Liputan6.com, Jakarta Dalam balutan budaya Sunda hadir di Gunung Tangkuban Perahu, Jawa Barat. Momentumnya melalui upacara adat Sunda, Ngertakeun Bumi Lamba, (23/19). Sebuah gelaran budaya yang patut menjadi referensi untuk disambangi.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, Jawa Barat memiliki banyak kebudayaan yang bisa dikemas dalam atraksi pariwisata. Salah satunya upacara adat Ngertakeun Bumi Lamba yang memiliki keunikan tersendiri.
Advertisement
"Kebudayaan itu semakin dilestarikan maka semakin menyejahterakan. Karena ini sangat disenangi oleh wisatawan mancanegara. Sebab itu, melalui pariwisata kebudayaan bisa dilestarikan. Termasuk upacara adat Ngertakeun Bumi Lamba ini," ujar Menpar Arief Yahya, Minggu (9/6).
upacara adat Ngertakeun Bumi Lamba sendiri merupakan kearifan lokal yang luar biasa. Upacara ini adalah sebuah upacara tahunan yang di gelar bertepatan dengan perjalanan matahari yang baru mulai kembali dari paling utara bumi.
Perjalanan matahari ini jatuh di setiap bulan 'kapitu' atau bulan ke 7 dalam hitungan Suryakala, kala-ider. Suryakala, kala-ider sendiri merupakan kalender khusus masyarakat Sunda.
"Seluruhnya berdasarkan falsafah hidup dan aturan dasar adat istiadat Sunda. Upacara ini merupakan manifestasi hubungan harmonis manusia dengan alam dan pencipta-Nya. Rajah atau medium tentang pandangan hidup urang Sunda. Terlebih terhadap keharmonisan terhadap alam," papar Menpar Arief.
Sementara itu Kepala Bidang Pemasaran Area I Jawa Kemenpar, Wawan Gunawan mengatakan, upacara ini akan sangat menarik. Beragam hasil bumi, lantunan mantera, musik sakral dan tarian akan mewarnai perhelatan ini.
“Filosofi hidup masyarakat Sunda adalah Mulasara Buana yaitu memelihara alam semesta. Visi hidup yang terbentuk dari perlunya menjaga keseimbangan alam dari berbagai perilaku yang cenderung mengeksploitasi alam berlebihan. Upacara ini adalah bentuk dari kesadaran tersebut," papar Wawan.
Lantas mengapa upacara ini dilaksanakan di gunung? Wawan memaparkan, gunung berapi pada hakekatnya merupakan sumber kehidupan masyarakat Sunda. Keberadaannya memiliki tempat terhormat sebagai guru. "Sebagaimana ungkapan gunung adalah guru nu agung atau guru besar," imbuh Wawan.
Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional II Adella Raung pun angkat bicara. Menurutnya upacara ini memiliki banyak pesan besar di dalamnya. Terlebih untuk memelihara alam sebaik mungkin.
"Dan ini sejalan dengan tujuan pariwisata berkelanjutan yang digaungkan oleh Kemenpar. Inilah mengapa Kemenpar mendukung penuh upacara adat ini. Selain upacara ini merupakan bagian dari kebesaran budaya dan juga mengajak untuk menjaga alam. Ini sangat luar biasa. Silahkan datang dan nikmati kebesaran budaya Sunda di upacara Ngertakeun Bumi Lamba," pungkasnya.
(*)