Incar Dana Segar, J Resource Tawarkan Obligasi

PT J Resources Asia Pasifik Tbk targetkan total dana yang dihimpun dari penawaran obligasi sebesar Rp 3 triliun.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jun 2019, 15:00 WIB
(Foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan tambang emas, PT J Resources Asia Pasifik Tbk bakal menerbitkan obligasi melalui Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan I J Resources Asia Pasifik Tahun 2019. Target total dana yang dihimpun dari aksi korporasi ini sebesar Rp 3 triliun.

Direktur PT J Resources, Willian Sunarta mengatakan kendati demikian, untuk tahap awal, pihaknya membidik dana segar sebesar Rp 500 miliar dulu. Obligasi diterbitkan dengan tenor 3 tahun sejak tanggal emisi.

"Untuk tahap pertama, target kami Rp 500 miliar dulu," kata dia, dalam konferensi pers, di Jakarta, Senin (17/6).

Tingkat bunga yang ditawarkan sebesar 10,0 persen sampai 11,0 persen per tahun. Bunga Obligasi dibayarkan setiap 3 bulan sesuai dengan tanggal pembayaran bunga obligasi.

Bertindak sebagai Penjamin Pelaksana Emisi adalah PT BNI Sekuritas dan PT lndo Premier Sekuritas. Dalam rangka penerbitan Obligasi ini, Perseroan telah memperoleh hasil pemeringkatan atas efek utang jangka panjang dengan peringkat single A dari Peringkat Efek Indonesia (PEFINDO).

Dia menjelaskan, dana hasil Penawaran Umum Obligasi Berkelanjutan I J Resources Tahap I Tahun 2019, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, seluruhnya akan digunakan oleh perusahaan untuk modal kerja daIam rangka mendukung operasional Grup J Resources.

"Juga untuk refinancing existing debt," lanjut dia.

Direktur J Resources, Edi Permadi mengatakan bahwa pengalaman dan track record perusahaan yang baik, manajemen operasi yang baik, dan profll pengelolaan di industri pertambangan yang baik membuat J Resources mendapatkan peringkat obligasi yang baik.

"Harga emas dunia yang saat ini cukup baik, serta didukung dengan biaya produksi Grup J Resources yang efisien, dan juga aset cadangan bijih dan sumber daya mineral yang besar dengan potensi penemuan cadangan bijih baru secara berkelanjutan untuk menompang rencana produksi di masa mendatang, memastikan marjin keuntungan yang baik," tandasnya.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


IHSG Naik Terbatas pada Awal Perdagangan Saham

Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan bursa saham 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona hijau pada awal sesi perdagangan saham. 

Pada pra pembukaan perdagangan saham, Senin (17/6/2019), IHSG naik tipis 9,27 poin atau 0,15 persen ke posisi 6.259,53. Pada pukul 09.00 waktu JATS, IHSG menguat 11,09 poin atau 0,18 persen ke posisi 6.261,36. Indeks saham LQ45 susut 0,22 persen ke posisi 988,80. Sebagian besar indeks saham acuan melemah.

Penguatan IHSG pun tak berlangsung lama. Pada awal sesi, IHSG pun berbalik arah ke zona merah. IHSG melemah tipis 2,3 poin ke posisi 6.247, Sebanyak 149 saham menguat sehingga membuat pelemahan IHSG tak terlalu besar. 71 saham merosot dan 116 saham diam di tempat.  

Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.253,50 dan terendah 6.245,58. Total frekuensi perdagangan saham 23.453 kali dengan volume perdagangan 1,2 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 472,7 miliar. Investor asing beli saham Rp 1,7 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.350.

Sebagian besar sektor saham melemah kecuali sektor saham pertanian naik 0,54 persen, sektor saham keuangan menguat 0,18 persen dan sektor saham perdagangan mendaki 0,17 persen.

Sementara itu, sektor saham infrastruktur melemah 0,44 persen, sektor saham barang konsumsi susut 0,27 persen dan sektor saham industri dasar merosot 0,18 persen.

Saham-saham yang cetak penguatan terbesar di awal sesi antara lain saham BOLA naik 69,14 persen ke posisi Rp 296 per saham, saham SDMU melonjak 12,96 persen ke posisi Rp 61, dan saham SIMA mendaki 16,96 persen ke posisi Rp 131 per saham.

Sementara itu, saham-saham yang tertekan antara lain saham TFCO merosot 22,52 persen ke posisi Rp 430 per saham, saham FITT susut 8,7 persen ke posisi Rp 210 per saham, dan saham JPFA melemah 2,91 persen ke posisi Rp 1.500 per saham.

Bursa saham Asia sebagian besar menguat. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 1,38 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,14 persen, indeks saham Jepang Nikkei mendaki 0,25 persen, indeks saham Shanghai naik 0,67 persen, indeks saham Singapura bertambah 0,10 persen dan indeks saham Taiwan menguat 0,29 persen.


Investor Menanti Pertemuan The Fed, Wall Street Melemah

Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah didorong investor berhati-hati jelang pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) pada pekan depan.

Selain itu, peringatan dari Broadcom mengenai melemahnya permintaan global membebani produsen chip dan menambah kekhawatiran perang dagang AS-China.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat (Sabtu pagi WIB), indeks saham Dow Jones merosot 17,16 poin atau 0,07 persen ke posisi 26.089,61.   

Indeks saham S&P 500 susut 4,66 poin atau 0,16 persen ke posisi 2.886,98. Indeks saham Nasdaq tergelincir 40,47 poin atau 0,52 persen ke posisi 7.796,66.

Selama sepekan indeks acuan di wall street menguat. Indeks saham Dow Jones bertambah 0,4 persen, indeks saham S&P 500 menguat 0,5 persen dan indeks saham Nasdaq menguat 0,7 persen.

Saham Broadcom Inc turun 5,6 persen setelah memangkas proyeksi pendapatan setahun penuh sebesar USD 2 miliar. Hal itu didorong perang dagang antara AS-China serta pembatasan ekspor pada Huawei Technologies Co Ltd.

Perusahaan chip lainnya juga turun tajam seiring sumber produk dan penjualan besar di China. Indeks Philadelphia Semiconductor turun 2,6 persen.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya