Ditangkap, Michel Platini Pernah Tuduh Final Piala Dunia 1998 Sudah Diatur

Menurut Michel Platini laga Prancis vs Brasil di final Piala Dunia 1998 adalah rekayasa karena pertandingan itu sangat ditunggu banyak orang.

oleh Edu Krisnadefa diperbarui 18 Jun 2019, 16:51 WIB
Mantan Presiden UEFA, Michel Platini, ditangkap karena terindikasi korupsi dan suap pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2022 (Valery HACHE / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Presiden UEFA, Michel Platini, ditahan pihak berwajib, Selasa (18/6/2019). Pria yang kini berusia 63 tahun itu digelandang saat berada di pagi di Nanterre, sebelah Barat pinggiran kota Paris, Prancis, pagi hari waktu setempat.

Pria yang juga legenda sepak bola Prancis itu diduga terlibat dalam korupsi dan suap terkait pemberian status tuan rumah Piala Dunia 2022 Qatar. Menariknya, Michel Platini sendiri pernah menuduh bahwa gelaran Piala Dunia rentan dengan korupsi.

Tahun lalu, dalam wawancara dengan Radio France Bleu Sport, dia menyebut bahwa final Piala Dunia 1998 Prancis yang mempertemukan tuan rumah lawan Brasil adalah rekayasa.

Ketika itu, digelar di Stade de France, tuan rumah akhirnya mengalahkan Brasil 3-0. Tiga gol Prancis dicetak Zinedine Zidane (dua gol) dan Emmanuel Petit.

"Prancis vs Brasil adalah final impian semua orang," ujar Michel Platini ketika itu. "Kami tidak menghabiskan enam tahun menyiapkan Piala Dunia tanpa membuat sedikit tipuan."


Sudah Lama Mengemuka

Mantan Presiden UEFA Michel Platini (AFP PHOTO/PATRICK KOVARIK)

Tuduhan adanya korupsi dan suap dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2002 sendiri memang sudah lama mengemuka. Mantan wakil presiden FIFA, Jack Warner, lewat email mengklaim bahwa tuan rumah Piala Dunia 2022 "dibeli".

Semua membantah. Namun penyelidikan tetap dilakukan. Hasilnya, 10 dari 22 anggota komite eksekutif FIFA yang mengikut vote untuk Piala Dunia 2918 dan 2022 diskors karena dianggap melakukan korupsi.


Punya Pengaruh

Posisi Platini sendiri, ketika itu, pada 2010 adalah Presiden UEFA. Sehingga dia dianggap punya pengaruh untuk "memberikan" suara kepada negara pemenang bid.

Selain Platini, dilaporkan juga Claude Gueant, penasihat mantan Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy harus menjalani interogasi intensif. Namun, dia tidak ditangkap.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya