Madura, Salat Id dan Khutbah Bahasa Arab

Masjid Ar Rahman, Dusun Lembung, Desa Jaddih, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan, salah satu yang menggelar salat id dengan khotbah berbahasa arab.

oleh Musthofa Aldo diperbarui 07 Jun 2019, 04:00 WIB
Suasana Salat Ied di Masjid Ar-Rahman Desa Jaddih, Kabupaten Bangkalan.

Liputan6.com, Bangkalan - Meski secara administratif masuk wilayah Jawa Timur, Madura merupakan daerah yang khas. Budayanya, bahasanya juga adatnya berbeda dengan pulau Jawa. Maka, salat id di Madura pun berbeda. Tak ada salat id 'out door' di sana.

Biasanya, di kebanyakan masjid di luar Madura, ketika membludak, sebagian orang barulah salat di luar masjid karena tak ada pilihan lain.

Kemudian, Salat id di Madura khotbahnya masih memakai bahasa Arab. Khotib-khotib di desa mayoritas baca khotbah berbahasa arab. Hanya di kota, beberapa masjid sudah berkhutbah dengan bahasa Indonesia.

Masjid Ar Rahman, Dusun Lembung, Desa Jaddih, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan, salah satu yang menggelar salat id dengan khotbah berbahasa arab. Tidak hanya saat salat Id sebenarnya, saat salat Jumat pun, Khatib-khatib Madura masih banyak yang memakai bahasa arab.

"Apakah kamu mengerti isi khutbahnya," saya bertanya pada seorang tetangga yang duduk di sebelah saya.

Dia menggelengkan kepala. Tapi katanya, ia mengerti beberapa kalimat yang dibacakan sang khatib.

"Coba dengarkan, nada suara Aba Jeu terdengar hendak menangis, pasti dia paham apa yang dibaca, pasti isinya kebajikan," katanya.

"Lagi pula, jamaah kan hanya diperintah mendengarkan dengan seksama, bukan memahaminya," teman itu melanjutkan pendapatnya.

Abah Jeu adalah sapaan akrab KH. Jauhari Sobir, khatib salat id di Rabu (6/6/2019) pagi itu.


Khotbah Tak Harus Panjang

seorang warga Madura, sedang ziarah kubur ke makam leluhurnya di Kabupaten Bangkalan. ziarah kubur merupakan tradisi yang lekat dengan warga Madura.

Sejak Abah Jeu naik mimbar, mengumandangkan takbir, memuji Allah SWT dan bersholawat kepada Nabi Muhammad. Tak ada jamaah yang beranjak, semua duduk rapi di shafnya. Mereka mendengarkan dengan seksama khotbah yang dibacakan dengan pengeras suara itu.

Antara 5 atau 10 menit kemudian, khotbah sudah selesai. Barulah jamaah bubar dan bersalam-salaman.

"Khutbah kan yang penting syarat dan 5 rukunnya terpenuhi, tak harus panjang," kata KH Jauhari Sobir, imam dan Khotib di Masjid Ar-Rahman. Kami mengobrol di teras masjid usai salat id.

Menurut Abah Jeu, khotbah salat id harus berbahasa arab. Kalau ada Khotib pakai bahasa Indonesia, wajib memenuhi ke lima rukun yaitu memuji Allah, membaca shalawat, berwasiat tentang takwa, membaca ayat Al-Qur'an serta mendoakan kaum Muslimin.

"Walau khotbah bahasa Indonesia, semua rukunnya harus teks Arab. Ini sekaligus isyarat bahwa khotib itu harus fasih membaca tulisan Arab," kata alumnus Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Situbondo ini.

Di luar yang rukun-rukun itu, Aba Jeu menambahkan, syarat lain yaitu khotbah Idul Fitri tak boleh memasukkan tema-tema politik.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya