Liputan6.com, Istanbul - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin 17 Juni 2019 menyampaikan belasungkawa kepada keluarga mantan Presiden Mesir Mohammed Morsi, yang meninggal dalam persidangan di Mesir hari yang sama.
Berbicara kepada wartawan di Istanbul, Erdogan mengatakan Presiden Mesir saat ini Abdel Fattah al-Sisi menggulingkan Mohammed Morsi yang terpilih secara demokratis, mengeksekusi 50 warga Mesir lainnya dan mengesampingkan demokrasi.
"Sayangnya, insiden itu terjadi di ruang sidang. Pertama-tama saya memohon semoga Allah mengampuni saudara kita, Morsi, yang meninggal martir, " kata Erdogan, sebagaimana dikutip dari situs web Aa.com pada Selasa (18/6/2019).
"Negara Barat selalu diam menghadapi eksekusi Sisi. Negara-negara anggota Uni Eropa yang melarang eksekusi menerima undangan si pembunuh, Sisi untuk menghadiri pertemuan di Mesir," kata Erdogan, menggambarkan negara-negara Uni Eropa sebagai "munafik".
Baca Juga
Advertisement
Dalam kesempatan itu, Erdogan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Morsi dan rakyat Mesir.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu juga menyampaikan belasungkawa atas kematian Morsi.
"Kudeta membuatnya lepas dari kekuasaan, tetapi ingatannya tidak akan terhapus dari hati kita. Umat tidak akan melupakan sikap tegasnya! Beristirahatlah dengan tenang Morsi," tulis Cavusoglu dalam pesan yang ditulis di akun Twitter miliknya.
Dalam sebuah posting di Twitter, pejabat ketua Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) di Turki, Numan Kurtulmus menyebut Morsi sebagai "martir" yang telah dipilih oleh suara sah rakyat Mesir. Dia juga menyatakan belasungkawa atas kematian mantan pemimpin Mesir tersebut.
"Presiden Mesir pertama terpilih, Mohammed Morsi, diadili di ruang sidang di bawah kendali junta setelah kudeta yang tidak bermoral dan melanggar hukum. Dia menjadi martir di ruang sidang," kata juru bicara Partai AK Omer Celik dalam pesan Twitter di akun miliknya.
"Mereka yang mendukung kudeta dan mencari cara-cara banding terpenuhi dan sedang berusaha untuk memenuhi tugas mereka. Tetapi apa yang disebut dunia demokrasi tidak bisa lulus dalam kasus ini. Mereka diam terhadap eksekusi dan meletakkan karpet merah untuk para pemberontak. Rasa malu ini akan selalu tertulis di dahi mereka," papar Celik.
Presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis, Mohammed Morsi, meninggal pada Senin 17 Juni dalam persidangan pengadilan atas tuduhan spionase, menurut televisi pemerintah.
Morsi yang kini berusia 67 tahun pertama kali kehilangan kesadaran selama persidangan yang dia hadapi untuk sejumlah tuduhan sejak dia digulingkan dan dipenjara dalam kudeta militer 2013.
Sejauh ini ada enam tuduhan kriminal terhadap mantan pemimpin termasuk, pembobolan penjara, pembunuhan, mata-mata untuk Qatar, mata-mata untuk Hamas dan Hizbullah, menghina pengadilan dan keterlibatan dalam terorisme.
Saksikan Juga Video Berikut Ini:
Mohammed Morsi Meninggal Akibat Serangan Jantung?
Mantan Presiden Mesir, Mohammed Morsi, diaporkan tumbang dan meninggal saat tengah menjalani sebuah sidang pengadilan pada Senin, 17 Juni 2019.
Sumber medis setempat mengatakan bahwa sosok yang juga memimpin Ikhwanul Muslimin itu--kini dicap sebagai kelompok teroris pascakudeta militer tahun 2012--meninggal karena serangan jantung mendadak.
Dikutip dari CBS News, televisi pemerintah Mesir mengatakan Mohammed Morsi (67) menghadiri sesi pengadilan pada hari Senin atas tuduhan spionase, ketika dia tiba-tiba pingsan dan kemudian meninggal sebelum sempat dibawa ke rumah sakit.
Meninggalnya Morsi terjadi sesaat setelah dia berbicara dari balik sangkar kaca, tempat di mana dia ditahan selama sesi persidangan.
Sejurus kemudian, Morsi dilaporkan pingsan, hingga diputuskan untuk segera membawanya ke rumah sakit.
Namun, belum juga mobil ambulans bergerak menuju rumah sakit, nyawa Morsi sudah tidak tertolong. Tidak disebutkan pukul berapa almarhum mengembuskan napas terakhirnya.
Pejabat pengadilan Mesir mengatakan, jika masih dalam kondisi sehat, Mohammed Morsi memiliki "banyak rahasia" yang bisa dia ungkapkan.
Advertisement
Sang Pemimpin Ikhwanul Muslimin
Semasa hidupnya, Mohammed Morsi dikenal sebagai pemimpin kelompok Muslim terbesar di Mesir, Ikhwanul Muslimin, yang sekarang eksistensinya dianggap terlarang.
Morsi terpilih sebagai presiden Mesir pada 2012 dalam pemilihan bebas pertama di negara itu, menyusul kudeta terhadap pemimpin lama Hosni Mubarak, setahun sebelumnya.
Namun, pada 2013, militer Mesir menggulingkan kepemimpinan Mori akibat protes besar-besaran terhadap Ikhwanul Muslimin, yang berujung pada terjadinya tindak kekerasan.
Morsi dan beberapa tokoh penting lainnya di Ikhwanul Muslimin ditangkap oleh militer, dan dipenjara dengan berbagai dakwaan.
Sang eks pemimpin dipenjara sejak penangkapannya, dan sempat dijatuhi hukuman mati karena perannya dalam kerusuhan penjara massal selama pemberontakan 2011, yang menggulingkan Mubarak.