Dirjen PSP Kementan Tinjau Program Serasi di Kabupaten Banjar

Kementerian Pertanian mengucurkan anggaran Rp 600 miliar untuk program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) di Kalimantan Selatan.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 15 Jun 2019, 14:00 WIB
Kementan proyeksikan lahan rawa Kalimantan Selatan sebagai lumbung pangan di luar Jawa.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) mengucurkan anggaran Rp 600 miliar untuk program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) di Kalimantan Selatan (Kalsel). Program ini mengolah lahan rawa yang selama ini nganggur dan dieffektifkan menjadi lahan pertanian.

Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan Sarwo Edhy meninjau salah satu lokasi program Serasi di Desa Simpang Lima, Kecamatan Cintapuri Darussalam, Kabupaten Banjar, Jumat (14/6).

"Serasi ini juga merupakan sebagai tindaklanjut dari Hari Pangan Sedunia (HPS 2018) di Kalsel. Tujuannya untuk mengoptimalisasi potensi lahan rawa di Kalsel," ujar Sarwo Edhy.

Di lokasi ini, sudah terlihat alat berat bekerja, terpantau benih padi sudah ditanam dan hamparan luas lahan tidur sudah mulai dibuka. Setiap sisinya terlihat dibuat saluran air untuk pengairan. Di desa simpang lima ini ada lahan seluas 807 hektare lahan tidur yang diubah menjadi areal pertanian.

"Di Desa Simpang Lima, untuk program serasinya dialokasikan sekitar Rp 3,4 miliar. Kalau di seluruh Kalsel seluas 150 ribu hektare, dengan anggaran sekitar Rp 600 miliar," ungkap Sarwo Edhy.

Didampingi Direktur Perluasan dan Perlindungan Lahan, Indah Megahwati, Dirjen Sarwo Edhy melihat-lihat kondisi lokasi yang akan diolah jadi lahan pertanian. Sesekali melihat data-data dan memberikan arahan kepada kelompok tani yang bekerja di areal tersebut.

Dikatakannya, anggaran yang diterima Kalsel menjadi yang terbanyak kedua dari tiga provinsi yang menerima bantuan program Serasi tahun ini. Anggaran paling banyak dikucurkan di Sematera Selatan, yakni sekitar Rp 800 miliar. Sedangkan, Sulawesi Selatan hanya ratusan juta.

"Anggaran yang dikucurkan sendiri sesuai dengan luasan lahan yang dikelola. Di mana setiap hektare-nya dianggarkan Rp 4,3 juta. Sumatera Selatan anggarannya paling besar, sebab lahan yang diolah juga luas yakni mencapai 200 ribu hektare," sebutnya.

Indah Megahwati menambahkan, Kalsel memiliki lahan rawa hampir 80% dan merupakan potensi besar. Namun, untuk mengoptimalkan potensi tersebut tidak mudah.

Menurut dia, bukan hanya tanahnya yang memerlukan waktu untuk proses perbaikan, Sumberdaya Manusia (SDM), juga menjadi kendala. Dia mencontohkan, lahan yang sebelumnya sudah pemerintah buka untuk budidaya padi, ternyata wilayah itu tidak ada penduduknya, sehingga pemerintah kesulitan mencari yang akan bertanam.

Kendala pemanfaatan lahan di Kalsel, menurut Indah, tidak semudah lahan rawa yang dibuka di Sumatera Selatan yang kemudian dikelola pihak swasta. Di Kalsel, pemerintah berkeinginan masyarakat setempat ikut berperan mengelola lahan tersebut dengan dibantu pemerintah dan TNI.

Karena itu kemudian, pemerintah memberikan contoh cara mengelola lahan rawa dan memfasilitasinya hingga berjalan. Bahkan kini akses di lokasi Jejangkit sudah jauh lebih baik dan desanya pun terbangun.

“Awalnya akses jalanannya tidak bisa dilalui mobil karena hanya jalan kecil. Lalu dengan adanya optimalisasi lahan rawa tersebut akhirnya dibuat jalan untuk mobilisasi alat-alat berat. Jalannya sudah diaspal, listrik juga, pompa besar. Kini, lokasi ini juga ada integrasi ternak ayam, itik, ikan, juga komoditas pertanian lainnya seperti sayuran,” tuturnya.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya