Cerita Teman Tuli yang Baru Mengenal Azan di Usia 35 Tahun

Perjalanan seorang teman tuli menemukan 'suara' azan dan membagikan pemaknaannya pada teman-teman berkebutuhan khusus.

oleh Asnida Riani diperbarui 06 Jun 2019, 03:00 WIB
Program masjid ramah disabilitas di Masjid El-Syifa, Jagakarsa, Jakarta Selatan. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Liputan6.com, Jakarta - Adalah Galuh, teman tuli yang bercerita perjalanan panjang menemukan azan di tengah keterbatasan diri. Akses cenderung tak ramah bagi difabel membuatnya tak bisa memahami makna panggilan salat tersebut.

"Saya terlambat mengenal Islam, memaknai Islam. Tapi, tidak apa-apa. Saya tidak pernah menyalahkan Allah," salah seorang teman tuli ini menjelaskan ketika jadi pemateri di program Masjid Ramah Disabilitas di kawasan Jagakarta, Jakarta Selatan, Senin, 27 Mei 2019.

Tuli dimaknai perempuan yang akrab disapa Bunda Galuh ini sebagai tanda bahwa Sang Empunya Hidup ingin dirinya berupaya lebih dalam mengenal dan mendalami ayat-ayat-Nya.

"Sebagai difabel, tugas hidup kita adalah mencari hikmah. Apa kelebihan yang diberikan Allah di tengah keadaan terlihat serba terbatas. Saya, misalnya. Karena kondisi saya, Allah membebaskan pendengaran saya dari hisab (perhitungan baik dan buruk) di akhirat nanti," tambahnya.

Bahasa isyarat yang punya struktur berbeda dengan Bahasa Indonesia disebutkan Galuh jadi tantangan lain bagi teman tuli mendalami Islam. "Ada saya mengenal seorang tuli berusia 27 tahun. Ia kalau salat berhitung. Jadi, misalnya. 1, 2, 3, 4 Allahu Akbar. 1, 2, 3, 4 Sami Allahu Liman Hamidah," Galuh menjabarkan.

Panjang perjalanan memaknai Islam dan berusaha 'mendengar' bunyi azan, Galuh mengatakan baru menemukannya di usia 35 tahun. "Bayangkan selama itu hidup sebagai Muslim, saya baru menemukan bunyi azan," sambungnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Sebarkan 'Suara' Azan bagi Teman Tuli

Program masjid ramah disabilitas di Masjid El-Syifa, Jagakarsa, Jakarta Selatan. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Seorang tuli 27 tahun yang disebutkan tadi, dijelaskan Galuh, sempat mengetuk pintunya di waktu setelah Subuh. Ketika itu, ia bertanya pada perempuan 39 tahun tersebut bahwa dirinya tak pernah mendengar azan. "Bagaimana sebenarnya suara azan itu?" kata Galuh dalam Bahasa Isyarat.

Dari situlah hatinya tergerak untuk memberi tahu azan dalam bahasa isyarat agar bisa dimaknai teman-teman tuli yang lain. Di tengah cerita yang dibagikan, dibantu teman berkebutuhan khusus lain, Galuh mencontohkan bagaimana azan terlafal dalam bahasa isyarat.

"Ayo semua ikuti ya," Galuh mengajak. Serentak teman-teman berkebutuhan khusus, tak hanya tuli, langsung meniru gerakan demi gerakan yang dicontohkan perempuan berkacamata tersebut.

Setelah dengan telaten memberi contoh bahasa isyarat yang merepresentasi kata per kata dalam azan, ia pun memberi saran. "Sebaiknya di setiap masjid, setiap azan berkumandang, ada layar di dalam ruangan yang memperlihatkan bagaimana azan terlantun dalam bahasa isyarat," tutupnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya