Liputan6.com, Konduga - Sebanyak 30 orang dilaporkan tewas ketika tiga orang meledakkan diri di sebuah kerumunan pasar di timur laut Nigeria, Minggu 16 Juni 2019 malam.
Wilayah yang menjadi target bom bunuh diri itu diketahui telah mengalami peningkatan serangan oleh berbagai kelompok militan baru-baru ini, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Selasa (18/6/2019).
Menurut saksi mata, serangan bom bunuh diri terjadi ketika banyak orang di pasar itu tengah menonton berita malam sembari menunggu siaran sepak bola.
Baca Juga
Advertisement
Tiga ledakan yang terjadi berdekatan di sebuah desa di luar kota Konduga, negara bagian Borno itu juga melukai 42 orang lainnya, lapor otoritas keamanan Nigeria.
Sebuah sumber militer mengatakan para pelaku meledakkan bom di dekat kerumunan niaga di seberang sebuah klinik di distrik Mandarari, sekitar pukul 21.15 waktu setempat.
Dia menambahkan: "Seorang pembom wanita lain yang IED (alat peledak improvisasi) gagal meledak ditangkap dan diserahkan kepada tentara Nigeria."
Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi para pejabat dari kelompok warga sipil Nigeria encurigainya sebagai perbuatan miloitan Boko Haram yang dipimpin Abubakar Shekau.
Akses Evakusi Sempat Terhambat
Kepala layanan darurat di negara bagian Borno, Usman Kachala, mengatakan pihak militer menutup jalan menuju lokasi serangan, sehingga pekerja penyelamat tidak dapat menjangkau korban selamat selama 12 jam.
"Ketika saya dan tim saya tiba di Konduga pagi ini, militer mencegah kami mendapatkan akses untuk membantu para korban," kata Kachala.
"Mereka memberi tahu kami bahwa mereka diberi perintah dari atasannya untuk tidak membuka jalan sampai jam 9 pagi," lanjutnya menjelaskan.
Akibatnya jumlah korban tewas, yang kala itu dilaporkan sebanyak 17, naik menjadi 30, katanya.
Sementara itu, lokasi serangan merupakan sebuah titik niaga non-permanen di daerah yang dijadikan tempat berlindung dari pengaruh Boko Haram, sebuah kelompok militan yang bergerilya di banyak wilayah pinggiran Nigeria.
Menurut otoritas keamanan setempat, bom bunuh diri itu serupa dengan sebuah serangan pada 2017 lalu, yang juga menyasar warga kontra Boko Haram.
Adapun pelaku pemboman, yang terdiri dari dua wanita dan satu pria, tidak selalu merupakan "pengantin teror", kata pejabat keamanan setempat.
Boko Haram disebut sering sengaja mengikatkan bahan peledak ke tubuh para korban penculikan, termasuk anak-anak, dan menipu mereka untuk meledakkan diri di pos pemeriksaan atau pasar.
Advertisement
Kemanan Nasional Terancam Sejak 2011
Keamanan nasional Nigeria terus terancam sejak 2011, di mana lebih dari seribu orang terbunuh dan puluhan ribu rumah terbakar di negara bagian Zamfara, di mana pemerintah tampaknya tidak dapat mengendalikan konflik lintas masyarakat di sana.
Banyak yang mengaitkan kekerasan tersebut berkaitan dengan perseteruan antara penggembala dan petani, terutama yang berkaitan dengan sengketa lahan. Konflik tersebut dilaporkan telah merenggut hampir 4.000 nyawa dalam tiga tahun terakhir.
Di saat bersamaan, wilayah timur laut Nigeria telah diguncang selama hampir satu dekade oleh kelompok militan Boko Haram, yang paling terkenal menculik ratusan siswi pada 2014.
Presiden Muhammadu Buhari bersumpah untuk membawa keamanan ke wilayah itu, di mana kemudian terpilih kembali tahun ini sebagian karena janji terkait.
Namun, Boko Haram dan cabang sekutu kuat ISIS di sana, Negara Islam Afrika Barat (Iswap), baru-baru ini meluncurkan banyak serangan terhadap Nigeria dan beberapa negara tetangganya.
Rabu lalu, kelompok militan menyerang satu batalion di desa Kareto, di mana dilaporkan membunuh banyak orang termasuk komandan setempat.
Sehari kemudian, satuan tugas gabungan multinasional yang memerangi militan di seluruh wilayah Danau Chad, mengatakan 300 simpatisan Boko Haram telah menyerang Darak, sebuah desa di Kamerun utara, menewaskan 10 personelnya dan delapan warga sipil.
Lebih dari 60 militan tewas dan delapan ditangkap, kata seorang juru bicara.