Liputan6.com, Orlando - Membuktikan janjinya pada pendukung kubu Republik, Donald Trump meluncurkan kampanye perdananya sebagai calon presiden Amerika Serikat (AS) pada pemilu 2020 mendatang.
Pengumuman itu disampaikan oleh Trump di hadapan kerumanan besar di Orlando, negara bagian Florida, pada Selasa 18 Juni.
Dikutip dari The Guardian pada Rabu (19/6/2019), rilis kampanye itu dilakukan di tengah seruan pemakzulan, lanjutan penyelidikan oleh Kongres AS atas dugaan campur tangan Rusia dalam pilpres 2016, dan kebijakan imigrasi garis kerasnya.
Baca Juga
Advertisement
Namun, rilis kampanye itu juga hadir di tengah perekonomian AS yang tumbuh signifikan dan juga penguatan kembali dukungan Republik terhadap Donald Trump.
Meski terlihat seperti peluncuran resmi kampanyenya, namun sejatinya Donald Trump telah mengajukan dokumen untuk maju dalam pilpres 2020, beberapa jam setelah dia dilantik sebagai presiden AS ke-45 pada 20 Januari 2017.
Setelahnya, Trump diketahui kerap menggelar pertemuan umum "yang bergaya kampanye" di seluruh Amerika Serikat.
"Kami mengambi alih eksistensi politik yang gagal dan memulihkan pemerintahan, oleh dan untuk rakyat," kata Trump dalam sebuah video yang dirilis sehari sebelum kampanye terbarunya.
"Ini adalah kehendak rakyat, Anda semua adalah rakyat itu, Anda yang memenangkan pemilu," lanjut Donald Trump yang berpidato didampingi oleh istri, anak dan menantunya.
Ada Faktor Positif dan Negatif
Beberapa pihak menyebut kepercayaan diri Trump untuk meluncurkan kampanye pilpres, banyak berdasar pada faktor-faktor positif dalam dua setengah tahun terakhir.
Tanpa dipiungkiri bahwa dalam kurun waktu tersebut, ekonomi AS tumbuh signifikan dan tingkat pengangguran menurut data kementerian dalam negeri setempat, berada dalam tren positif.
"Jika ekonomi tetap kuat, dia kemungkinan besar akan terpilih kembali," kata Newt Gingrich, salah seorang kepercayaan Trump dan juga mantan juru bicara Republik di DPR AS.
Tetapi investigasi Penasihat Khusus Robert Mueller tentang campur tangan Rusia dalam pemilu 2016, ditambah dengan gaya presidensial yang kerap diwarnai cibiran dan pernyataan ofensif, telah merusak kepercayaan sebagian warga AS terhadap Trump sebelum pemilu pada November 2020.
Advertisement
Tanggapan Kubu Demokrat
Sementara itu, kubu Demokrat yang berada di pihak oposisi, mengutip serangkaian janji yang gagal dalam masa jabatan pertama Trump, mulai dari menurunkan harga obat-obatan hingga menutup celah pajak perusahaan.
Demokrat juga mengkritik keras tindakan keras Trump terhadap hak-hak perempuan dan imigran.
Namun, dalam sebuah konferensi pers pada hari Selasa, para pejabat Partai Demokrat justru berfokus pada upaya merevisi undang-undang kesehatan yang ditandatangni presiden sebelumnya, Barack Obama, sebagai salah satu janji utama jika kelak telah menetapkan calon pesaing Trump.
Demokrat hanya sedikit menyinggung pemerintahan Trump dalam konferensi pers tersebut.
Menurut mereka, Trump sekarang harus mempertahankan catatan kepresidenannya, yang mencakup sejumlah kebijakan kontroversial, dari perang dagangnya dengan China hingga tanggapan terhadap hubungan AS-Arab Saudi pasca-pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, serta meningkatnya jumlah kematian di perang proksi di Yaman.