Diperiksa Polisi, Novel Baswedan: Tidak Ada Kemajuan

Menurut Novel Baswedan, pola yang dilakukan polisi dalam menangani kasusnya terbilang aneh dan malah membuat pusing pengungkapan kasus.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 20 Jun 2019, 15:33 WIB
Penyidik senior KPK Novel Baswedan didampingi pegawai KPK memberi keterangan usai diperiksa TGPF dan Polisi di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (20/6/2019). Novel diperiksa terkait kasus penyiraman air keras hingga mata kirinya buta diharapkan bisa menemukan titik terang. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan menyatakan, tidak ada kemajuan yang tampak terkait pengungkapan perkara kasus penyerangan air keras yang menimpanya.

"Sebagaimana sesuai permintaan, saya sudah memberikan keterangan dan ternyata hal-hal yang ditanyakan kan tidak menunjukkan ada progres baru. Bahkan hampir semua keterangan yang saya sampaikan sama dengan pemeriksaan sebelumnya," tutur Novel di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (20/6/2019).

Menurut Novel Baswedan, dirinya juga berpengalaman menjadi seorang penyidik. Pola yang dilakukan Polda Metro Jaya dan tim gabungan dalam menangani kasusnya terbilang aneh dan malah membuat pusing pengungkapan kasus.

Apalagi dalam proses pembuktian, penyidik dan tim gabungan malah tidak fokus dalam satu masalah. Mereka terkesan berupaya menggabungkan puluhan perkara yang Novel tangani selama mengejar kasus-kasus di KPK, untuk menemukan motif penyerangan.

"Oleh karena itu, ketika siapapun pihak yang mengatakan bahwa menginginkan saya ceritakan soal motif, latar belakang, siapa oknum di belakang itu, dan lain-lain, saya selalu katakan lebih baik tangkap dulu pelaku lapangannya. Bukankah buktinya harusnya ada. Tapi ketika pelaku lapangan tidak ditangkap bicara motif, saya balik bertanya, dengan motif kalau saya sampaikan dan lain-lain, bukti, soal motif, apakah itu bisa membuktikan pelaku lapangan? Jawabannya pasti tidak," bebernya.

Terlebih, jika pengejaran dimulai dari motif dan bukti-bukti yang berasal dari Novel, pelaku justru dapat dengan mudah mengelak. Sebab itu, bukti di lapangan menjadi lebih penting untuk digunakan sebagai petunjuk pengejaran pelaku.

"Saya terus terang prihatin ketika bukti-bukti pentingnya menjadi tidak jelas. Yang seharusnya bukti-bukti penting itu menjadi indikator paling kuat untuk bisa menangkap pelaku lapangan, tentunya apabila itu terjadi itu adalah hal yang buruk sekali," kata Novel Baswedan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Alami Kendala

Penyidik senior KPK Novel Baswedan didampingi pegawai KPK memberi keterangan usai diperiksa TGPF dan Polisi di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (20/6/2019). Novel diperiksa terkait kasus penyiraman air keras hingga mata kirinya buta diharapkan bisa menemukan titik terang. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Penyidik dan tim gabungan juga mengaku mengalami kendala dalam menemukan titik terang pengungkapan pelaku lantaran minim bukti dan saksi di lapangan. Soal itu, Novel merasa bahwa kesulitan itu seakan-akan malah dibuat-buat sendiri.

"Barangkali gini, bahwa kalau kesulitan contohnya CCTV enggak diambil, itu kan kesulitan sekarang, menjadi kesulitan. Tapi harusnya saat itu diambil, tapi tidak dilakukan. Contohnya lagi bagaimana data-data pembuktian dengan menggunakan bukti-bukti IT yang harusnya dilakukan, tidak dilakukan. Apakah itu kesulitan, kalau kemudian dibiarkan sekian lama betul jadi kesulitan. Tapi masalahnya kenapa nggak diambil," bebernya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya