Bomber Kartasura Pernah Ajak Orangtuanya Gabung ISIS

Selain bergabung dengan ISIS, bomber Kartasura RA juga pernah mengajak orangtuanya untuk melakukan aksi bom bunuh diri.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Jun 2019, 19:07 WIB
Garis polisi melintang di lokasi ledakan bom di Pos Polisi Pantau, Bundaran Kartasura, Sukoharjo Selasa (4/6/2019). Bom bunuh diri terjadi pada Senin pukul 22.20 WIB yang mengakibatkan pelaku aksi teror kritis dan tujuh polisi selamat. (Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Jakarta - Bomber Pos Polisi Kartasura, Jawa Tengah, RA (22) ternyata pernah mencoba mengajak orangtuanya untuk berbaiat ke jaringan teroris ISIS.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigen Dedi Prasetyo mengungkapkan, fakta tersebut didapat dari hasil penyelidikan sementara terhadap pelaku RA.

"Iya, hasil sementara FB (komunikasi dengan pimpinan ISIS) kemudian dari keterangan orangtuanya, karena orangtuanya sempat diajak dibaiat ikut kepada jaringan ISIS," kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (7/6/2019).

Selain bergabung dengan ISIS, ternyata RA juga pernah mengajak orangtuanya untuk melakukan aksi bom bunuh diri.

"Orang tuanya juga diajak untuk mendukung melakukan suicide bomber, tapi ortunya menolak," ucapnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Tak Lapor ke Polisi

Petugas Inafis melakukan olah TKP di lokasi ledakan bom di Pos Polisi Pantau, Bundaran Kartasura, Sukoharjo Selasa (4/6/2019). Bom bunuh diri terjadi pada Senin pukul 22.30 WIB yang mengakibatkan pelaku aksi teror kritis dan tujuh polisi selamat. (Liputan6.com/Fajar Abrori)

Meski sempat diajak berbaiat ke ISIS, orangtua RA tidak melaporkan hal tersebut ke polisi.

"(Orang tau enggak lapor) ini karena ketidakpahaman orang tuanya belum sampai mendalami apakah betul anaknya terpapar secara mendalam," ujar Dedi.

Menurut Dedi, orangtua RA mengaku, beberapa kali sempat mengingatkan anaknya untuk tidak mengikuti ajakan radikal. Sebeb mereka menilai, ajakan tersebut sangat berbahaya.

"Kebetulan orangtuanya sudah mengingatkan untuk tidak mengikuti yang sifatnya radikal, terlalu ekstrim itu membahayakan. Karena tingkat pengetahuan yang bersangkutan terhadap agama sangat kurang, oleh karenanya mudah terpapar," pungkasnya.

 

Reporter: Nur Habibie

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya