Rudal Houthi Serang Bandara di Arab Saudi, Ini Imbauan KJRI Jeddah untuk WNI

KJRI Jeddah mengeluarkan imbauan untuk WNI yang berada di Arab Saudi, sehubungan dengan diserangnya Bandara Kota Abha oleh Houthi.

oleh Siti Khotimah diperbarui 13 Jun 2019, 11:03 WIB
Gedung Pancasila. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jeddah - Bandara Arab Saudi di Kota Abha menjadi sasaran penyerangan Houthi pada Rabu, 12 Juni 2019. Sebanyak 26 warga sipil dilaporkan terluka akibat insiden itu, menurut koalisi pimpinan Negeri Minyak dikutip dari laman Al Jazeera pada Kamis (13/6/2019).

Sehubungan dengan insiden tersebut, KJRI Jeddah mengeluarkan imbauan kepada warga negara Indonesia yang tengah berada di Arab Saudi, khususnya yang berada dekat dengan lokasi kejadian.

"Diimbau kepada seluruh WNI yang berada di Wilayah Abha dan sekitarnya untuk berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan serta menjaga komunikasi dengan KJRI Jeddah maupun Petugas Pembantu Pelayanan Perlindungan Warga (P4W) di Abha," kata KJRI Jeddah melalui aku Instagram resmi.

Adapun untuk informasi lebih lanjut, KJRI Jeddah dapat dihubungi melalui: Hotline/WhatsApp: +966 50 360 9667. P4W Abha: Sdr. Harun (+966 50 9983 atu +966 55 838 3901).

Detail Serangan

Dalam sebuah pernyataan pada Rabu, koalisi Arab Saudi mengatakan sebuah proyektil mengenai aula kedatangan di bandara Kota Abha, menyebabkan kerusakan material.

Dalam pernyataan yang sama, koalisi mengatakan "serangan itu bisa dianggap sebagai kejahatan perang dan membuktikan bahwa Houthi telah memperoleh senjata canggih dari Iran," menambahkan pihaknya berjanji untuk mengambil langkah "segera dan tepat waktu" sebagai respons.

Tidak ada tanggapan segera dari Iran, yang telah membantah mempersenjatai Houthi.

Al Masirah TV yang berafiliasi dengan Houthi melaporkan bahwa pasukan Houthi melancarkan serangan rudal jelajah ke bandara Abha, yang berjarak sekitar 200 km di perbatasan utara dengan Yaman. Lapangan udara yang dimaksud melayani rute domestik dan regional. 


Antara Houthi dan Koalisi Saudi

Militan Houthi menguasai Hodeidah yang menjadi pelabuhan utama di Yaman (AP Photo)

Aliansi yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab ( UEA ) melakukan intervensi di Yaman pada tahun 2015.

Mereka mencoba mengembalikan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang diakui secara internasional, yang  telah dipaksa keluar dari kekuasaan oleh Houthi.

Houthi pada Rabu  bersikeras mereka memiliki hak untuk mempertahankan diri dalam menghadapi lima tahun pengeboman yang dipimpin Saudi serta blokade udara dan laut.

"Kelanjutan agresi dan pengepungan terhadap Yaman untuk tahun kelima, penutupan bandara Sana'a dan penolakan terhadap solusi politik membuat warga kami tidak dapat dihindarkan untuk membela diri mereka sendiri," kata juru bicara Houthi Mohammed Abdulsalam dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan oleh Al- Masirah.


Bandara Sering Jadi Sasaran

Sejumlah puing pesawat tanpa awak (drone) Ababil buatan Iran milik pemberontak Houthi saat gelar rilis di Abu Dhabi, (19/6). Para pemberontak mencoba untuk memata-matai dan memantau pergerakan pasukan Yaman. (AFP PHOTO / Karim Sahib)

Serangan yang menargetkan bandara Arab Saudi pernah terjadi sebelumnya. Pada Mei tahun ini, sebuah drone bermuatan bom dikerahkan oleh pemberontak Houthi di Yaman --untuk menyerang bandara di Arab Saudi.

Namun, rencana itu telah dihentikan oleh Negeri Minyak dengan pesawat tak berawak yang dimaksud ditembak jatuh oleh militer Saudi pada Minggu, 27 Mei 2019.

Angkatan udara Saudi mencegat dan menghancurkan pesawat tak berawak yang hendak melakukan serangan ke bandara Jizan, di perbatasan selatan Saudi dengan Yaman.

"Sementara kami mengonfirmasi hak kami untuk membela negara kami, kami menekankan bahwa teroris Houthi akan membayar mahal," kata jurubicara koalisi militer teluk pimpinan Arab Saudi, Kolonel Turki al-Malaki, seperti dikutip Al Jazeera.

Pengumuman Arab Saudi datang beberapa jam setelah Houthi mengatakan mereka menggunakan pesawat tanpa awak bersenjata untuk menyerang landasan pacu pesawat di Bandara Jizan. Bandara itu digunakan oleh ribuan warga sipil setiap hari, tetapi koalisi melaporkan tidak ada korban.

Serangan pada 27 Mei itu terjadi setelah Houthi pada Kamis 23 Mei2019 menargetkan Bandara Najran, juga di dekat perbatasan Yaman, juga dengan sebuah drone bermuatan bahan peledak.

Serangan itu --yang ketiga terhadap bandara Najran dalam 72 jam-- menargetkan sistem pertahanan udara Patriot, jelas media yang dikelola Houthi, Al Masirah TV. Bandara sipil di seluruh Timur Tengah sering menjadi tempat pangkalan militer.

Arab Saudi mengatakan, upaya serangan drone terakhir terhadap Najran juga dicegat oleh pertahanan udara dan berhasil dihancurkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya