6 Momen Naik-Turun Maurizio Sarri saat Menangani Chelsea

Maurizio Sarri memutuskan meninggalkan Chelsea dan berlabuh di klub kampung halamannya, Juventus.

oleh Ario Yosia diperbarui 18 Jun 2019, 19:10 WIB
Pelatih Chelsea, Maurizio Sarri, mengangkat trofi juara Liga Eropa usai mengalahkan Arsenal pada laga final Liga Eropa di Baku Olympic Stadium, Kamis (30/5) dini hari WIB. Chelsea menang 4-1 atas Arsenal. (AP Photo/Luca Bruno)

Jakarta - Chelsea telah berpisah dengan Maurizio Sarri. Sang manajer memililh pulang kampung ke Italia setelah menjalani musim naik-turun di Inggris.

Maurizio Sarri akan melatih Juventus pada musim depan. Pria berusia 60 tahun itu mendapat kontrak selama tiga musim di Turin.

Sarri meninggalkan Chelsea setelah berjalan satu tahun di Premier League. Chelsea mengangkatnya sebagai manajer pada musim panas 2018 untuk menggantikan Antonio Conte.

Kedatangan mantan arsitek Napoli itu awalnya disambut dengan sangat baik. Namun, seiring berjalannya waktu, para fans merasa sangat frustrasi dengan gaya permainan Sarri.

Sarri pasti akan menganggap dirinya sukses mengingat apa yang sudah dia capai dan kendala yang dia alami di bursa transfer. Namun, kepergian Sarri sepertinya akan menjadi berita gembira buat fans The Blues.

Berikut ini momen terbaik dan terburuk Maurizio Sarri di Chelsea seperti dilansir Fox Sports Asia.

 


Juara Liga Europa

Manajer Chelsea Maurizio Sarri berpose dengan trofi Liga Europa usai mengalahkan Arsenal pada laga final di Olympic stadium in Baku, Azerbaijan, Kamis (30/5/2019) dini hari WIB.(AP Photo/Dmitri Lovetsky)

Meski performa Chelsea di Premier League naik turun, mereka tampil impresif di Liga Europa. Mereka bahkan mampu mengalahkan Arsenal dengan skor meyakinkan 4-1 di final di Baku.

Di tengah sandiwara tiket, jauhnya lokasi dan masalah keamanan yang mencegah Henrikh Mkhitaryan bermain, Sarri mampu membawa Chelsea menutup musim dengan trofi. Menariknya, itu adalah trofi pertama Sarri sebagai pelatih.


Finish 3 Besar di Premier League

Pelatih Chelsea, Maurizio Sarri memberikan instruksi selama pertandingan melawan Crystal Palace di Liga Inggris di Stamford Bridge, London (4/11). Chelsea menang atas Crystal Palace dengan skor 3-1. (AP Photo/Frank Augstein)

 Sarri mewarisi skuat dengan banyak masalah. Beberapa pemain sudah berusia 30 tahun, opsi lini tengah yang kurang dan striker utama mereka kesulitan mencetak gol.

Meskipun begitu, Sarri masih mampu mengantarkan The Blues finis di peringkat ketiga pada ajang Premier League. Dengan demikian, Chelsea akan kembali berlaga di Liga Champions pada musim depan.


Mengakhiri Dominasi Manchester City

Gelandang Chelsea, N'Golo Kante, mengontrol bola saat melawan Manchester City pada laga Premier League di Stadion Stamford Bridge, London, Minggu (9/12). Chelsea menang 2-0 atas City. (AFP/Adrian Dennis)

Manchester City tidak pernah menelan kekalahan selama 15 pertandingan pertama pada musim 2018-19. Performa tersebut membuat tim asuhan Josep Guardiola dijagokan untuk menjaga rekornya sampai akhir musim.

Chelsea akhirnya berhasil mengakhiri rekor fantastis City itu pada bulan Desember dengan mengalahkan City 2-0 di Stamford Bridge berkat gol-gol dari N'Golo Kante dan David Luiz. Itu merupakan bukti bahwa Sarri mampu mengalahkan tim terbaik di Premier League.


Kekalahan Memalukan di Kandang Manchester City

Gelandang Manchester City, Riyad Mahrez menggiring bola dari kawalan pemain Chelsea Ngolo Kante dan Mateo Kovacic selama pertandingan Liga Premier Inggris di Stamford Bridge di London (8/12). Chelsea menang 2-0 atas City. (AP Photo/Tim Ireland)

Keadaan mulai berubah menjadi buruk bagi Chelsea dan Sarri setelah pergantian tahun. Dia terlihat akan menuju pintu keluar pada awal Februari ketika Chelsea dihancurkan Manchester City dengan skor telak 6-0.

Raheem Sterling, Ilkay Gundogan dan dua gol Sergio Aguero membuat tuan rumah unggul 4-0 saat pertandingan baru berjalan 25 menit dan mereka menambah dua gol lagi di babak kedua. Itu adalah kekalahan tandang ketiga di liga secara beruntun bagi Chelsea setelah menelan kekalahan 4-0 dari Bournemouth dan 2-0 atas Arsenal.


Hujatan Terhadap Strategi Sarri-Ball

Maurizio Sarri, manajer Chelsea, saat memimpin latihan timnya di Baku Olympic Stadium jelang final Liga Europa (28/5/2019). (AFP/Kirill Kudryavtsev)

 Tak lama setelah dibantai City, Chelsea kalah 2-0 di kandang Manchester United dalam ajang FA Cup pada 18 Februari. Mereka pun tersingkir dari kompetisi tersebut.

Gaya permainan yang diterapkan Sarri pun menjadi sasaran ketika para penggemar meneriakkan "F*** Sarri-ball" selama pertandingan. Itu pasti pertanda bahwa Sarri sudah tidak diinginkan para fans.


Kasus Kepa

Manajer Chelsea Maurizio Sarri bersiap memainkan kiper Willy Caballero pada final Piala Liga Inggris di Wembley, Minggu (24/2/2019). Akan tetapi, hal itu urung terjadi karena Kepa Arrizabalaga menolak diganti. (AFP/Adrian Dennis)

Chelsea mampu menembus final Carabao Cup dan itu bisa membantu menyelamatkan pekerjaan Sarri. Performa mereka melawan Manchester City itu jauh lebih bersemangat setelah mereka dibantai pasukan Josep Guardiola dua minggu sebelumnya.

Namun, pertandingan itu dirusak oleh Kepa Arrizabalaga yang menolak untuk ditarik keluar saat perpanjangan waktu meski megalami cedera. Sarri tidak mau meributkan masalah tersebut setelah kalah dalam adu penalti dan menyatakan kalau itu hanya salah paham.

Namun, aksi pembangkangan Kepa itu menjadi bahan perbincangan selama beberapa minggu, terutama setelah sang pelatih meluapkan emosinya di pinggir lapangan.

Sumber: Bola.net

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya