Liputan6.com, Jakarta - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih akan melanjutkan penguatan pada perdagangan saham Selasa ini.
IHSG berpeluang besar ke zona hijau didukung sentimen internal yang kini dinilai masih kondusif hingga eksternal dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.
Dari dalam negeri, Analis PT Artha Sekuritas Juan Harahap menjelaskan, investor mulai masuk kembali ke pasar saham setelah libur panjang Hari Raya Idul Fitri. Begitu pun dengan data inflasi yang baru dirilis juga dinilai baik oleh investor.
"Dari global, penguatan di dorong oleh indikasi the Fed akan menurunkan suku bunga. Hari ini kemungkinan IHSG akan diperdagangkan di kisaran 6.265-6.323," jelasnya di Jakarta, Selasa (11/6/2019).
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, Analis Reliance Sekuritas Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah mengungkapkan, ke depan investor akan menanti beberapa data inflasi utama dari AS hingga Eropa.
Sedangkan dari dalam negeri investor akan menanti data pertumbuhan penjualan sepeda motor, mobil dan pinjaman baru secara tahunan (YoY) dimana semua indikator tersebut diekspektasi tumbuh cukup baik.
Namun, Lanjar justru memperkirakan IHSG dari sisi teknikal menunjukan pelemahan. Sinyal terkoreksi tersebut menurutnya akan membawa IHSG ke rentang support dan resistance 6200-6304.
"Dari Reliance Sekuritas, kami sarankan untuk mulai melakukan aksi ambil untung dengan harga yang terbaik," terangnya.
Adapun pada hari ini dari Reliance Sekuritas menyarankan investor untuk membeli saham PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), hingga PT Vale Indonesia Tbk (INCO).
Kemudian dari Artha Sekuritas merekomendasikan saham PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT PP (Persero) Tbk (PTPP).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perdagangan Kemarin
Pada perdagangan kemarin, IHSG mampu bergerak perkasa usai libur Lebaran. Aksi beli investor asing menambah tenaga untuk IHSG.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin (10/6/2019), IHSG menguat 80,49 poin atau 1,3 persen ke posisi 6.289,61. Indeks saham LQ45 naik 1,94 persen ke posisi 1.001,99. Sebagian besar indeks saham acuan menguat.
Sebanyak 246 saham menghijau sehingga mengangkat IHSG ke zona positif. 170 saham melemah dan 128 saham diam di tempat. Pada awal pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.334,64 dan terendah 6.276,28.
BACA JUGA
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 563.234 kali dengan volume perdagangan 15,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 12,7 triliun. Investor asing beli saham Rp 511,40 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.250.
Sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham pertanian melemah 0,73 persen dan sektor tambang susut 0,24 persen.
Sementara itu, sektor saham aneka industri naik 2,38 persen, sektor saham konstruksi menanjak 2,35 persen dan sektor saham infrastruktur mendaki 2,07 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham KBLV naik 24,49 persen ke posisi Rp 488 per saham, saham KOIN melonjak 23,36 persen ke posisi Rp 264 per saham, dan saham SMRU menanjak 13,87 persen ke posisi Rp 156 per saham.
Sementara itu, saham-saham yang melemah antara lain saham YPAS turun 24 persen ke posisi Rp 342 per saham, saham SRAJ merosot 21,43 persen ke posisi Rp 220 per saham, dan saham DNAR susut 14,97 persen ke posisi Rp 250 per saham.
Bursa saham Asia kompak menghijau. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 2,27 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 1,31 persen, dan indeks saham Jepang Nikkei menguat 1,2 persen.
Sedangkan indeks saham Thailand mendaki 0,74 persen, indeks saham Shanghai menguat 0,86 persen, indeks saham Singapura menanjak 0,81 persen dan indeks saham Taiwan menguat 1,51 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, stabilitas fundamental makroekonomi domestik yang inklusif dan berkesinambungan merupakan sentimen positif dari domestik.
“Para pelaku pasar mengapresiasi penetapan S&P dalam menaikkan rating outlook ekonomi Indonesia dari BBB- menjadi BBB yakni di atas level layak investasi,” ujar Nafan saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, di sisi lain, International Institute for Management Development (IMD) memberikan peringkat daya saing Indonesia yang semula berada pada posisi 43 menjadi posisi 32.
“Sedangkan dari internasional, kita memasuki era di mana sejumlah bank sentral di berbagai negara berencana untuk menurunkan suku bunga acuan sebagai antisipasi perlambatan pertumbuhan ekonomi,” tutur dia.
Ia menuturkan, hal-hal ini yang sangat diapresiasi oleh para pelaku pasar sehingga memberikan katalis positif bagi penguatan IHSG dan rupiah di awal pekan ini.
Advertisement