Jakarta Timnas Indonesia menang 4-0 atas Vanuatu dalam laga uji coba internasional yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu malam (15/6/2019). Kemenangan ini tentu saja tetap akan mendapatkan evaluasi sebelum menatap kualifikasi Piala Dunia 2022 dan Piala Asia 2020 yang digelar mulai September mendatang.
Setelah menelan kekalahan 1-4 dari Yordania pada laga uji coba internasional yang digelar di Amman, Selasa (11/6/2019), Timnas Indonesia meraih kemenangan telak 6-0 saat menjamu Vanuatu di SUGBK, Sabtu (15/6/2019). Empat gol dicetak Beto Goncalves dan dua gol lain dicetak Evan Dimas Darmono.
Baca Juga
Advertisement
Dengan kemenangan telak ini, Timnas Indonesia asuhan Simon McMenemy sudah meraih dua kemenangan dalam tiga pertandingan. Tim Garuda juga menang 2-0 atas Myanmar pada uji coba yang digelar Maret 2019.
Dengan tiga laga uji coba digelar jelang kiprah Tim Garuda di kualifikasi Piala Dunia 2022/Piala Asia 2023, tentu Simon McMenemy sudah mengantongi evaluasi yang dibutuhkannya.
Dalam tiga pertandingan itu pula, Simon McMenemy telah mencoba dua formasi yang dipilihnya untuk Timnas Indonesia, yaitu 3-4-3 dan 4-4-2. Tim Garuda mampu meraih kemenangan dengan dua formasi tersebut, meski kalah saat menggunakan 3-4-3 menghadapi Yordania.
Kali ini, Bola.com mengulas kelebihan dan kekurangan yang diperlihatkan oleh Timnas Indonesia khusus dalam kemenangan 6-0 atas Vanuatu di SUGBK.
Kelebihan Timnas Indonesia
Kemenangan telak 6-0 sudah jelas menjadi keunggulan mutlak Timnas Indonesia atas Vanuatu. Namun, yang paling mendasar dari laga ini adalah Andik Vermansah dkk. mampu menerapkan formasi 4-4-2 untuk pertama kalinya dalam sebuah pertandingan resmi dengan sangat baik.
Meski pada awalnya pemain bermain hati-hati dan sempat beberapa kali kecolongan oleh pemain Vanuatu di tengah lapangan dan membuat gawang Tim Garuda sempat terancam, keunggulan 2-0 di babak pertama yang dilanjutkan empat gol di babak kedua adalah bukti pemain mampu beradaptasi dengan baik dengan formasi yang diminta Simon McMenemy.
Penggunaan dua penyerang membuat Beto Goncalves bergerak lebih leluasa mengecoh lini pertahanan tim lawan. Terbukti, Beto mampu mencetak empat gol, dua gol di antaranya di cetak pada menit kedua di setiap babak.
Beto tampak lebih mampu bergerak dengan bebas ketika memiliki rekan di lini depan, yang kali ini dilakukan oleh Irfan Bachdim.
Selain itu, sisi sayap Timnas Indonesia juga tidak mengecewakan. Meski harus ikut mengawal lini tengah, Andik Vermansah, Riko Simanjuntak, bahkan Febri Hariyadi yang masuk sebagai pemain pengganti, mampu memaksimalkan kecepatan mereka untuk memberi ancaman maupun umpan silang yang bagus ke jantung pertahanan lawan.
Penggunaan empat pemain bertahan membuat lini belakang Timnas Indonesia bisa lebih solid. Meski sempat hampir kecolongan, duet Yanto Basna dan Hansamu Yama di pusat pertahanan yang didukung Yustinus Pae dan Ricky Fajrin di dua sisi sayap pertahanan, mampu membantu Andritany mengamankan gawang dari kebobolan.
Dua gol yang dicetak oleh Evan Dimas, di antara quattrick yang dicetak Beto Goncalves memberikan bukti lini kedua Timnas Indonesia tetap mampu menjadi andalan ketika menemui jalan buntu.
Tembakan jarak jauh yang dilepaskan gelandang serang Tim Garuda pada babak pertama dan pergerakan menjemput umpan hingga ke kotak penalti yang berbuah gol kedua Evan Dimas, menjadi bukti lini tengah Timnas Indonesia akan menjadi penyokong bagus dalam mendobrak pertahanan lawan.
Advertisement
Kekurangan Timnas Indonesia
Tentu akan sulit untuk menemukan kekurangan sebuah tim ketika berhasil meraih kemenangan telak. Begitu pula saat Timnas Indonesia melibas Vanuatu 6-0 di SUGBK. Namun, bukan berarti kemenangan setengah lusin gol itu membuat Tim Garuda tak memiliki kelemahan.
Selisih tiga peringkat dalam ranking FIFA terbaru per 14 Juni membuat Timnas Indonesia di atas kertas tak berbeda jauh dengan Vanuatu. Namun, di atas lapangan Beto Goncalves dkk. mampu memperlihatkan kualitas yang jauh berbeda.
Hanya, dalam pertandingan di SUGBK itu, Vanuatu sama sekali tidak memperlihatkan permainan yang berkualitas. Meski sempat beberapa kali berusaha mencuri peluang di babak pertama, koordinasi antarlini serta rapuhnya pertahanan tim yang berada di kawasan Pasifik itu tak bisa menjadi tolok ukur dominasi Tim Garuda.
Kemenangan ini merupakan respons yang bagus setelah Timnas Indonesia kalah 1-4 dari Yordania pada Selasa (11/6/2019). Namun, kekalahan di laga sebelumnya membuktikan Tim Garuda juga belum teruji ketika menghadapi tim dengan level permainan yang benar-benar sama, atau bahkan lebih baik.
Kecolongan lini pertahanan Tim Garuda di babak pertama, di mana Andritany Ardhiyasa sempat beberapa kali melakukan penyelamatan membuktikan jadi bahan evaluasi yang juga perlu menjadi perhatian.
Meski pada akhirnya bisa beradaptasi dengan baik di sisa laga kontra Vanuatu, lini pertahanan Timnas Indonesia ini perlu mendapatkan ujian lebih berat dengan menghadapi lawan yang memiliki pola menyerang yang lebih baik.
Baca Juga
Lawan Selalu Tampil Maksimal saat Hadapi Timnas Indonesia di Piala AFF 2024, Ada Apa?
Justin Hubner Alami Gegar Otak dan Harus Istirahat Sebulan, Pastikan Tak Bela Timnas Indonesia di Semifinal Piala AFF 2024
Untuk Ungguli Myanmar di Piala AFF 2024, Timnas Indonesia Perlu Menang Telak melawan Filipina Karena Ini