Liputan6.com, Jakarta Momen Lebaran adalah saat-saat membahagiakan karena dapat bertemu dengan keluarga. Saat itu, banyak saling sapa terucap untuk menanyakan kabar. Namun, tapi jangan sampai kehangatan ini ternodai dengan tindakan kids shaming atau pelabelan terhadap anak.
"Anaknya kecil banget ya,", "Anaknya hitam ya,", "Gendut banget anaknya, pantas lama geraknya,". "Sudah setahun anaknya belum jalan ya, anak saya 6 bulan sudah jalan," "Anaknya nakal banget," dan lain sebagainya.
Advertisement
Dikutip dari Times Indonesia, tanpa sadar kalimat bullying atau perisakan seperti di atas meluncur deras menerpa anak-anak kita. Kids shaming sering meluncur deras di antara obrolan hangat keluarga tanpa kita sadari. Pemerhati anak mengingatkan pemberian kritik atau komentar yang justru membuatnya tertekan orang lain.
"Setop kids shaming ya mom, karena pertumbuhan anak masing-masing berbeda," kata Owner Daycare Lentera Hati, Rosidah Erawati.
Menurut dia, salah satu efek dari korban kids shaming adalah menjadikan anak-anak tidak percaya diri. Maka untuk semua orang dewasa berhati-hatilah dalam berucap kepada anak.
Bunda Era, panggilan akrab Rosidah Erawati, pun memberikan tips untuk ibu-ibu untuk menghadapi situasi kids shaming yang mungkin terjadi.
"Jika posisi kita sebagai korban maka balas kritikan dengan candaan sebagai senjata. Setel hati kita untuk legawa menerima kritikan dan hempaskan saja dengan tertawa," ujarnya.
Bunda Era pun menganjurkan kepada orang tua yang anaknya mengalami kids shaming agar segera memberikan penguatan. "Katakan pada anak yang menjadi korban sids shaming, apa pun kata orang, ayah dan bunda mencintai kalian," katanya.
Karena itu saat bertemu dengan keluarga di Idul Fitri jangan sampai ternodai dengan tindakan kids shaming.