Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merancang sebuah radar pertama di Indonesia dengan menggunakan prototipe I yang diberi nama Indonesian Scientific Journal Database (ISRA).
Radar ini sempat diperkenalkan pada saat HUT LIPI yang ke-42 pada Agustus 2009.
Dr. Umar Anggara Jenie mengungkapkan bahwa para peneliti di Indonesia sudah mampu membuat alat yang berteknologi tinggi. Hal ini terbukti dengan terciptanya teknologi radar.
"Daripada kita harus membeli peralatan teknologi ke luar negeri dengan harga mahal, lebih baik mendorong peneliti bangsa untuk membangun kemandirian bangsa, " ucap Umar.
Baca Juga
Advertisement
Para peneliti di LIPI melakukan penelitian dan pengembangan radar ini selama tiga tahun lamanya. Mashuri mengungkapkan bahwa terdapat 20 orang tim peneliti dalam untuk meneliti dan melakukan pengembangan ISRA ini.
Sebelum melakukan penelitian, para peneliti diberikan pendidikan dasar oleh Pemerintah Belanda untuk selanjutnya di aplikasikan dan dikembangkan. Demikian seperti dikutip dari laman LIPI, Sabtu (22/6/2019).
ISRA menggunakan teknologi terbaru di bidang radar bernama FM-CW (frequency-modulated continiuos wave). Hal ini menjadikan ukuran serta konsumsi daya radar menjadi kecil. Sedangkan sistemnya menggunakan komponen yang tersedia secara komersial.
Frekuensi kerja ISRA sendiri menggunakan pita X-Band (9,4 GHz), dua antenna pemancar dan mempunyai daya pancar maksimum 2 watt dengan kekuatan antenna 30 dB.
Keunggulan
Radar ini termasuk kategori "quiet radar" atau (LPI= Low Probability of Intercept) yang tidak mengganggu radar lain di sekitarnya.
Selain itu, keunggulan lain yang dimiliki adalah tidak terdeteksinya radar scanner oleh pihak militer dan memiliki sistem target tracking sesuai ARPA (Automatic Radar Plotting Aids) yang ditetapkan oleh IMO (Internal Maritime Organization) serta terintegrasi dalam jaringan radar untuk memperluas daerah.
Tidak hanya itu, radar ini bisa mendeteksi keberadaan kapal yang datang mendekat. Kapal yang mendekat akan terlihat di dalam monitor selama itu masih dalam jangkauan radar dengan jarak 64 km.
Mashury mengatakan akan terus mengembangkan radar ini.
(Linda Fahira Putri/Isk)
Advertisement