Liputan6.com, Luhansk - Hari ini, tepat lima tahun lalu, sebuah pesawat angkut buatan Rusia, Ilyushin-76 (IL-76), jatuh saat hendak mendarat di Bandara Luhansk, Ukraina, tak lama setelah pukul 01.00 dini hari waktu setempat.
Pesawat itu jatuh setelah ditembak oleh pemberontak pro-Rusia, menyebabkan 49 orang di dalamnya tewas, demikian Today in History dikutip dari Telegraph.co.uk pada Kamis (13/6/2019).
Presiden Ukraina yang baru terpilih kala itu, Petro Poroshenko, berjanji untuk "menghukum" pemberontak pro-Rusia, karena telah menimbulkan kerugian paling berdarah bagi pasukan keamanan sejak pemberontakan dimulai.
Baca Juga
Advertisement
Rekaman dari kamera CCTV menunjukkan ledakan besar memenuhi langit malam di atas kota Luhansk, diikuti dengan ledakan kedua yang tampaknya disebabkan oleh pesawat yang jatuh ke tanah.
Tidak ada tanda-tanda tembakan anti-pesawat militer di kedua ledakan tersebut.
Rekaman yang diambil dari kamera kedua kemudian menunjukkan kobaran besar api di tanah, diduga dari lokasi kecelakaan di luar Luhansk.
Pemberontak pro-Rusia menguasai Luhansk, ibu kota regional yang berpenduduk 430.000 orang, bersama dengan sebagian besar wilayah sekitarnya.
Mereka menduduki gedung pemerintah utama di pusat kota pada bulan April di tahun yang sama, dan mengubahnya menjadi markas pemberontak.
Tetapi, pasukan pemerintah Ukraina berhasil mempertahankan bandara kecil di luar Luhansk, dan menghentikan semua penerbangan sipil setempat.
Landasan pacu bandara itu kemudian digunakan sebagai fasilitas penerbangan bagi tentara dan pasokan militer.
Klaim Berbeda antara Kemhan Ukraina dan Rekaman CCTV
IL-76, pesawat angkut bermesin empat, membawa 40 tentara Ukraina bersama sembilan kru dan jumlah pasokan militer yang dirahasiakan.
Kementerian Pertahanan di Kiev mengkonfirmasi kematian semua orang di dalamnya, di mana menuduh "teroris" bertindak "secara sinis dan curang" dalam menjatuhkan pesawat dengan "senapan mesin kaliber berat".
Klaim itu berbeda dengan rekaman video yang menunjukkan bahwa rudal adalah penjelasan lebih masuk akal atas insiden tersebut.
Presiden Petro Poroshenko mengecam "aksi teror", dan menambahkan bahwa "mereka yang terlibat" akan "pasti dihukum".
Poroshenko telah berjanji mengembalikan kendali pemerintah pusat atas dua wilayah timur Donetsk dan Luhansk, dengan mendesak serangan militer yang dirancang untuk menghancurkan pemberontak.
Tetapi operasi tersebut telah dihambat oleh berbagai kemunduran, di mana jatuhnya IL-76 adalah yang paling berdarah kala itu.
Setidaknya tiga helikopter militer juga telah ditembak jatuh dalam insiden-insiden sebelumnya, termasuk satu yang membawa seorang jenderal.
Advertisement
Menggangu Upaya Pemerintah
Bukti menunjukkan bahwa pemberontak menggunakan rudal anti-pesawat yang ditembakan dengan alat peluncur, di mana menurut para pengamat kala itu, hampir dipastikan dipasok oleh Rusia.
Tujuan serangan mereka di sekitar Luhansk adalah untuk mengganggu upaya pemerintah dalam mendatangkan tentara dan pasokan militer.
Saat melakukan pendaratan di Donetsk atau Luhansk, pesawat militer Ukraina secara rutin menembakkan umpan suar untuk membingungkan misil pencari panas.
Rekaman CCTV menunjukkan bahwa IL-76 mungkin tidak mengambil tindakan pencegahan ini, karena pendekatan malam hari dinilai lebih aman.
Sementara itu, tanggal yang sama pada 1982, Argentina menyerah kepada Inggris, dan mengakhiri konflik 74 hari atas Kepulauan Falklands.
Begitu juga, tanggal serupa pada 1942, Anne Frank memulai catatan hariannya yang mengisahkan perjalanan dia --seorang remaja perempuan Yahudi-- berpindah-pindah tempat untuk menyelamatkan diri dari kejaran Nazi.