Meredam Bentrok di Buton

Bentrok antara dua desa di Buton pecah di momen Idul Fitri. Puluhan rumah terbakar dan dua orang meninggal.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Jun 2019, 03:02 WIB
Prajurit TNI dan personel Polri melaksanakan Apel Patroli Skala Besar TNI-Polri di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (14/4). TNI dan POLRI siap mengamankan pelaksanaan Pemilu serentak 17 April 2019 mendatang dengan menjamin keamanan masyarakat sampai ke TPS. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Kendari - Bentrok antara dua desa di Buton pecah di momen Idul Fitri. Puluhan rumah terbakar dan dua orang meninggal. Kamis 6 Juni 2019, situasi mereda.

Personel gabungan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) pun bahu membahu meredam bentrok warga dua desa di Kecamatan Siontapina, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. 

Kabid Humas Polda Sultra AKBP Herry Goldenhart mengatakan, personel dari Polres Buton, Polres Kota Babau dan Kodim Buton dikerahkan untuk meredam bentrokantarwarga.

"Sejak tadi siang situasi sudah kondusif. TNI-Polri bersama pihak terkait bersinergi meredam kesalahpahaman warga dua desa," kata Goldenhart di Kendari, seperti dilansir Antara, Kamis 6 Juni 2019 malam.

Kapolda Sultra Brigjen Pol Iriyanto dan Danrem 143 Kolonel Inf Yustinus Nono Yulianto saat ini berada di lokasi bentrok tersebut.

Informasi awal yang dihimpun penyelidik, motif konflik yang mengakibatkan 87 rumah terbakar adalah sekelompok pemuda Desa Sampuabalo menggelar konvoi kendaraan bermotor serangkaian malam takbiran Idul Fitri memancing ketersinggungan warga Desa Gunung Jaya.

Kesalahpahaman warga dua desa berlanjut keesokan harinya atau seusai salat Idul Fitri hingga terjadi pembakaran puluhan unit rumah warga setempat.

"Kami imbau warga yang bertikai untuk menahan diri. Kepolisian, TNI serta pemerintah daerah terus berupaya membangun rekonsiliasi demi kepentingan dan keselamatan warga," kata Iriyanto tentang bentrok di Buton.


Kronologi

Ilustrasi bentrok warga vs polisi

Kejadian bermula pada Selasa 4 Juni sekitar pukul 21.00 Wita saat sekelompok pemuda dari Desa Gunung Jaya melakukan pawai motor melintasi Desa Sampuabalo dengan cara mengegas-ngegas sepeda motornya. Hal ini memancing kemarahan warga Desa Sampuabalo.

Lalu, pada Rabu 5 Juni sekitar pukul 13.00 Wita, pemuda dari Desa Sampuabalo menggunakan motor hendak menuju ke SP1 atu Ambuau untuk menemui keluarganya dalam rangka silaturahmi.

"Pada saat melintasi Desa Gunung Jaya pemuda tersebut langsung dibusur dan mengenai dada sebelah kiri dan pemuda tersebut langsung kembali ke Desa Sampuabalo melaporkan kejadian tersebut," kata Kabid Humas Polda Sulawesi Tenggara, AKBP Harry Goldenhart Santoso saat dikonfirmasi merdeka.com, Kamis (6/6/2019).

Masih di hari yang sama, sekitar pukul 14.00 Wita, sekelompok pemuda berjumlah kurang lebih 100 orang dari Desa Sampuabalo menyerang ke Desa Gunung Jaya dengan melemparkan batu ke rumah-rumah warga. Warga Desa Gunung Jaya membalas lemparan batu tersebut.

"Karena banyaknya pemuda dari Desa Sampuabalo, sehingga masyarakat Desa Gunung Jaya langsung lari dan mengamankan diri di desa tetangga dan beberapa pemuda dari Desa Sampuabalo langsung membakar rumah dengan menggunakan, bom molotov dan bensin," ujarnya.

Atas kejadian tersebut, empat motor dan satu mobil milik warga Desa Gunung Jaya Butonhangus terbakar. Dan satu warga dari Desa Sampuabalo terkena panah pada bagian dada sebelah kiri.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya