Konflik AS-Iran Memanas, Arab Saudi Serukan Perlindungan Suplai Minyak Global

Arab Saudi serukan perlindungan suplai minyak global terkait memanasnya konflik antara AS dan Iran.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 16 Jun 2019, 17:04 WIB
Ilustrasi bendera Arab Saudi (AFP Photo)

Liputan6.com, Riyadh - Di tengah meningkatnya konflik di wilayah Teluk, Arab Saudi menyerukan tindakan segera untuk mengamankan pasokan minyak global yang banyak melintasinya.

Arab Saudi juga bergabung dengan Amerika Serikat (AS) dalam menyalahkan Iran atas serangan dua kapal tanker di rute pengiriman minyak vital terkait, di mana memicu kekhawatiran konfrontasi lebih luas di wilayah tersebut.

Serangan kapal tanker Kamis lalu di Teluk Oman memperburuk situasi serupa pada bulan Mei, yang melumpuhkan empat kapal komersial di lepas pantai Uni Emirat Arab.

Washington, yang telah terlibat pertikaian dengan Iran atas isu program nuklir, menyalahkan Teheran atas krisis terkait, di mana kemudian diikuti tindakan serupa oleh putra mahkota Saudo, Mohammab bin Salman, demikian sebagaimana dikutip dari The Straits Times pada Minggu (16/6/2019).

Iran telah membantah peran dalam serangan terhadap tanker di selatan Selat Hormuz, yang merupakan rute pelayaran utama suplai minyak dari Arab Saudi, dan produsen Teluk lainnya.

Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan harus ada "tanggapan cepat dan tegas terhadap ancaman" pasokan energi, stabilitas pasar, dan kepercayaan konsumen.

MBS --sapaan akrab putra mahkota Saudi-- dalam sebuah wawancara dengan surat kabar milik Saudi Asharq Al-Awsat, menyalahkan Iran dan meminta masyarakat internasional untuk mengambil 'sikap tegas' terhadap serangan itu.

"Kerajaan (Arab Saudi) tidak menginginkan perang di kawasan itu (Teluk), tetapi kerajaan tidak akan ragu untuk menghadapi ancaman terhadap rakyatnya, kedaulatannya, atau kepentingan vitalnya," kata MBS.

 

 


Dampak Konflik Meluas

Kapal patroli AS saat berpapasan dengan kapal patroli Korps Garda Revolusi Iran di Teluk Persia (25/7/2017) (US Naval Institute)

Sementara itu, pada Kamis lalu, militer AS merilis sebuah video yang menunjukkan Garda Revolusi Iran berada di belakang ledakan yang merusak kapal Front Altair milik Norwegia dan Kokuka Courageous milik Jepang.

AS telah memperketat sanksi terhadap Iran sejak Washington menarik diri dari pakta nuklir 2015 antara Teheran dan kekuatan global tahun lalu.

Tujuan sanksi yang dinyatakan Washington adalah untuk memukul ekspor minyak Iran, yang merupakan andalan ekonominya, menjadi nol.

Sebaliknya, Teheran telah menanggapi dengan tegas bahwa jika ekspor minyak mereka dihentikan, maka hal itu bisa berdampak buruk terhadap Selat Hormu.

Ini adalah sebuah saluran sempit yang memisahkan Iran dan Oman, di mana juga merupakan jalur utama bagi seperlima minyak yang dikonsumsi secara global.

Sementara itu, harga minyak telah naik 3,4 persen sejak serangan Kamis lalu.

Di saat bersamaan, berbagai perusahaan asuransi kapal mengatakan biaya premi untuk kapal yang berlayar melalui Timur Tengah telah melonjak setidaknya 10 persen.


AS dan Iran Berbeda Klaim

Bendera Iran (Atta Kenare / AFP PHOTO)

Di lain pihak, pemerintahan Donald Trump dikabarkan setuju untuk melonggarkan sanksi internasional terhadap Iran, dengan imbalan mengekang kerja nuklir Teheran.

Presiden AS ke-45 itu juga mengatakan dia terbuka untuk mengadakan pembicaraan dengan Iran, meskipun Teheran mengatakan tidak memiliki rencana untuk bernegosiasi dengan Washington, kecuali jika itu membalikkan keputusan mengenai kesepakatan nuklir.

Iran dan AS sama-sama mengatakan tidak tertarik pada perang. Tetapi, hal tersebut tidak banyak membantu meredakan kekhawatiran bahwa musuh bebuyutan itu bisa tersandung ke dalam konflik.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya