Liputan6.com, Tasikmalaya Kepolisian resort Kota Tasikmalaya, Jawa Barat belum memastikan, motif apa sebenarnya yang melatarbelakangi adegan ranjang live pasutri di Tasikmalaya kepada sejumlah Anak Baru Gede (ABG).
Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Tasikmalaya Kota Ajun Komisaris Dadang Sudiantoro mengatakan, lembaganya masih terus mendalami sejumlah informasi dari para tersangka.
"Hingga kini tidak mengakui menyuruh nonton itu, tetapi kalau melakukan hubungan suami istri, memang iya pada malam itu," ujarnya saat dihubungi, Kamis (20/6/2019).
Menurutnya, sejak pertama kali ditangkap Senin (17/6/2019) lalu, kedua tersangka tidak mengakui jika adegan ranjangnya sengaja bisa dikonsumsi kalangan ABG.
"Hanya memang ada persesuaian seperti disuruh membeli kopi," kata dia.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, kedua tersangka yang hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) tersebut, mengakui jika di antara para saksi ada yang sengaja melempar kopi ke dalam rumahnya.
"Namun lagi-lagi mereka tidak mengakui jika sengaja mengajak anak-anak menonton itu (adegan ranjangnya)," kata dia.
Ihwal pemberian sejumlah barang dan uang, Dadang belum memastikan jika motif keduanya melakukan adegan ranjang secara live itu karena desakan ekonomi.
"Makanya kami terus dalam termasuk kita akan hadirkan psikolog," kata dia.
Bahkan, kedua tersangka tidak mengakui, meminta sejumlah bayaran sebesar goceng alias Rp 5.000 kepada setiap saksi yang menonton adegan ranjang yang mereka lakukan.
"Yang ada justru anak-anak mengumpulkan uang ada yang Rp500, Rp1.000, Rp2.000 kemudian dibelikan kopi, rokok," papar dia.
Ia tidak mengetahui dari mana asal mula munculnya angka Rp5.000 atau Rp10.000 sebagai besaran uang yang diberikan para ABG untuk menonton adegan ranjang live pasutri tersebut.
"Tiba-tiba saja muncul di media nominal itu," ujar dia, menegaskan jika angka itu bukan berasal dari keterangan kepolisian.
Orangtua Ikut Bertanggung Jawab
Sementara itu, pengamat sosial dari Universitas Indonesia Devie Rahmawati menduga, motif utama adegan ranjang live pasutri di Tasikmalaya mempertontonkan adegan ranjang kepada sejumlah anak karena desakan ekonomi.
"Dia (pasutri) memanfaatkan karakter anak-anak muda yang memang memiliki rasa ingin tahu sangat tinggi," ujarnya.
Motif ekonomi itu terlihat dari cara pelaku, mengajak anak-anak di bawah umur menonton adegan ranjangnya dengan cara membayar sejumlah uang dan barang.
"Tapi problemnya ketika kemudian yang dipelajari adalah hal-hal negatif misalnya berhubungan seks ini yang menjadi masalah," papar dia.
Menurutnya, hadirnya internet saat ini berperan memudahkan anak mendapatkan akses pornografi dengan mudah.
"Tapi tanggung jawab ini tidak sepenuhnya jadi beban pelaku, orangtua yang abai juga perlu dapat sanksi," kata Devie.
Hasil penyelidikan KPAID Tasikmalaya, ada sekitar lima hingga enam orang anak berusia antara 8 hingga 11 tahun yang menonton adegan tersebut. Mereka menyaksikan adegan itu secara live di rumah pelaku di Kecamatan Kadipaten, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement