10 Nama Kandidat Masuk dalam Bursa Pengganti Theresa May

Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris, Theresa May, mengakui kekalahan pada Jumat, 24 Mei 2019 dan mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pemimpin Partai Konservatif.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 11 Jun 2019, 08:04 WIB
Perdana Menteri Inggris Theresa May menangis saat mengumumkan pengunduran dirinya di luar 10 Downing street di pusat London (24/5/2019). Theresa May mengumumkan dirinya akan mundur pada 7 Juni mendatang. (AFP Photo/Tolga Akmen)

Liputan6.com, London - Sepuluh kandidat dicalonkan dalam pemilihan pemimpin Partai Konservatif sekaligus Perdana Menteri Inggris, menggantikan Theresa May.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (11/6/2019), dari sepuluh kandidat, ada sejumlah nama terkenal.

Seperti mantan Menteri Luar Negeri Boris Johnson, Menteri Lingkungan Michael Gove, Mantan Menteri Brexit Dominic Raab, Menteri Kesehatan Matt Hancock hingga Menteri Dalam Negeri Sajid Javid.

Kandidat lainnya adalah Kandidat lainnya adalah Menteri Pembangunan Internasional Rory Stewart, Mantan Pemimpin House of Commons Andrea Leadsom dan Anggota Parlemen Konservatif Mark Harper.

Putaran pertama pemungutan suara di antara anggota parlemen Konservatif akan mengkerucutkan nama calon menjadi dua kandidat.

Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris, Theresa May, mengakui kekalahan pada Jumat, 24 Mei 2019 dan mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pemimpin Partai Konservatif.

"Ini (Brexit) akan dan selalu menjadi penyesalan mendalam bagi saya, bahwa saya belum dapat menciptakan Brexit," kata May yang berucap di podium di depan Downing St. No. 10 (kantor perdana menteri Inggris).

"Saya telah melakukan yang terbaik," imbuhnya, seperti dikutip dari NPR.

Mengakhiri pidatonya, May berurai air mata. Dia berusaha keras untuk menahan emosinya dan suaranya kemudian bergetar saat dia menyatakan, "Saya bersyukur bisa punya kesempatan untuk melayani negara yang saya cintai ini."

 


Upaya Theresa May

Perdana Menteri Inggris Theresa May mengumumkan pengunduran dirinya di pusat kota London, Jumat (24/5/2019). Theresa May banyak dikritik karena gagal mengeluarkan Inggris dari Uni Eropa. (AFP Photo/Tolga Akmen)

Theresa May adalah perdana menteri yang menghabiskan hampir tiga tahun untuk mempertahankan hasil referendum Brexit 2016, meskipun upaya tanpa hentinya (3 kali proposal) terus menerus ditolak parlemen dan akhirnya gagal.

Pada pemilihan parlemen musim panas 2016, para pemilih membuat dunia terkejut dengan memutuskan untuk mengeluarkan Inggris dari Uni Eropa. Perdana Menteri saat itu, David Cameron, kemudian hengkang.

Boris Johnson, mantan walikota London, muncul sebagai calon terdepan untuk menggantikan Cameron, tetapi manajer kampanye Johnson sendiri secara publik mentorpedo usahanya, menjadikan May sebagai satu-satunya kandidat yang layak dan pas.

Banyak politikus berpendapat bahwa mencalonkan diri sebagai perdana menteri adalah kesalahan besar pertama May.

Theresa May harus bersaing dengan para pemimpin Partai Nasional Skotlandia yang marah tentang Brexit, dan mengancam akan mengadakan referendum kemerdekaan kedua yang dapat memecah belah Inggris.

Di samping itu, mereka menilai Brexit mengancam masa depan perbatasan Irlandia, karena akan menciptakan dua ekonomi terpisah di pulau Irlandia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya