Mahasiswa Dukung Program Satu Juta Petani Milenial

Saat ini, petani milenial yang sudah bergabung kurang lebih 400 ribu orang.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jun 2019, 16:00 WIB
Rumah tangga usaha pertanian di Kota Batu terus menurun dari tahun ke tahun (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Jakarta - Target Kementerian Pertanian (Kementan) mencetak satu juta petani milenial mendapatkan dukungan dari kalangan mahasiswa. Hal ini agar lebih banyak generasi muda Indonesia yang mau terjun ke sektor pertanian.

Ketua Bidang Pertanian dan Kelautan Pengurus Besar (PB) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Zaenal Arif mengatakan, upaya Kementan mencetak para petani milenial relevan untuk diterapkan. Ini mengingat gencarnya transformasi pertanian tradisional ke pertanian modern yang digagas Menteri Pertanian Amran Sulaiman.

"HMI mendukung terobosan (program) Satu Juta Petani Milenial yang digagas Kementan. Memang selama ini PR (Pekerjaan Rumah) kita kan hanya soal SDM (sumber daya manusia) saja yang sangat rendah. Artinya akses keinginan untuk memanfaatkan teknologi itu kurang. Makanya perlu anak-anak muda untuk mendobraknya," ungkap dia di Jakarta, Senin (17/6/2019).

Zaenal mengatakan, untuk membangkitkan semangat ini, sebaiknya pemerintah mengintensifkan komunikasi dialog dan diskusi publik dengan kelompok komunitas pertanian atau menerobos pintu-pintu kampus.

"Menurut saya pemerintah harus lebih merangkul komunitas pertanian dan memanfaatkan teman-teman muda yang memiliki kemampuan di bidang pertanian. Karena melalui komunitas, kita bisa menerapkan sisi perjuangan. Makanya harus anak muda yang masuk, jangan yang tua," katanya.

Di samping itu, Zaenal mengapresiasi berbagai konsep dan terobosan Kementan yang mampu meningkatnya produksi pertanian dan menurunkan inflasi sesuai angka yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS). Dia berharap, pencapaian ini benar-benar membawa Indonesia mencapai swasembada serta menjadi lumbung pangan dunia.

"Pandangan saya terhadap pertanian sekarang sudah ada peningkatan, karena banyak terobosan yang dilakukan Kementerian Pertanian. Walaupun untuk menyelesaikan masalah belum sepenuhnya terselesaikan," tutur dia.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Selanjutnya

Di Sukabumi, Menteri Amran lepas ekspor manggis dan bantuan untuk 10 ribu petani milenial. (foto: dok. Kementan)

Menteri Pertanian Amran Sulaiman sebelumnya telah mencetuskan Gerakan Satu Juta Petani Milenial di seluruh Indonesia. Gerakan ini merupakan langkah pemerintah untuk menambah daya gedor produksi komoditas pertanian yang berorientasi pada ekspor.

"Petani milenial yang sudah bergabung kurang lebih 400 ribu orang. Kami targetkan 1 juta orang tahun ini. Kami mendorong pemuda-pemuda tani untuk turun ke sektor pertanian karena kita sudah bertransformasi dari pertanian tradisional ke pertanian modern," tukas Menteri Amran beberapa waktu lalu.

Mentan berharap dengan teknologi generasi milenial mau bercocok tanam, peduli dengan nasib petani dan siap meningkatkan produksi pangan Indonesia.

 


Kementan Siapkan Dana Dua Triliun untuk Petani Milenial

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman bersama 6 organisasi mahasiswa islam melakukan tanam perdana jagung seluas 5.000 ha di Desa Mekarmukti.

Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) merupakan program Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mewujudkan peningkatan produktivitas pertanian.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan Sarwo Edhy dalam Diskusi Forum Wartawan Pertanian bertemakan Program Serasi Meningkatkan Produktivitas. 

Dalam diskusi itu, Sarwo Edhy mengatakan bahwa fokus pertanian ada di tiga provinsi, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan, dengan target keseluruhan mencapai 400 ribu hektare pada 2019.

"Target 400 ribu hektar tahun ini setelah melalui proses validasi CPCL (Calon Petani Calon Lokasi)," kata Sarwo Edhy di Gedung PIA Kementerian Pertanian RI, Rabu (24/4).

Tahun lalu, Kementan menargetkan keseluruhan Program Serasi menjangkau 500 ribu hektare di seluruh Indonesia. Namun setelah proses validasi, Kementan menetapkan target menjadi 400 ribu hektare pada 2019.

Ditjen PSP pun menyiapkan dana sebesar Rp2,5 triliun untuk implementasi Program Serasi. Nilai sebesar ini berasal dari perhitungan Rp4,3 juta per hektare yang dipakai untuk perbaikan jaringan tersier.

Sarwo Edhy menuturkan, Program Serasi telah menunjukkan hasil yang baik di lapangan. Antara lain produktivitas pertanian naik menjadi 6,5 ton GKP per ha di Tanah Laut, Kalimantan Selatan, dari sebelumnya berjumlah 3 ton GKP per ha.

Keseriusan ini, kata dia, memiliki motivasi dan basis tujuan yang sangat kuat, yakni untuk meningkatkan indeks dan produksi pertanian. Lebih dari itu, program ini juga dinilai program luar biasa karena mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga bermuara pada kesejahteraan.

"Tentu tujuan program ini untuk meningkatkan indeks kesejahteraan petani. Maka itu, kami juga sudah memberikan bantuan berupa benih unggul dan bermutu," katanya.

Edhy mengatakan, program ini diharapkan mampu mendorong petani milenial masuk dan turun secara langsung ke sawah dan perkebunan Serasi. Langkah ini perlu dilakukan untuk memudahkan penggunaan teknologi yang diterapkan.

"Program ini mau tidak mau harus melibatkan petani milenial baik saat tanam maupun panen. Langkah ini untuk menggedor produksi dan bisa menstabilkan harga," katanya.


Cara Kementan Pasarkan Produk Kuliner Buatan Generasi Milenial

Kementerian Pertanian (Kementan) mengalokasikan alat mesin pertanian (alsintan) untuk Kabupaten Purbalingga sebanyak 103 unit untuk tahun 2019

Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Pusat Pendidikan Pertanian coba mengembangkan berbagai produk kuliner yang bisa menyasar target pasar kaum milenial.

Itu diwujudkan dengan menggelar acara Millenial Indonesia Agropreneurs (MIA) yang diselenggarakan pada 18-21 April 2019 di Bogor Botani Square, Bogor. Dalam rangkaian uji pasar tersebut, total nominal transaksi yang tercipta mencapai Rp 100 juta.

Kepala Pusat Pendidikan Pertanian Kementan, Idha Widi Arsanti, mengungkapkan, inisiasi kegiatan ini telah berjalan sejak 2016 dengan melibatkan sebanyak 1.016 pemuda-pemudi yang berasal dari kalangan siswa, mahasiswa, hingga alumni perguruan tinggi.

"Dari jumlah itu, ini masih tersebar di seluruh Indonesia dan perlu kita berikan wadah untuk perlu dikembangkan lebih lanjut. Dalam kegiatan MIA ini, kita membuka booth-booth pameran untuk memamerkan produk yang sudah mereka buat," terangnya usai penutupan acara di Bogor Botani Square, Bogor, Minggu (21/4/2019).

Dengan begitu, ia meneruskan, para pengusaha kuliner muda ini lantas bisa terhubung dengan berbagai stakeholder dari berbagai bidang, seperti retail dan perbankan, untuk kemudian mendapat jaminan kredit demi mengembangkan bisnisnya.

Secara produk, Idha menyebutkan, mayoritas merupakan kreasi produk kuliner. Seperti contoh, daun singkong kering berbumbu rendang yang jadi pemenang MIA Award 2019.

"Sebagian besar memang kuliner. Karena kita mengadakan acara ini di mall, kita juga melihat transaksi penjualannya. Rata-rata pengunjung mall kuliner memang," ungkap dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya