Liputan6.com, Kairo - Mantan Presiden Mesir Mohammed Morsi telah berada di balik jeruji besi selama hampir enam tahun. Ia memiliki sejarah panjang permasalahan kesehatan, termasuk menderita diabetes serta penyakit ginjal dan hati. Kelompok hak asasi manusia telah lama mengecam keadaannya di penjara termasuk keterbatasan akses terhadap perawatan medis.
"Pemerintah Mesir hari ini memikul tanggung jawab atas kematiannya, mengingat kegagalan mereka untuk memberikan perawatan medis yang memadai atau hak-hak dasar tahanan," kata Human Rights Watch (HRW) dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al Jazeera pada Selasa (18/6/2019).
Baca Juga
Advertisement
Sarah Leah Whitson, direktur eksekutif divisi HRW di Timur Tengah dan Afrika Utara, mengatakan bahwa Morsi telah diperlakukan lebih buruk "daripada kondisi yang sudah mengerikan bagi para tahanan Mesir." Ia mengutuk kematian sang mantan presiden namun mengatakan bahwa hal itu "sepenuhnya dapat diprediksi".
"Pemerintah Mesir telah mengetahui dengan sangat jelas tentang kondisi medisnya (Mohammed Morsi) yang menurun. Ia telah kehilangan banyak berat badan, ia pingsan beberapa kali di pengadilan, dan ditahan di sel isolasi hampir sepanjang waktu," lanjutnya.
Pernyataan HRW menggemakan laporan yang dirilis pada Maret 2018 oleh panel anggota parlemen Inggris dan pengacara, yang memperingatkan bahwa kurangnya perawatan medis dapat mengakibatkan "kematian dini" Mohammed Morsi.
"Kesimpulan kami sangat jelas," kata Crispin Blunt, ketua Panel Peninjauan Penahanan Independen, pada saat itu. "Penolakan perawatan medis dasar yang menjadi haknya dapat menyebabkan kematian dini," tambahnya.
Senada dengan Pernyataan Putra Morsi
Morsi menjadi terkenal sebagai pemimpin kelompok Ikhwanul Muslimin yang dilarang, sebelum menjadi presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis pada Juli 2012.
Dia digulingkan hanya setahun kemudian dalam kudeta militer yang dipimpin oleh Abdel Fattah Al-Sisi, yang adalah presiden Mesir saat ini, setelah berminggu-minggu protes anti-pemerintah di seluruh negara Afrika Utara.
Kesejahteraan mantan presiden, yang telah ditahan sejak kudeta, telah berulang kali ditampilkan dalam berita utama.
Putranya, Ahmed, sebelumnya telah berbicara kepada media tentang penurunan kondisi kesehatan ayahnya di penjara. Ia pun mengatakan pihak berwenang telah mengabaikan kebutuhan sang ayah.
Mohammed Sudan, anggota kelompok Ikhwanul Muslimin cabang London, mengatakan kematian Morsi sama dengan "pembunuhan berencana".
Advertisement
Dugaan Penyiksaan
Menurut berbagai laporan selama bertahun-tahun, Morsi disebutkan telah dianiaya dan disiksa di penjara. Para aktivis mengatakan pada hari Senin bahwa kematiannya masuk dalam kategori penganiayaan tahanan politik.
Human Rights Watch menyebut kematian Morsi "mengerikan" yang sepenuhnya dapat diprediksi karena kegagalan pemerintah untuk memberinya perawatan medis yang memadai.
"Pemerintah Mesir hari ini memikul tanggung jawab atas kematiannya, mengingat kegagalan mereka untuk menyediakan perawatan medis yang memadai atau hak-hak dasar tahanan," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan kepada Al Jazeera.
Amnesty internasional mengatakan pemerintah Mesir memikul tanggung jawab atas kematian mantan presiden itu, di tengah tuntutan internasional yang mendesak untuk penyelidikan yang adil dan transparan menjelang persidangan.