Karena, Blaugrana sejatinya sudah terlihat nyaman lantaran telah unggul agregat 3-0, sebelum memainkan laga leg kedua di Anfield Stadium. Setelah itu, publik beranggapan semakin kecilnya kans The Reds untuk mengembalikan keadaan ketika melihat Klopp tak dapat memainkan Mohamed Salah, dan Roberto Firmino yang alami cedera.

Nyatanya, dewi fortuna masih berpihak kepada Liverpool. Meski, ditinggal beberapa pemain pentingnya yang cedera, anak asuh Klopp berhasil membuat publik takjub lantaran The Reds mampu mencetak empat gol, dan hasil cukup membawanya ke laga final dikarenakan unggul aggregat 4-3.


Kutukan Jurgen Klopp Berakhir

Pelatih Liverpool, Jurgen Klopp tersenyum saat melihat para pemainnya berlatih selama latihan tim di Melwood, Inggris (6/5/2019). Pada leg pertama Liverpool kalah telak atas Barcelona 3-0 di Stadion Nou Camp. (AFP Photo/Lindsey Parnaby)

Sebelum final dimulai, pelatih Liverpool, Jurgen Klopp selalu dicap sebagai spesialis runner-up. Panggilan itu, nampaknya juga tidak terdengar berlebihan karena di enam final terakhirnya bersama Borussia Dortmund maupun Liverpool, Klopp memang tak pernah mengakhiri pertandingan dengan gelar juara.

Akan tetapi, di laga final ketujuhnya mengubah segalanya. Pelatih berpaspor Jerman itu, akhirnya berhasil membantu The Reds mengangkat trofi Champions League untuk keenam kalinya, dan seolah mencabut julukan runner-up bagi Klopp.


Liverpool Akhiri Puasa Gelar

Striker Liverpool Divock Origi berselebrasi dengan Xherdan Shaqiri setelah mencetak gol ke gawang Barcelona pada laga kedua semifinal Liga Champions di Anfield, Selasa (7/5/2019). (Paul ELLIS / AFP)

Ketika Klopp bisa mengakhiri rekor buruknya, ​Liverpool juga dapat melakukannya. Sebagaimana diketahui, The Reds sudah tidak pernah mengangkat trofi di kompetisi manapun sejak tahun 2012 lalu, saat meraih gelar League Cup.

Impian para supporter Liverpool untuk melihat klub kesayangannya mendapatkan piala, akhirnya kembali terjadi dalam kurun waktu tujuh tahun lamannya.


Menyalip Barcelona dan Bayern Munchen

Penyerang Liverpool, Divock Origi, mencium trofi usai menjuarai Liga Champions 2019 di Stadion Wanda Metropolitano, Madrid, Minggu (2/6). Liverpool menang 2-0 atas Tottenham Hotspur. (AP/Manu Fernandez)

Mengalahkan wakil Inggris lainnya, Tottenham Hotspur di final Champions League, menjadikan Livepool kini telah berhasil membawa pulang trofi tersebut sebanyak enam kali. Raihan itu, juga membuat The Reds mampu menyalip ​Barcelona, dan ​Bayern Munchen yang masing-masing telah meraih lima gelar Champions League.

Kini, Liverpool yang berada di urutan ketiga dalam tim yang paling banyak memenangkan trofi si kuping besar itu, hanya kalah dari ​AC Milan (tujuh kali), dan ​Real Madrid (13 kali).

Sumber: Bola.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya