Penantian Panjang Jurgen Klopp Akhiri Predikat Pecundang

Sukses Liverpool jadi juara Liga Champions, menandai keberhasilan Jurgen Klopp hentikan kutukan final. Ini jadi gelar pertamanya setelah tiga musim berada di Anfield.

oleh Achmad Yani Yustiawan diperbarui 04 Jun 2019, 17:15 WIB
Manajer Liverpool, Jurgen Klopp, berhasil membawa timnya merengkuh trofi juara Liga Champions musim ini. (AFP/Paul Ellis)

Liputan6.com, Jakarta Rasanya sangat wajar jika manajer Liverpool, Jurgen Klopp, sangat gembira setelah sukses membawa timnya menjuarai LIga Champions musim 2018-2019. Klopp pun kini layak mensejajarkan diri dengan pelatih-pelatih hebat, bukan lagi pecundang.

"Saya manusia normal, jadi jika aku duduk di ruangan dan berpikir ini semua tentang saya yang gagal, benar memang saya jadi penyebabnya. Jika saya melihat diri saya sebagai pecundang atau apa pun, maka kami (Liverpool) semua akan memiliki masalah, tetapi saya tidak melihatnya seperti ini.

Ucapan manajer asal Jerman ini, terkesan sangat emosional. Pasalnya, Jurgen Klopp benar-benar dihantui kutukan jika tampil di partai puncak kompetisi Eropa.

Klopp punya rangkaian buruk setelah tidak pernah menang dalam enam laga final di ajang utama. Tiga di antaranya Klopp catatkan bersama Liverpool saat kegagalannya membawa Liverpool juara Piala Liga, Piala Liga Europa 2015-2016, dan final Liga Champions 2017-2018.

Total sepanjang karier kepelatihannya, Klopp tujuh kali meloloskan klubnya ke final, dan hanya sekali sukses merengkuh trofi, yakni di Piala Jerman 2012. Sisanya ia selalu gagal.

Dan, yang paling mengecewakan tentu di ajang Liga Champions. Pada 2013 saat melatih Borussia Dortmund, Jurgen Klopp harus mengakui keunggulan Bayern Munchen dengan skor 2-0. Musim lalu di Liverpool digasak Real Madrid 1-3.


Bukan Pecundang

Pelatih Liverpool, Jurgen Klopp saat menginstruksikan pemainnya selama bertanding melawan Manchester City pada lanjutan Liga Inggris di stadion Etihad (3/1). Kini Liverpool dan City hanya terpaut empat poin. (AFP Photo/Oli Scarff)

Kini Klopp sudah lega dan layak berbangga diri. Seolah melepas kutukan, ia sukses membawa tim asuhannya menutup musim 2018-2019 dengan berhasil menyabet gelar Liga Champions.

The Reds taklukkan pesaingnya Tottenham Hotspur 2-0 pada final Liga Champions yang berlangsung di Stadion Metropolitano, Sabtu 1 Mei 2019 lalu.

"Pertandingan melawan Tottenham merupakan malam terbaik saya selama menjadi seorang pelatih," kata Klopp

"Saya tak melihat diri saya sebagai pecundang. Kami Liverpool pasti bakal bermasalah kalau itu benar."

Bagi Liverpool ini adalah gelar Liga Champions ke-6. Sebelumnya, mereka meraih trofi ini di musim 1976–1977, 1977–1978, 1980–1981, 1983–1984, 2004–2005.


Dunia Medis

Striker Liverpool, Sadio Mane, melakukan selebrasi bersama pelatih Jurgen Klopp usai mencetak gol ke gawang Crystal Palace pada laga Premier League di Stadion Anfield, Sabtu (19/8/2017). Liverpool menang 1-0 atas Crystal Palace. (AP/Martin Rickett)

Nama Klopp mulai dikenal ketika dia menangani Borussia Dortmund. Saat itu, Klopp pernah membimbing Dortmund meraih beberapa trofi, juga mencapai final Liga Champions.

Jauh sebelum itu, Klopp memulai kariernya dengan menangani Mainz pada 2001 silam. Dia menghabiskan tujuh tahun di sana sebelum hengkang ke Dortmund dan Liverpool.

Selain menggeluti sepak bola, Klopp ternyata pernah menempuh studi kedokteran. Saat masih bermain sebagai pesepak bola, dia membagi hidupnya pada beberapa porsi. Ada porsi untuk bermain, ada porsi untuk belajar. Keputusan itu ternyata keliru.

"Pada usia 33 hidup saya berubah. Gagasan awalnya adalah untuk belajar ilmu medis, tetapi saya tidak bisa belajar sambil bermain sepak bola. Saya mencoba menciptakan hidup saya yang berpusat di permainana sapeka bola. Saya tidak benar-benar bertanggung jawab. Itu sungguh bukan keputusan cerdas," ujar Klopp kepada Independent.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya