Wajib Vaksin Warganya, Negara Ini Bebas Kanker Serviks Pertama di Dunia

Kanker serviks banyak ditemukan di negara berkembang yang penduduknya masih kesulitan memperoleh vaksinasi.

oleh Afifah Cinthia Pasha diperbarui 21 Jun 2019, 13:40 WIB
Kanker serviks, jelas dr Andrijono, merupakan satu-satunya kanker yang bisa dicegah dengan vaksin HPV. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Kanker menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi di dunia. Salah satu kanker yang memiliki angka kematian tinggi adalah kanker serviks.

Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia atau WHO, kanker serviks merupakan jenis kanker nomor empat yang paling sering menyerang wanita. Kondisi ini juga dapat terjadi pada pasien dengan usia berapapun.

Di tahun 2018 saja, terdapat sekitar 570.000 kasus kanker serviks baru di seluruh dunia, serta lebih dari 310.000 pasien meninggal dunia. Kanker serviks banyak ditemukan di negara berkembang yang penduduknya masih kesulitan memperoleh vaksinasi atau memiliki ahli medis yang tidak mumpuni untuk menangani kasus ini.

Tapi siapa sangka ada salah satu negara di Afrika Timur justru dinobatkan sebagai negara bebas kanker serviks pertama di dunia. Rwanda menjadi negara bebas kanker serviks pertama di dunia, karena ketatnya pemberian vaksin di daerah tersebut, seperti yang Liputan6.com lansir dari Independent, Jumat (21/6/2109).


Sukses Memberikan Vaksin Warganya

Hari Perempuan Sedunia: 150 perajin Rwanda masuk rantai ritel global. (Foto: Karisimbi Business Partners)

Rwanda menjadi salah satu negara yang sukses mengaplikasikan program vaksin HPV pada warganya. Vaksin HPV pertama kali diluncurkan pada tahun 2006, tetapi baru diperkenalkan secara resmi di Rwanda pada tahun 2011. Sejak itulah, pemerintah Rwanda gencar mempromosikan program vaksinasi, khususnya pada wanita berusia 35-45 tahun atau usia 30-50 tahun untuk wanita pengidap HIV.

Kesuksesan program vaksin HPV di Rwanda membuat negara Afrika Timur ini menjadi negara pertama di dunia yang bebas dari kanker serviks. Menurut data dari Kementerian Kesehatan setempat, 93% perempuan Rwanda telah menerima vaksin HPV. Keberhasilan program vaksin HPV ini diraih berkat strategi yang diusung pemerintah setempat lewat kolaborasi bersama organisasi kesehatan internasional.

Pemerintah Rwanda bekerjasama dengan lembaga Gavi The Vaccine Alliance untuk pembelian vaksin tersebut. Pemerintah Rwanda hanya mengeluarkan biaya sebesar 20 sen untuk setiap dosis vaksin, sementara Gavi membayar sisa biayanya sebesar $4.50 atau kurang lebih sekitar Rp 64 ribu.

Felix Sayinzoga selaku manager divisi ibu, anak, dan kesehatan masyarakat di Kementerian Kesehatan setempat mengungkapkan, sistem pembayaran ini dilakukan untuk menyiasati mahalnya harga vaksin.


Tingkat Kesehatan Tinggi

ilustrasi dokter/Photo by rawpixel.com from Pexels

Bisa kita ketahui kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus (HPV), virus yang memiliki lebih dari 200 jenis. Sekitar 40 di antaranya ada area kelamin, mulut, dan tenggorokan. Virus HPV jenis ini biasanya ditularkan melalui hubungan intim, walau ada pula yang dapat ditularkan melalui medium lain. Sebenarnya tak semua yang maksud HPV berbahaya, bahkan HPV bisa hilang dengan sendirinya.

Namun, memang ada beberapa jenis HPV yang dapat memicu timbulnya penyakit menular seksual, sampai kanker yang mematikan. Untung saja, saat ini sudah tersedia vaksin HPV yang dapat mencegah kanker serviks pada wanita.

Selain vaksin HPV untuk melawan kanker serviks, Rwanda juga memiliki tingkat keberhasilan yang cukup tinggi untuk vaksin penyakit lainnya. Dalam 20 tahun terakhir, 95% bayi di Rwanda telah memperoleh vaksinasi polio, campak, dan rubella.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya