Eks Ibu Negara Korsel Wafat, Adik Kim Jong-un Akan Takziah ke DMZ

Adik Kim Jong-un mengunjungi zona demiliterisasi (DMZ) untuk mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya mantan ibu negara Korea Selatan.

oleh Siti Khotimah diperbarui 12 Jun 2019, 17:20 WIB
Adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Kim Yo-jong tiba di Bandara Internasional Incheon, Korea Selatan, Jumat (9/2). Kim Yo-jong menjadi bagian delegasi tingkat tinggi yang menghadiri pembukaan Olimpiade Pyeongchang. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Liputan6.com, Pyongyang - Kakak pemimpin Korea Utara Kim Jong-un akan mengunjungi zona demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan Korut dan Korea Selatan pada Rabu, 12 Juni 2019. Ia hendak menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya mantan ibu negara Korea Selatan Lee Hee-ho, kata Kementerian Unifikasi Korea Selatan.

Korea Utara mengatakan bahwa saudari sang pemimpin itu, Kim Yo Jong, akan mengunjungi desa perbatasan Panmunjom pada malam hari, menurut kementerian. Ia diharapkan bertemu pejabat Korea Selatan sebagaimana dikutip dari Channel News Asia pada Rabu (12/6/2019).

Lee Hee-ho, yang meninggal pada Senin adalah istri dari mendiang mantan Presiden Korea Selatan Kim Dae-jung. Ia menghembuskan napas terakhir dalam usia 96 tahun setelah berjuang dengan kanker hati.

Semasa hidup, Lee adalah seorang aktivis hak-hak perempuan di Negeri Ginseng, dengan turut mendukung karier politik suaminya. Adapun sang suami, Kim Dae-jung merupakan pemimpin Korea Selatan pertama yang bertemu dengan pemimpin Korut. Suami Lee yang berjuluk Nelson Mandela Asia itu menemui Kim Jong Il pada tahun 2000 lalu.


Lee Hee-ho Perempuan yang Terpelajar

Mantan ibu negara Korea Selatan Lee He-ho meninggal dalam usia 96 tahun (Ahn Jung-won/Yonhap via AP)

Dalam periode ketika banyak perempuan di Korea Selatan memiliki akses terbatas terhadap pendidikan, Lee belajar di sekolah bergengsi negara itu, Seoul National University. Ia kemudian melanjutkan studi di Amerika Serikat, sebelum mendirikan sejumlah organisasi yang peduli terhadap hak-hak perempuan di Seoul.

Sang mantan ibu negara pernah menginisiasi sebuah kampanye, memprotes politikus laki-laki yang berpoligami. Praktik itu bersifat umum di Korsel pada 1950-an, di mana saat itu para istri sering dipaksa meninggalkan anak-anak mereka karena suami memilih hidup dengan perempuan lain.

"Hari ini kita melihat orang hebat yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk perempuan," Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, mengatakan dalam sebuah pernyataan saat mengunjungi Finlandia.

"Dia juga berpartisipasi dalam gerakan pro-demokrasi dan memainkan banyak peran dalam pendirian Kementerian Kesetaraan Gender di bawah pemerintahan suaminya," lanjut Moon.


Aktif Mendukung Nelson Mandela Asia

Presiden Korea Selatan, Kim Dae-jung dan pemimpin Korut Kim Jong-il berpegangan tangan sebelum menandatangani perjanjian di tengah pertemuan bersejarah antara dua Korea di Pyongyang pada 14 Juni 2000 (AFP-JIJI)

Lee berperan banyak dalam pemerintahan suaminya yang menorehkan sejumlah prestasi. Mantan Presiden Korsel Kim paling diingat dengan kebijakan terhadap Korea Utara yang bersenjata nuklir. Ia sempat mengadakan pertemuan puncak bersejarah dengan almarhum ayah Kim Jong-un, Kim Jong-il pada 2000 lalu.

Kebijakan itu sebagian besar ditinggalkan ketika pemerintahan konservatif mengambil alih kekuasaan di Korea Selatan pada 2008 dan hubungan lintas perbatasan memburuk.

Lee melakukan perjalanan kemanusiaan yang tidak biasa ke Korea Utara pada tahun 2015, sekitar lima tahun setelah kematian suaminya. Namun, tidak bisa bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un selama kunjungan tersebut, meskipun berhasil melakukan hal itu pada perjalanan sebelumnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya