Liputan6.com, Jakarta - Dampak perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok nampaknya bakal mulai dirasakan langsung ke tiap individu, terutama bagi mereka yang sering gonta-ganti laptop.
Sebuah laporan baru yang dipublikasikan oleh The Consumer Technology Association menyatakan kalau tarif yang diusulkan untuk barang-barang impor dari Tiongkok akan menaikkan harga laptop dan tablet di AS sebesar 19 persen.
DilansirTom's Hardware, Sabtu (22/6/2019), rerata harga laptop di AS yang awalnya berkisar USD 622 atau Rp 8,7 jutaan (Kurs 1 Dolar = Rp 14.093) akan naik USD 120 atau Rp 1,6 juta.
Baca Juga
Advertisement
Laporan itu menyarankan, konsumen akan dipaksa untuk mengurangi pembelian keseluruhan laptop dan tablet mereka sebesar 35 persen.
Kondisi ini diperparah dengan fakta kalau 90 persen laptop dan tablet yang ada di AS diimpor dari Tiongkok. Perusahaan besar seperti Microsoft dan Apple gelimpungan menghadapi tantangan untuk mengalihkan produksi ke negara lain, belum lagi biayanya tentu jauh lebih mahal.
Presiden AS Donald Trump sendiri sudah mengusulkan penaikan tarif hingga 25 persen untuk produk teknologi seperti laptop, smartphone hingga konsol video gim.
Menurut laporan, harga smartphone AS bakal naik 14 persen, konsol video gim 19 persen dan drone 15 persen. Jika tarif diberlakukan, tentunya konsumen dan produsen akan mengalami guncangan yang serius.
Sempat Hilang, Laptop Huawei Kembali Muncul di Toko Online Microsoft
Setelah muncul perintah eksekutif Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk memblokir perusahaan teknologi asal Tiongkok, Microsoft bertindak dengan menghilangkan laptop Huawei dari daftar produk di toko onlinenya.
Meski begitu, belum lama ini laptop-laptop tersebut muncul kembali di laman produk Microsoft Store. Dilansir dari The Verge, Rabu (19/6/2019), hal ini pertama kali diungkap oleh salah seorang pengguna Twitter dengan username @h0x0d.
Baca Juga
Terlihat beberapa tipe laptop Huawei yaitu MateBook 13, MateBook dan MateBook X Pro sudah tersedia kembali. MateBook X Pro untuk sementara tercatat habis alias out of stock, namun tipe lainnya tersedia untuk dibeli.
Advertisement
Microsoft Belum Berkomentar Banyak
Sementara, Microsoft sendiri belum bisa berkomentar banyak tentang hal ini.
"Kami telah mengevaluasi, dan akan terus menanggapi seluruh kerumitan bisnis, teknis, dan regulasi imbas masuknya Huawei ke black list Departemen Perdagangan AS. Hasilnya, kami tetap melanjutkan penjualan inventaris Huawei yang tersedia di toko online Microsoft," ujar juru bicara Microsoft.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah Microsoft hanya menjual barang yang ada saja atau melanjutkan dengan mere-stock barang. Nampaknya, Microsoft hanya menjual stok yang ada sampai habis.
Kondisi bisnis Huawei yang tidak pasti memaksa mereka membatalkan peluncuran laptop OS Windowsnya.
Belum jelas laptop mana yang menggunakan Windows, namun sebelumnya mereka sudah memamerkan MateBook 14 dan MateBook X Pro di ajang MWC tahun ini.
(Tik/Isk)