Jejak Dokter Kandungan Keluarga Cendana Berbekas di Restoran Plataran Menteng

Salah satu jejak dokter kandungan keluarga Cendana itu di Restoran Plataran Menteng adalah pohon mangga berusia 60 tahun di tengah lantai dasar.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 11 Jun 2019, 19:04 WIB
Ruang Tanjung di Restoran Plataran Menteng. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Bangunan bergaya kolonial dengan dinding tebal di bagian fasad dan kesan elegan terpancar dari restoran Plataran Menteng. Siapa yang menyangka bila restoran tersebut awalnya hanyalah rumah sekaligus tempat praktik seorang dokter kandungan keluarga Cendana yang membantu persalinan Tien Soeharto?

Awalnya, bangunan yang berdiri di atas lahan 1.200 meter persegi itu hanya terdiri satu lantai dengan halaman yang rimbun dengan tumbuhan dan pohon mangga. Setelah direnovasi selama sembilan bulan, tempat itu kini memiliki tiga lantai ditambah rooftop sebagai ruang terbuka.

Terlepas dari perubahan yang ada, secara umum lantai dasar restoran ditata sesuai aslinya. Operation Manager Plataran Menteng, Ruddy Wahyudi mengatakan hal itu sesuai janji yang diucapkan pemilik restoran, Yozua Makes, kepada keluarga dokter kandungan tersebut saat membeli bangunan dan tanah tersebut.

"Makanya, layout di lantai satu masih sama dengan sebelumnya. Bahkan, meja marmer yang di tengah itu juga milik dokter Liem Khe Loen (sambil menunjuk ke meja yang berada di foyer)," kata Ruddy kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Liem Khe Loen merupakan dokter kandungan alumni Universitas Indonesia yang berpraktik di sejumlah rumah sakit di Jakarta, seperti RSCM, RS Budi Kemuliaan, dan RS Cikini. Tak hanya keluarga Cendana, ia juga menerima pasien dari masyarakat umum.

"Ternyata, ibu saya pun saat ingin memiliki anak, programnya ya ke dr. Liem Khe Loen. Dia dikenal dokter galak," tutur Ruddy sambil tertawa.

Karena prestasinya, Presiden Soeharto menamai Liem Khe Loen dengan Lukito Husodo yang berarti dokter yang hebat. Ia bahkan dianugerahi tanda kehormatan Satyalancana Kebaktian Sosial pada 26 Agustus 1974 dan Satyalancana Karya Satya pada 15 April 1986.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Ruang Praktik dan Ruang Tunggu Pasien

Ruang Cendana II bekas ruang tunggu pasien dr. Liem Khe Loen di Restoran Plataran Menteng. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Begitu memasuki Restoran Plataran Menteng, Anda langsung diterima di ruang resepsionis. Kesan lapang terasa berkat atas yang tinggi, khas bangunan kolonial. Sementara, kemewahan terpancar dari chandelier besar yang menggantung di tengah-tengah ruangan.

Para tamu kemudian akan melewati lorong pendek dengan dua lemari kaca berisi peralatan makan di kedua sisi. Menurut Ruddy, ruangan itu sebelumnya berfungsi sebagai perpustakaan.

Beranjak ke ruang tunggu tanpa sekat, terdapat meja marmer bundar yang dihiasi pot bunga. Sejumlah koleksi kuno milik Yozua Makes juga terpajang di sana, termasuk kamera kuno yang butuh waktu berjam-jam untuk mengambil satu gambar.

Menuju sisi kiri, terdapat dua ruang penting yang menyimpan histori. Satu ruang dengan dominasi furnitur berwarna biru dongker berfungsi sebagai ruang tunggu tamu yang bernama Ruang Cendana II. Satu lainnya adalah Ruang Cendana I berdinding kayu yang berkapasitas enam orang.

Ruddy menerangkan, ruang makan itu dulunya merupakan tempat praktik dokter, sementara ruang tunggu ini dulunya adalah ruang tunggu pasien.

"Bapak (Yozua Makes) pikir kalau ada tamu pejabat, sebelum makan bisa berbincang hangat dulu di sini. Terbukti waktu deklarasi, para ketua parpol ngobrol dulu di sini baru naik ke atas," tuturnya sambil menunjuk pada ruang tunggu.


Pohon Mangga dan Bunga Anggrek

Pohon mangga peninggalan dr. Liem Khe Loen di Restoran Plataran Menteng. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Ruang terbesar di lantai dasar adalah Ruang Tanjung. Ruang yang bisa menampung hingga 50 orang itu ternyata dulunya berfungsi sebagai ruang keluarga. Adapun ruang berukuran sedang yang berada di sayap kanan awalnya berfungsi sebagai kamar tidur sang dokter.

Yang paling menarik perhatian di lantai dasar adalah pohon mangga berusia 60 tahun masih menjulang tinggi di dekat piano. Meski tak lagi berbuah, daun-daun yang rimbun membawa kesejukan. Setiap pagi, atap kaca di atas pohon dibuka agar membawa masuk udara.

"Masih ada satu lagi, di pojokan, tapi sayang sudah mati. Yang satu itu usianya 40 tahun," kata Ruddy.

Sebuah dinding dijadikan taman gantung untuk menaruh koleksi bunga anggrek bulan. Walau tak semuanya asli, Ruddy menyatakan bunga-bunga anggrek itu juga sebagai bukti komitmen pemilik Plataran kepada pemilik bangunan sebelumnya.

"Dulu, anggreknya juga enggak hanya anggrek bulan, tapi ada jenis lain. Ibu (istri pemilik restoran) juga suka bunga dan berusaha pertahankan itu," kata dia lagi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya