Liputan6.com, Mataram - PT Amman Mineral Nusa Tenggara tengah melakukan efisiensi dalam melakukan operasional perusahaan sehubungan dengan pengembangan fase 7, pembangunan smelter di Sumbawa Barat, dan juga fokus dalam eksplorasi Proyek Elang di Kabupaten Sumbawa.
Presiden Direktur Amman Mineral Rachmat Makkasau mengatakan pembangunan smelter per Januari 2018 telah mencapai 13,6 persen. Pada Juli 2019 nanti akan dilakukan evaluasi oleh surveyor independen.
"Jadi kita fokus dan serius untuk pengembangan smelter di Sumbawa Barat. Tidak ada yang berubah. Evaluasi berikutnya di akhir Juli. Kita tiap bulan dievaluasi surveyor independen," katanya, Kamis (20/6/2019).
Baca Juga
Advertisement
Menurut Rachmat, hingga saat ini pembangunan masih sesuai rencana. Perusahaan telah menunjuk kontraktor luar untuk mengembangkan Front-End Engineering Design (FEED) yang diprediksi selesai Oktober tahun ini.
Setelah FEED selesai, perusahaan akan langsung melakukan Engineering, Procurement, Construction (EPC). Lalu dilanjutkan dengan masa konstruksi pertengahan tahun depan.
Masa kontruksi diperkirakan berjalan hingga 2,5 tahun. Smelter bakal beroperasi awal pada 2022, setelah itu pada akhir 2023 baru bisa benar-benar beroperasi penuh.
"Untuk kapasitas full operation bisa 1,3 juta ton per tahun," ucapnya.
Untuk mendongkrak produksi bisa mencapai 1,3 juta ton saat smelter beroperasi penuh, perusahaan terbuka jika ada investor yang ingin bergabung. "Kami tetap fokuskan untuk terus lanjut pembangunan smelter di Sumbawa Barat meskipun belum ada partner yang bergabung."
"Kita butuh insentif tambahan. Pajak mungkin semasa pembangunan. Tax holiday dan lain untuk memperbaiki keekonomian. By product juga kita mau dapat kemudahan. By product ada yang masuk ke B3 bisa tapi biayanya nambah jadi mahal," dia menambahkan.
Tahun ini produksi dan izin ekspor konsentrat tembaga perusahaan sekitar 336 ribu ton konsentrat. Sebanyak 100 ribuan ton dijual untuk memenuhi pasar domestik dan sisanya diekspor.