Senat AS Blokir Rencana Trump Jual Senjata ke Saudi, Efek Jamal Khashoggi?

Senat Amerika Serikat (DPD AS), pada Kamis 20 Juni 2019, memblokir pemerintahan Presiden Donald Trump untuk menjual senjata ke Arab Saudi.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 21 Jun 2019, 18:00 WIB
The Capitol, Gedung Kongres AS (DPR dan DPD) (Wikimedia / Creative Commons)

Liputan6.com, Washington DC - Senat Amerika Serikat (DPD AS), pada Kamis 20 Juni 2019, memblokir rencana pemerintahan Presiden Donald Trump untuk menjual senjata ke Arab Saudi.

Pemblokiran penjualan dilakukan melalui voting resolusi dengan perolehan suara akhir 53 - 45 --hasil suara yang rentan diveto pada tahapan selanjutnya.

Berdasarkan regulasi politik di AS, sebuah resolusi membutuhkan mayoritas 67 suara di Senat AS untuk terbebas dari veto.

Presiden Donald Trump telah berjanji untuk memveto resolusi tersebut.

Senada, Gedung Putih mengatakan pemblokiran penjualan "akan mengirim pesan bahwa Amerika Serikat meninggalkan mitra dan sekutunya pada saat ancaman terhadap mereka meningkat."

Senat akan menggelar dua voting lagi pada pekan depan, sebagai langkah-langkah untuk menghentikan penjualan senjata. Voting itu juga diperkirakan akan lolos.

Sementara itu, resolusi untuk pembatalan juga kemungkinan akan mencapai mayoritas di House of Representatives (DPR AS).

Namun, meski ada dukungan dari mayoritas DPR, resolusi tersebut tetap sulit untuk mencapai ambang batas suara yang membebaskannya dari ancaman veto Trump.

Rencana penjualan senjata itu sempat disetujui oleh pemerintahan Trump sejak Mei 2018, dengan nilai US$ 8 miliar yang meliputi: amunisi berpemandu, bom dan senjata lainnya serta dukungan perawatan pesawat.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengutip "potensi ancaman Iran" sebagai salah satu alasan bagi administrasi Donald Trump untuk menyetujuinya.

Simak video pilihan berikut:


Iran, Penyelidikan Khashoggi, hingga Yaman

Foto Jamal Khashoggi, wartawan Arab Saudi yang dibunuh di Istanbul (AP/Jacquelyn Martin)

Voting resolusi pemblokiran penjualan senjata terjadi pasca-penyidik PBB merilis laporan hasil penyelidikan atas pembunuhan kritikus Saudi, Jamal Khashoggi. Dalam laporan, disebut bahwa Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman memiliki keterkaitan dengan pembunuhan dan menyarankan agar ia dijatuhi sanksi.

Penolakan Kongres terhadap kedekatan hubungan AS - Saudi meningkat sejak kabar pembunuhan Khashoggi tersebar luas dan menuai kecaman internasional.

Pemungutan suara juga dilakukan dengan latar belakang ketegangan AS yang meningkat dengan Iran, didorong oleh pengakuan Teheran yang telah menjatuhkan drone AS. Trump menyatakan pada hari Kamis bahwa "Iran membuat kesalahan yang sangat besar," dan para pemimpin Kongres AS (DPR dan DPD) telah menerima pengarahan tertutup tentang situasi tersebut.

Sekelompok kecil legislator AS di Kongres juga telah menyuarakan keprihatinan tentang perang yang dipimpin koalisi Saudi di Yaman selama bertahun-tahun --termasuk laporan bahwa senjata AS digunakan oleh koalisi Saudi untuk menargetkan sasaran di Yaman yang dikendalikan pemberontak Houthi, namun turut melukai warga sipil.

Senator Bob Menendez fraksi Demokrat dari New Jersey, sekaligus figur terkemuka di Komite Hubungan Luar Negeri Senat, mengatakan perang di Yaman adalah salah satu alasan penentangannya terhadap penjualan senjata.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya