Liputan6.com, Jakarta - Mantan Presiden Mesir Mohammed Morsi mengembuskan napas terakhir setelah pingsan di ruang sidang di Kairo, Mesir pada Senin, 17 Juni 2019, waktu setempat, demikian ungkap para pejabat Negeri Piramid.
Melansir BBC.com, Selasa (18/6/2019), kepergian Mohammed Morsi setelah dirinya digulingkan oleh militer pada 2013 serta satu tahun menjabat. Televisi pemerintah menyebut penyebab kematian Morsi karena serangan jantung.
Mohammed Morsi meninggal dunia pada usia 67 tahun. Sebelumnya, ia ditahan sejak pemecatan setelah adanya protes massal. Aktivis dan keluarganya telah lama menyebut bahwa Morsi tidak menerima perawatan untuk masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi dan diabetes.
Baca Juga
Advertisement
Lantas, bagaimana kisah Morsi semasa hidup? Melansir The Guardian, Mohammed Morsi adalah anak tertua dari lima bersaudara yang dilahirkan di Desa El-Adwah di Mesir Utara.
Ayahnya adalah seorang petani miskin dan saat kecil ia dibawa ke sekolah dengan seekor keledai. Ia lulus dengan gelar BA dalam bidang teknik dari Cairo University pada 1975 dan MA dalam bidang metalurgi pada 1978.
Tahun itu, Morsi menikasi sepupunya yang berusia 17 tahun bernama Naglaa Mahmoud. Naglaa kemudian menyebut kepada sebuah majalah bahwa Morsi membantu pekerjaan rumah tangga dan memasak.
"Saya suka semua tentang dia. Perkelahian kami tidak pernah berlangsung lebih dari beberapa menit," ungkap Naglaa.
Sementara, Mohammed Morsi menyampaikan pada televisi Mesir bahwa menikahi Naglaa adalah "pencapaian pribadi terbesar dalam hidup saya,".
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Cerita Mohammed Morsi Semasa Hidup
Kemudian, Mohammed Morsi bergabung dengan Ikhwanul Muslimin pada 1979. Ia tinggal di Amerika Serikat selama beberapa tahun belajar untuk meraih gelar doktor di California State University, Northridge, Amerika Serikat.
Ia menjadi asisten profesor teknik dari 1982 hingga kembali ke Mesir pada 1985. Morsi lalu menjabat sebagai kepala departemen teknik bahan Zagazig University, di mana ia menjadi profesor hingga 2010.
Morsi merupakan anggota parlemen Mesir dari 2000 hingga 2005, berdiri sebagai independen, karena para kandidat dilarang mencalonkan diri di bawah bendera Ikhwanul Muslimin. Sayap politik Persaudaraan, partai Kebebasan dan Keadilan, didirikan setelah revolusi 2011 dan Morsi menjadi presiden pertamanya.
Hingga pada November 2013 Morsi didakwa dengan hasutan membunuh dan pada pemeriksaan pendahuluan mempertanyakan validitas pengadilan.
"Apa yang terjadi sekarang adalah kudeta militer. Saya sangat marah bahwa peradilan Mesir harus berfungsi sebagai penutup untuk kudeta militer kriminal ini," ungkapnya.
Lalu pada April 2015, Morsi dijatuhi hukuman 20 tahun atas kematian selama bentrokan antara pemrotes oposisi dan pendukung Ikhwanul Muslimin di luar istana kepresidenan di Kairo pada Desember 2012. Dia dibebaskan dari menghasut Ikhwanul Muslimin untuk membunuh dua pengunjuk rasa dan seorang jurnalis - tuduhan yang bisa membawa hukuman mati.
Advertisement