Liputan6.com, Napyidaw - Umat Buddha di Myanmar membagikan mawar putih kepada umat Islam yang hendak salat Idul Fitri pada Rabu 5 Juni 2019, ibadah saat berakhirnya bulan Ramadan.
Hal ini menjadi pertunjukan solidaritas langka di negara di mana Islam sering difitnah.
Para relawan berbaris di luar Masjid Dargah di timur Yangon, memberikan bunga kepada sejumlah umat Muslim saat Idul Fitri, beberapa pekan setelah gerombolan garis keras mencoba mengancam salat saat Ramadan.
Baca Juga
Advertisement
Kurir sepeda motor Muslim Tin Myint (42) mengatakan gerakan itu membangkitkan semangat di komunitas Muslim Myanmar.
"Beberapa umat Buddha benar-benar membantu melindungi kami," kata Tin Myint kepada AFP seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis (6/6/2019).
Kampanye mawar putih dimulai tiga pekan lalu setelah gerombolan sekitar 200 ultra-nasionalis turun ke tiga tempat yang menjadi lokasi salat saat Ramadan di Yangon, memaksa mereka untuk berhenti beraksi.
Polisi Myanmar merespons pada hari-hari berikutnya dengan menawarkan perlindungan kepada para jamaah. Surat perintah penangkapan kemudian dikeluarkan untuk satu pemimpin protes.
Biksu moderat yang dihormati, Seindita, juga datang untuk memohon kesabaran mereka, membagikan mawar putih sebagai solidaritas dan memicu kampanye lebih luas.
Tim yang terdiri dari 100 sukarelawan Buddha itu membagikan sekitar 15.000 bunga kepada umat Islam di 23 lokasi di seluruh negeri selama Ramadan.
Peringatan Bagi Ekstremis
Thet Swe Win (33) menjelaskan mawar itu adalah "peringatan bagi para ekstremis bahwa banyak orang di Myanmar tidak sependapat dengan pandangan mereka yang tidak adil".
Sekitar 3 hingga 4 persen populasi Myanmar yang mayoritas beragama Buddha adalah Muslim, agama yang sudah berakar di negara itu sejak berabad-abad lalu.
Tindakan keras militer 2017 yang brutal memaksa sekitar 740.000 Muslim Rohingya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh. Diskriminasi terhadap komunitas Muslim - yang mencakup orang-orang dari banyak kelompok etnis - terlalu keras.
Para kritikus mengatakan umat Islam kerap menjadi sasaran perubahan hukum Myanmar pada 2015, yang sangat membatasi pernikahan antaragama.
Wunna Shwe, sekretaris gabungan Dewan Urusan Agama Islam Myanmar, mengatakan kampanye mawar putih benar-benar membantu setelah bertahun-tahun degradasi hak-hak mereka.
"Kami dulu hidup seperti saudara dan saudari satu sama lain (bersama umat Buddha)," katanya, seraya menambahkan masalah diciptakan untuk "tujuan politik".
Advertisement