7-6-1692: 3 Gempa Tenggelamkan Kampung Bajak Laut di Jamaika

Tak ada yang menyangka hari itu, gempa dahsyat mengguncang Port Royal, kampung halaman Pirates of the Caribbean -- dalam arti sesungguhnya -- sebanyak tiga kali.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 07 Jun 2019, 06:00 WIB
Pada 7 Juni 1692, Port Royal hancur oleh gempa (Wikipedia/Public Domain)

Liputan6.com, Port Royal - Hari ini 327 tahun silam, gempa bumi dahsyat mengguncang markas bajak laut Karibia di Port Royal, sebuah pulau kecil di perairan Jamaika. Mengakibatkan likuifaksi atau tanah bergerak -- penurunan tanah akibat memadatnya volume lapisan tanah -- dan memicu tsunami besar.

Pada Abad ke-17, kota itu terkenal di seluruh Dunia Baru (New World) sebagai markas para bajak laut Karibia, penyelundup, dan para bandit yang bejat lagi mesum -- menjadi kampung halaman Pirates of the Caribbean, dalam arti sesungguhnya.

History.com yang dikutip Jumat (7/6/2019) menggambarkan Port Royal sebagai most wicked and sinful city in the world” atau kota paling jahat dan penuh dosa di dunia.

Tak ada yang menyangka hari itu, 7 Juni 1692, gempa dahsyat mengguncang tiga kali. Orang-orang pun lari berhamburan menyelamatkan diri.

Tak lama berselang, air laut naik ke permukaan. Tsunami terjadi begitu cepat. Manusia yang ada di sana belum sempat menyelamatkan diri. Dalam waktu sekejap, dua per tiga bagian dari kota tersebut tenggelam ke Laut Karibia. Sebagian besar kawasan yang dihuni 6.500 warga tersebut menghilang ditelan air.

Pemakaman dan tempat ibadah karam. Benteng, hingga bagian tertinggi bangunan pertahanan itu, raib bak disedot air.

"Suara bangunan runtuh begitu jelas terdengar. Aku bergegas menyelamatkan diri, berlari ke mana pun kumampu," ungkap Dr Heath, pejabat kota setempat, seperti dimuat situs resmi UNESCO.org.

"Saat aku berlari, tiba-tiba tanah di depanku menganga. Menelan orang-orang di sekitar. Aku kemudian buru-buru berlari."

Dari luas kota 51 hektare, 20 hektare di antaranya tenggelam ke laut dengan kedalaman 10 kaki atau sekitar 3 meter. Permukaan lain seluas 13 hektare merosot hingga 35 kaki atau 10 meter. Menurut laporan History.com, Port Royal tenggelam hingga kedalaman 40 kaki atau 12 meter.

Jasad dari pemakaman bahkan mengapung berserakan di pelabuhan bersama para korban bencana.

Di pulau utama, Spanish Town juga terkena dampaknya. Bahkan sisi utara pulau itu mengalami tragedi hebat. Lima puluh orang terbunuh dalam tanah longsor. Secara keseluruhan, sekitar 3.000 orang kehilangan nyawa pada tanggal 7 Juni.

Gempa susulan membuat para korban yang selamat tidak bisa membangun kembali Port Royal. Sebagai gantinya, kota Kingston dibangun dan kini menjadi kota terbesar di Jamaika.

Menurut data yang dilaporkan UNESCO (Badan PBB di Bidang Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan), sekitar 2.000 orang tewas terbawa arus. Selain itu, 3.000 orang lainnya meninggal beberapa hari kemudian akibat luka parah dan penyakit yang muncul setelah bencana.

Hanya sebagian dari penduduk Port Royal yang selamat. Mereka berhasil menyelamatkan diri ke daratan yang lebih tinggi. Kapal HMS Swan menjadi salah satu tempat para korban selamat berada.

Setelah bencana dan penyakit usai, mereka yang tersisa membangun kembali kota tersebut.

Akan tetapi, 11 tahun kemudian, bencana kembali melanda Port Royal. Kebakaran hebat melahap habis sebagian besar kota. Semua bangunan hangus, kecuali beberapa kastil.


Peringatan?

Port Royal, Jamaika

Port Royal dibangun di atas hamparan pasir yang labil. Saat lindu mengguncang, tanah terbelah, menyedot apapun yang ada di atasnya -- bangunan, jalan raya, juga para penghuninya -- lalu kembali menutup.

Geyser meletus dari dalam Bumi, bangunan-bangunan rubuh, dan akhirnya kota dihantam tsunami. Gelombang gergasi menyeret apapun yang bisa diraihnya ke laut.

Akhirnya dua per tiga kota hilang ditelan lautan. Empat dari lima benteng hancur atau terendam dan 2.000 orang tewas seketika. Beberapa hari kemudian, giliran 3.000 manusia meninggal dunia akibat luka maupun penyakit.

Sifat durjana para penghuninya tak lantas hilang di tengah malapetaka. "Sesaat setelah Bumi berhenti berguncang, Anda akan terkejut mendengar tentang terjadinya penghancuran, perampokan dan kekerasan yang terjadi...tak ada seorang pun yang bisa mengklaim harta bendanya miliknya, sebab yang paling kuat dan paling jahat merebut apa yang mereka senangi ... "

Ketika berita menyebar tentang kehancuran Port Royal, banyak orang menjadikannya sebagai peringatan, pembalasan Ilahi untuk kemaksiatan yang dilakukan orang-orang di dalamnya -- para perompak dan pekerja seks komersial, kesombongan para bangsawan yang kerap memamerkan kekayaan, dan praktik perbudakan yang mereka lakukan.

Pemuka agama setempat menyebut, malapetaka yang menimpa Port Royal adalah hukuman dari Tuhan, lewat perantaraan gempa dan tsunami.

Sebagian besar Port Royal kini tenggelam beberapa meter ke dasar Laut Karibia. Pun dengan ratusan kapal karam yang kala itu bersandar di pelabuhan.

Pada tahun1900-an, orang-orang melaporkan penampakan kota di bahwa air dan sensasi mengerikan mengambang di atasnya.

Sejak tahun 1950-an, para penyelam mengekplorasi dan mendata apa saja yang ada di dalam laut.

Pada 1969, seorang pemburu harta karun bernama Edwin Link menemukan sebuah artefak paling terkenal dari Port Royal -- sebuah jam saku yang jarum jamnya berhenti tepat pada pukul 11.43 -- yang diyakini sebagai waktu terjadinya gempa.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya