Liputan6.com, Kairo - Mohammed Morsi dinyatakan meninggal di pengadilan pada Senin 17 Juni 2019. Ia mengembuskan napas terakhir di ruang sidang, sesaat setelah ambruk dan pingsan.
Meninggalnya Morsi terjadi sesaat setelah dia berbicara dari balik sangkar kaca, tempat di mana dia ditahan selama sesi persidangan. Sejurus kemudian, ia dilaporkan pingsan, hingga diputuskan untuk segera membawanya ke rumah sakit.
Baca Juga
Advertisement
Namun, belum juga mobil ambulans bergerak menuju rumah sakit, nyawa Morsi sudah tidak tertolong. Tidak disebutkan pukul berapa almarhum mengembuskan napas terakhirnya.
Jaksa penuntut umum Mesir mengatakan sebuah laporan medis tidak menunjukkan adanya luka baru-baru ini di tubuh Morsi.
Pria berusia 67 tahun, yang telah berada di balik jeruji besi selama hampir enam tahun, memiliki sejarah panjang masalah kesehatan, termasuk menderita diabetes, serta penyakit hati dan ginjal.
Human Rights Watch menyebut kematian Morsi "mengerikan" yang sepenuhnya dapat diprediksi karena kegagalan pemerintah untuk memberinya perawatan medis yang memadai.
"Pemerintah Mesir hari ini memikul tanggung jawab atas kematiannya, mengingat kegagalan mereka untuk menyediakan perawatan medis yang memadai atau hak-hak dasar tahanan," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan kepada Al Jazeera yang Liputan6.com kutip Rabu (19/6/2019).
Organisasi itu menunjuk sebuah laporan yang ditulis dua tahun sebelumnya, yang menggambarkan perlakuan "kejam dan tidak manusiawi" yang diterima Morsi di tahanan.
Itu merinci "kondisi mengerikan" yang menyebabkan dia kehilangan berat badan, pingsan, dan mengalami koma diabetes.
"Pemerintah Mesir memikul tanggung jawab atas kematiannya, mengingat kegagalan mereka untuk memberikan perawatan medis yang memadai atau hak-hak dasar tahanan," kata Human Rights Watch (HRW) dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al Jazeera.
Direktur Eksekutif Divisi HRW di Timur Tengah dan Afrika Utara, Sarah Leah Whitson, mengatakan bahwa Morsi telah diperlakukan lebih buruk "daripada kondisi yang sudah mengerikan bagi para tahanan Mesir." Ia mengutuk kematian sang mantan presiden namun mengatakan bahwa hal itu "sepenuhnya dapat diprediksi".
Dengan kata lain, kematian Morsi sebetulnya sudah dapat diramalkan jauh sebelum persidangan 17 Juni.
Belum lagi, di tengah kondisi kesehatan yang terus memburuk, Morsi konon sulit menemui keluarga. Sepanjang penahanannya, ia hanya diizinkan tiga kali mendapat kunjungan dari keluarganya.
Kesejahteraan mantan presiden, yang telah ditahan sejak kudeta, telah berulang kali ditampilkan dalam berita utama.
Putra Mohammed Morsi, Ahmed, sebelumnya telah berbicara kepada media tentang penurunan kondisi kesehatan ayahnya di penjara. Ia pun mengatakan pihak berwenang telah mengabaikan kebutuhan sang ayah.
Dalam sebuah twit pada hari Senin, Amnesty International menyerukan penyelidikan seputar kematian mendadak Morsi, dan kondisi yang ia hadapi di penjara.
Dikatakan: "Kami menyerukan pihak berwenang Mesir untuk melakukan investigasi yang tidak memihak, menyeluruh dan transparan dalam situasi kematian Morsi, termasuk kurungan isolasi dan isolasi dari dunia luar."
Pejabat pengadilan Mesir mengatakan, jika masih dalam kondisi sehat, Mohammed Morsi memiliki "banyak rahasia" yang bisa dia ungkapkan.
Disebut Pembunuhan Berencana
Mohammed Sudan, anggota kelompok Ikhwanul Muslimin cabang London, mengatakan kematian Morsi sama dengan "pembunuhan berencana".
Dia berkata: "Dia telah ditempatkan di belakang sangkar kaca (selama persidangan).
"Tidak ada yang bisa mendengarnya atau tahu apa yang terjadi padanya. Dia belum menerima kunjungan selama berbulan-bulan atau hampir setahun. Dia mengeluh tak mendapatkan obatnya. Ini adalah pembunuhan berencana. Ini adalah kematian secara perlahan."
Ketika berita mengenai kematian Morsi menyebar, pesan belasungkawa dari sekutu Morsi di seluruh dunia Arab dengan cepat bermunculan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Morsi adalah "saudara" dan "martir", dan mengirimkan harapan terbaiknya kepada Ikhwanul Muslimin dan rakyat Mesir.
Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, juga mengucapkan belasungkawa kepada keluarga Morsi dan rakyat Mesir.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas memuji Mesir sebagai pemimpin yang "tak terlupakan dan berani", dan merujuk pada peran Morsi dalam meredakan pembatasan yang ditempatkan di Jalur Gaza, yang awalnya diberlakukan setelah kelompok militan mengambil kendali pada 2007.
Advertisement
Reaksi Dunia...
Wafatnya Mohammed Morsi memicu kesedihan banyak pihak. Sejumlah pemimpin dunia dan tokoh-tokoh terkemuka bereaksi atas kematian mendadak presiden sipil pertama Mesir yang terpilih secara demokratis.
Berikut ini reaksi dunia terhadap kematian Mohammed Morsi, yang meninggal dalam sidang pengadilan pada Senin 17 Juni 2019 waktu setempat seperti dikutip dari TRTWorld dan sejumlah agensi, Selasa (18/6/2019):