Undang Apindo dan Hippindo, Jokowi Ingin Ekspor RI Kalahkan Negara Tetangga

Dorong dunia usaha, Presiden Jokowi siap membuat atau merevisi undang-undang atau mengeluarkan Perppu jika memang diperlukan.

oleh Arthur Gideon diperbarui 13 Jun 2019, 15:29 WIB
Presiden Joko Widodo didampingi Seskab Pramono Anung menerima pengurus Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) di Istana Merdeka Jakarta, Kamis (13/6). Presiden meminta masukan dari Apindo terkait pemerintahan ke depan, salah satunya tentang upaya peningkatan nilai ekspor. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah kemarin jajaran pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), kali ini giliran jajaran pengurus Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) diterima oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (13/6) pagi.

Pada kesempatan itu Presiden Jokowi meminta jajaran pengurus Apindo dan Hippindo memberikan masukan-masukan yang lebih konkrit, nyata dan cepat bisa dilaksanakan, sehingga bisa memberikan efek ekonomi yang baik pada negara kita.

“Saya ngomong apa adanya karena saya sudah enggak ada beban apa-apa. Tolong gunakan kesempatan ini sehingga terobosan-terobosan yang ingin kita lakukan itu betul-betul sebuah terobosan yang memberikan efek tendangan yang kuat bagi ekonomi kita,” kata Jokowi dikutip dari laman Setkab, Kamis (13/6/2019).

Masukan-masukan itu, menurut Jokowi, baik dari sisi regulasi, mungkin revisi undang-undang, mungkin kalau diperlukan mengeluarkan Perppu (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang) misalnya.

“Ya memang kalau itu diperlukan sekali dan memang karena posisinya sangat penting dan diperlukan ya kita akan buatkan,” ujarnya.

Mengenai pertemunnya yang mengundang swasta lebih dahulu, Jokowi menjelaskan, karena pemerintah ingin lima tahun ke depan ini menjadi sebuah prioritas dunia usaha.

Sehingga jangan sampai kita ini investasi, ekspor yng kalah dengan Singapura, kalah sudah lama dengan Malaysia, dengan Thailand, kalah dengan Filipina, terakhir kita kalah lagi dengan Vietnam.

“Jangan sampai, saya sering saya sampaikan dimana-mana, kalah nanti juga dengan Kamboja, kalah dengan Laos. Enggaklah, kita ini negara besar yang memiliki kekuatan sumber daya alam, memiliki kekuatan sumber daya manusia yang saya kira ini menjadi sebuah modal besar ke depan,” tegas dia.

Meskipun sudah bertahun-tahun tidak bisa menyelesaikan defisit neraca perdagangan, defisit transaksi berjalan, namun Jokowi meyakini, sebetulnya sesuatu kalau bisa bekerja sama dengan baik, pemerintah dan dunia usaha maka bukan barang yang sulit untuk mewujudkan.

Tetapi diakui Jokowi, memang ada regulasi, ada undang-undang atau beberapa undang-undang yang memang harus direvisi.

Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung, Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki, Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustik, pengusaha Erick Thohir, Ketua Apindo Haryadi Sukamdani, dan Ketua Hippindo Budihardjo Iduansyah.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Hadapi Perang Dagang, Jokowi Minta Masukan dari Pengusaha

Presiden Joko Widodo didampingi Seskab Pramono Anung menerima pengurus Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) di Istana Merdeka Jakarta, Kamis (13/6). Presiden meminta masukan dari Apindo terkait pemerintahan ke depan, salah satunya tentang upaya peningkatan nilai ekspor. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima kunjungan pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) di Istana Merdeka Jakarta, Rabu (12/5/2019). Kepada para pengusaha tersebut, Jokowi meminta masukan konkret terkait apa yang harus dikerjakan pemerintah di sektor perdagangan.

"Pada siang hari ini, saya minta masukan tapi enggak usah banyak-banyak, kira-kira yang konkret, itu apa sih yang harus kita kerjakan setelah nanti MK (sengketa Pilpres) rampung biar saya bisa kerja," kata Jokowi.

"Apa yang diinginkan pengusaha? Jangan banyak-banyak, 3 aja apa? Bapak kerjain ini pak. Enggak usah banyak-banyak nanti malah kebanyakan," sambung Jokowi

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga meminta masukan kebijakan dari para pelaku bisnis. Sebab, Jokowi melihat bahwa perang dagang antara AS-China sejatinya dapat menjadi peluang peningkatan ekonomi bagi Indonesia.

"Pasar Amerika yang sebelumnya dimasuki produk-produk dari China bisa jadi peluang untuk juga memperbesar kapasitas, sehingga produk kita (Indonesia) bisa masuk ke sana," ucapnya.

Tak hanya itu, dia meminta para pengusaha mulai fokus mengkondusifkan kinerja masing-masing perusahaan, usai penyelenggaraan Pemilu Serentak 2019. Termasuk salah satunya, fokus soal investasi.

"Saya tahu Pemilu telah selesai meskipun masih ada proses MK. Kami berharap bisa fokus lagi, konsentrasi lagi pada urusan-urusan ekonomi dan terutama karena perang dagangnya semakin sengit," ujar Jokowi.

Dalam pertemuan ini, Jokowi ditemani Koordinator Staf Khusus Kepresidenan Teten Masduki dan Staf Presiden Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika. Selain itu, turut hadir pengusaha Erick Thohir.

Sementara itu, dari kalangan pengusaha hadir Ketua Kadin Indonesia Rosan Perkasa Roeslani dan beberapa pengusaha Raden Pardede, dan Anindya Bakrie. Sedangkan dari Hipmi, hadir Ketua Hipmi Bahlil Lahadalia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya