Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global hingga 0,3 persen pada 2019. Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan menyentuh 2,9 persen.
Namun, berdasarkan laporan Global Economic Prospects edisi Juni menyatakan pertumbuhan ekonomi global menjadi hanya 2,6 persen. Tentunya hal ini akan mempengaruhi perekonomian global termasuk Indonesia.
Menanggapi perihal ini, Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, jika hal ini tidak akan mempengaruhi Indonesia secara langsung.
"Hal ini karena AS dan China yang tidak bisa ditebak. Jadi banyak orang jadi pesimis. Namun bagaimana dampaknya? Dampak negatif pada ekonomi kita pasti ada, namun tidak langsung dalam skala besar tapi ada," ujar dia saat mengadakan konferensi pers, Rabu (5/6/2019).
Baca Juga
Advertisement
Darmin menambahkan, perdagangan dunia pasti akan melambat karena konflik dua negara perekonomian besar yang tak kunjung usai ini. Sementara hal ini juga pastinya akan mempengaruhi ekspor Indonesia.
Meskipun demikian, Darmin mengatakan, ekonomi Indonesia masih terbilang akan aman meskipun sedikit mengalami gangguan.
Ini karena masih ada faktor lain yang membuatnya terjaga salah satu meningkatnya peringkat kredit utang jangka panjang Indonesia dari BBB- menjadi BBB oleh Standard and Poor’s (S&P).
"Nah kalau saya bilang tadi ekonomi kita masih relatif oke karena ada faktor-faktor lain. lihat itu saja S&P. Meskipun perekonomian global melambat dan Indonesia juga kena imbas, tapi karena ada faktor lain jadi masih ada investor yang tetap berinvestasi, banyak yang mau,” tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kata Sri Mulyani
Sebelumnya, Bank Dunia (World Bank) baru saja merevisi target pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,6 persen. Angka tersebut turun 0,3 persen dari proyeksi semula sebesar 2,9 persen.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan, revisi pertumbuhan tersebut dilakukan dengan melihat kemungkinan gejolak perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China. Babak baru perang dagang dinilai masih belum baik.
"Kalau lihat keseluruhan tema IMF, WB, OECD dan ADB, dalam hal ini mereka sudah lihat eskalasi trade war, AS dan RRT itu masuk skenario yang tidak baik. Down side risk sudah terjadi ini berbeda sekali tonenya," ujar dia di Kawasan Perumahan Menteri Widya Chandra, Jakarta, Rabu, 5 Juni 2019.
Sri Mulyani melanjutkan, sebelumnya seluruh dunia berharap perang dagang AS-China segera mereda dengan beberapa pertemuan bilateral yang digelar diberbagai negara. Namun, pada kenyataannya perang dagang masih memanas.
"Tadinya mereka berharap trade war itu tidak akan sampai ke full boom atau meledak secara penuh seperti yang terjadi sekarang ini. Karena ada harapan waktu itu negosiasi terjadi jadi dinamika ini baru terjadi satu bulan terakhir atau satu setengah bulan terakhir," tutur dia.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut mengatakan, saat ini seluruh negara tidak lagi hanya menunggu ancaman perang dagang mereda. Namun lebih kepada mengantisipasi implementasi penerapan tarif kedua belah pihak pada Juni mendatang.
"Dengan demikian maka kuartal II, III dan IV akan terpengaruh dengan adanya, tidak lagi ancaman tapi implementasi dari ancaman," tandasnya.
Advertisement
Bank Dunia Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Global
Bank Dunia memperkirakan ekonomi global melambat. Bank Dunia prediksi, pertumbuhan ekonomi hanya 2,6 persen pada 2019 dari target semula 2,7 persen.
Ekonom Bank Dunia menilai, perlambatan ekonomi semakin meluas, dan berdampak terhadap banyak negara. Ditambah risiko ketidakpastian bisnis karena ketegangan perang dagang global.
Salah satu ekonom Bank Dunia yang melakukan riset dalam laporan, Franziska Ohnsorge menyatakan, Bank Dunia sebelumnya peringatkan prediksi ekonomi global yang melambat pada enam bulan lalu.
"Dulu prediksi, sekarang kita melihat data," ujar dia, seperti dikutip dari laman BBC, Rabu, 5 Juni 2019.
Pada Januari, Bank Dunia revisi prediksi pertumbuhan ekonomi global dari tiga persen menjadi 2,9 persen pada 2019.
Ohnsorge menuturkan, kemudian kekecewaan makin luas terhadap perdagangan, investasi, manufaktur di negara maju dan berkembang.
Konflik perdagangan menjadi faktor penting yang sebabkan pertumbuhan ekonomi global melemah. Hal itu terutama ketegangan perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS).
Bank Dunia melihat, perang dagang berdampak terhadap ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi China akan melambat imbas perang dagang. Dalam tiga dekade, rata-rata pertumbuhan ekonomi China sekitar 10 persen. Ekonomi China diprediksi hanya tumbuh 6,2 persen pada 2019.
Hal itu juga didorong dari pemerintah China yang sengaja perlambat ekonominya.Ekonom prediksi kalau tingkat pertumbuhan sebelumnya tidak dapat dipertahankan lebih lama.
Akan tetapi, ketegangan perang dagang yang berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi global yang melambat akan pengaruhi China pada 2019.
Mengurangi Kemiskinan
Kelemahan ekonomi global berdampak pada peran utama Bank Dunia. Hal ini dengan dorong pembangunan ekonomi dan mengurangi kemiskinan.
"Pertumbuhan ekonomi yang kuat sangat penting untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan standar hidup," ujar Presiden Bank Dunia, David Malpass.
Sementara itu, Bank Dunia menyatakan ekonomi Afrika tumbuh belum cukup untuk kurangi kemiskinan di benua tersebut. Tokoh-tokoh di Afrika juga turut pengaruhi. Meski Bank Dunia perkirakan pertumbuhan agak kuat di Afrika, tapi masih belum cukup untuk secara signifikan kurangi kemiskinan.
Advertisement