Polisi Dalami Dugaan Penyebaran Hoaks Petugas KPPS Diracun oleh Baequni

Dalam video yang beredar di media sosial, Baequni punya pandangan sendiri atas ratusan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal dunia.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 19 Jun 2019, 22:00 WIB
Penceramah Rahmat Baequni saat menghadiri silaturahmi dan diskusi umum yang digelar MUI Jawa Barat beberapa waktu lalu. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat Komisaris Besar Trunoyudo Wisnu Andiko membenarkan bahwa pihaknya telah menerima pelimpahan berkas penyidikan dari Mabes Polri atas dugaan penyebaran hoaks yang dilakukan Rahmat Baequni.

Videonya yang beredar di media sosial memiliki pandangan sendiri atas ratusan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal dunia.

"Betul, sekarang sudah ada di kita. Pelimpahan kasus tersebut dari Mabes Polri kepada Polda Jabar," kata Trunoyudo saat dikonfirmasi, Rabu (19/6/2019).

Gelar perkara akan segera dilakukan oleh penyidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Jabar. Gelar perkara ini guna mengetahui pelanggaran hukum termasuk rencana pemanggilan Rahmat Baequni.

"Jadi berkasnya kita pelajari dulu. Kita dalami," kata dia.

Trunoyudo mengatakan pihaknya akan menunggu hasil pendalaman kasus tersebut dari penyidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus).

"Untuk pemanggilannya nanti kita menunggu perkembangan dari penyidiknya," katanya.

Awalnya, Baequni bertanya mengenai fenomena meninggalnya ratusan petugas KPPS dalam Pemilu 2019. Dalam rekaman video yang beredar, Rahmat Baequni bilang kalau telah ditemukan zat beracun dalam cairan jasad petugas KPPS yang meninggal.


Isi Video yang Beredar

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Ustaz Rahmat Baequni berdiskusi mengenai Masjid Al Safar di Gedung Pusdai, Kota Bandung, Senin (10/6/2019). (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Berikut teks yang diucapkan dalam video:

 

"Bapak ibu, boleh saya cerita bapak ibu? Seumur-umur Pemilu dilaksanakan, jujur, boleh saya jujur? Nggak apa-apa ya? Bapak-bapak ada yang sudah senior, nggak sebut sepuh karena berjiwa muda. Seumur-umur kita melaksanakan Pemilu, pesta demokrasi, ada tidak petugas KPPS yang meninggal? Tidak ada ya? Tidak ada," kata Baequni dalam potongan video tersebut.

"Tapi kemarin, ada berapa petugas KPPS yang meninggal? 229 orang? Itu dari kalangan sipil, dari kepolisian berapa yang meninggal? Jadi total berapa? 390 orang meninggal. Sesuatu yang belum pernah terjadi dan ini tidak masuk di akal," lanjut dia.

"Bapak ibu sekalian, ada yang sudah mendapat informasi mengenai ini? Tapi ini nanti di-skip ya. Bapak ibu sekalian yang dirahmati Allah, ketika semua yang meninggal ini dites di lab, bukan diautopsi, dicek di lab forensiknya, ternyata apa yang terjadi? Semua yang meninggal ini, mengandung dalam cairan tubuhnya, mengandung zat yang sama, zat racun yang sama. Yang disebar dalam setiap rokok, disebar ke TPS. Tujuannya apa? Untuk membuat mereka meninggal setelah tidak dalam waktu yang lama. Setelah satu hari atau paling tidak dua hari. Tujuannya apa? agar mereka tidak memberikan kesaksian tentang apa yang terjadi di TPS," kata Baequni.

Pernyataan Baequni bertentangan dengan keterangan Menteri Kesehatan (Menkes) Nila S Moeloek. Menkes menilai tidak ada kejanggalan dalam kasus meninggalnya KPPS. Menurut dia, para petugas KPPS itu meninggal karena masalah kesehatan.

Sebelumnya, Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri telah melalukan patroli siber perihal video tersebut. Atas dasar itu, maka kasus tersebut bakal ditangani oleh Polda Jawa Barat.

Simak video pilihan di bawah ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya