Aksi SAR dan Mitos Laut Kidul Menyembunyikan Korban Tenggelam

Hingga hari ketiga pencarian, Sabtu, 8 Juni 2019, korban tenggelam Laut Kidul urung ditemukan. Gelombang tinggi perairan laut selatan menghambat pencarian kedua korban

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 10 Jun 2019, 05:00 WIB
Pencarian korban tenggelam di Pantai Suwuk, Tambakmulyo, Puring, Kebumen. (Foto: Liputan6.com/Basarnas/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Kebumen - Laut Selatan Jawa atau lebih dikenal dengan Laut Kidul oleh masyarakat Jawa begitu berpengaruh terhadap budaya dan adat istiadat masyarakat pesisir selatan. Legenda dan mitologinya berkelindan dengan kekuasaan politik kerajaan-kerajaan kuno di Pulau Jawa.

Kini, barang kali pengaruh Laut Kidul terhadap budaya dan politik di Jawa sudah surut. Tetapi, cerita-cerita Laut Kidul terkadang masih saja dibicarakan jika terjadi sebuah peristiwa kecelakaan laut atau orang tenggelam.

Terlepas dari legenda dan mitologi yang mewarnai kehidupan masyarakat pesisir, keunikan Laut Kidul sudah menjadi bagian dari peri kehidupan nelayan dan orang-orang yang beraktivitas di sekitarnya. Misterinya terkadang tak terpecahkan, hingga hari ini.

Kamis sore, 6 Juni 2019, tiga orang terseret ombak Pantai Suwuk, Kebumen. Satu orang selamat, namun dua lainnya tenggelam dan dinyatakan hilang.

Pencarian pun langsung dilakukan hari itu juga. Basarnas dan potensi SAR di Kebumen terlibat dalam operasi pencarian dan penyelamatan ini.

Tetapi, hingga hari ketiga pencarian, Sabtu, 8 Juni 2019, korban tenggelam Laut Kidul urung ditemukan. Gelombang tinggi perairan laut selatan menghambat pencarian kedua korban tenggelam tersebut.

“Ombak di pinggir pantai saja 3-4 meter. Penyisiran dengan perahu tidak bisa dilakukan,” kata Komandan Basarnas Pos SAR Cilacap, Moelwahyono.

Gelombang tinggi ini sangat berbahaya untuk personel yang terlibat dalam operasi pencarian. Tim pencari korban tenggelam bakal menghadapi risiko terjangan ombak pantai selatan yang dikenal ganas.

 


Pencarian Korban Tenggelam Pantai Suwuk

Ilustrasi - Pencarian korban tenggelam laut selatan. (Foto: Liputan6.com/Basarnas/Muhamad Ridlo)

Makanya, pencarian korban tenggelam Laut Kidul hanya bisa dilakukan dengan penyisiran darat. Dari lokasi kejadian ke arah timur radius pencarian sekitar empat kilometer. Adapun di sisi barat, pencarian dilakukan dengan pemantauan dari bukit.

“Sisi barat ada bukit Karangbolong. Jadi pantauan lewat atas,” dia menerangkan.

Moelwahyono mengakui, Laut Kidul memang unik. Adakalanya, korban tenggelam ditemukan hanya dalam hitungan jam sejak terjadinya kecelakaan.

Korban ditemukan terdampar di pantai. Acap kali, korban ditemukan tak jauh dari lokasi kejadian. Jaraknya berkisar ratusan meter.

Ada pandangan yang cukup masuk akal. Pantai selatan Kebumen bersisian langsung dengan cekungan-cekungan atau palung. Bisa saja, korban tersangkut di antara bebatuan atau karang sebelum timbul ke permukaan, beberapa hari kemudian.

Akan tetapi, ada pula korban yang ditemukan setelah sehari, dua hari atau bahkan sepekan dari hari kejadian. Anehnya, lokasi penemuan korban juga tak terlampau jauh dari lokasi kejadian.

Tak dipungkiri, ada pula kepercayaan lokal yang menyebut, Laut Kidul hanya menyembunyikan korban tenggelam. Setelah itu, Laut Kidul akan mengembalikan jasad korban kepada keluarganya.

Namun, ada kalanya, arus laut membawa korban hingga berpuluh-puluh kilometer. Korban tenggelam di Cilacap, misalnya, ditemukan di Kebumen dan bahkan Pantai Sadeng, Yogyakarta, atau sebaliknya.

 


Pengumuman untuk Bantuan Pencarian Korban

Ilustrasi - Pencarian korban tenggelam laut selatan. (Foto: Liputan6.com/Basarnas/Muhamad Ridlo)

“Pernah juga ada kasus hanyut ke barat, ke Pangandaran,” ucap Moelwahyono.

Moelwahyono mengemukakan, saat ini arus laut mengarah ke timur. Adapun angin bertiup kencang dari timur ke barat.

“Ini tidak bisa diprediksi. Kadang bisa menepi di lokasi yang tidak jauh dari lokasi. Tapi bisa juga hanyut hingga puluhan kilometer dan terdampar di pantai beda wilayah,” dia menerangkan.

Dia mengklaim telah menghubungi seluruh potensi SAR di perairan selatan Jawa. Basarnas juga berkoordinasi dengan kepolisian, kelompok nelayan dan potensi-potensi SAR di berbagai wilayah perairan selatan Jawa Barat hingga Yogyakarta.

“Kita umumkan untuk meminta bantuan pemantauan,” ucapnya.

Seperti diketahui, dua wisatawan asal Desa Purwodadi, Kecamatan Kuwarasan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah dilaporkan terseret ombak Pantai Suwuk, Desa Tambakmulyo, Kecamatan Puring, Kebumen, Kamis sore (6/6/2019).

Dalam peristiwa itu, satu orang berhasil selamat. Sayangnya dua lainnya terseret ombak dan dinyatakan hilang. Tiga korban terseret ombak atas nama Fauzan Izni (15 th), Arya Wijaya Kusuma (16 th) dan Supriyatno (39 th).

Korban atas nama Fauzan Izni berhasil diselamatkan oleh petugas SAR yang bertugas di pantai wisata Suwuk. Namun, Arya Wijaya Kusuma dan Supriyanto dinyakan hilang dan masih dalam pencarian petugas.

Hingga Sabtu malam, 8 Juni 2019 atau hari ketika pencarian, kedua korban belum ditemukan. Tim SAR gabungan masih mencari keberadaan dua korban tenggelam tersebut.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya