Liputan6.com, Kuwait City - Seorang pria di Kuwait dilaporkan meninggal dunia ketika negara itu dilanda gelombang panas. Pria itu meninggal karena sengatan panas dan diduga mengalami dehidrasi.
Menurut harian Al Rai, polisi dan ambulans secara cepat menuju rumah korban ketika menerima laporan tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Namun, ia sudah meninggal dunia sebelum dibawa ke rumah sakit. Laporan forensik menunjukkan paparan sinar matahari yang berlebihan telah ia terima, demikian dikutip dari laman Gulf News, Selasa (18/6/2019).
Suhu di Kuwait pada Sabtu, 15 Juni 2019 diklaim sebagai suhu tertinggi di dunia. Panas di sana diklaim mencapai 52,2 derajat Celcius pada sore hari dan 63 derajat Celcius di bawah sinar matahari langsung (siang).
Keterangan ini disampaikan oleh surat kabar Al Qabas. Gelombang panas diperkirakan akan terus berlanjut hingga musim panas, yang secara resmi akan dimulai pada 21 Juni.
Situs web Arabia Weather menyatakan bahwa gelombang panas juga telah melanda Qatar, Bahrain dan UEA.
Meteorolog di Kuwait memperkirakan musim panas yang bergejolak tahun ini, mencatat bahwa suhu bisa mencapai 68 derajat di bawah matahari bulan depan.
Rekor Sebelumnya
Klaim catatan cuaca dan iklim sering diperiksa oleh badan PBB, World Meteorological Organization (WMO). Pada 13 September 1922, suhu di kawasan El Azizia, Libya diklaim mencapai 58 derajat Celcius.
Namun tak lama, klaim itu mereka bantah sendiri. Sebab, ada kesalahan dalam mencatat.
Pada 2012, Organisasi Meteorologi Dunia "secara resmi" mendeklarasikan 56,7 derjat Celsius di Death Valley sebagai suhu tertinggi di Bumi.
Advertisement